43

51 7 0
                                    

Aneh sekali pikirku. Papa sama papi ke Bandung pagi-pagi buta, karena abang kasih kabar kalau Mas Taka sedang di rumah sakit karena terpleset di kamar mandi.

Sampai di sekolah pun, aku dengar kabar dari Aldi, kalau Zilan sudah pindah sekolah ke luar negeri. Padahal, baru saja semalam dia, kakek, dan neneknya ke rumah papa.

Nggak cuma sampai disitu, Regi pun hari ini nggak masuk sekolah tanpa aku tahu sebabnya.

Aku coba telepon Mas Wira, tapi nggak diangkat. Aku WA Mas Surya, Mas Surya cuma bilang kalau Regi dijemput sama mamahnya semalam.

Sampai bel masuk berbunyi, ternyata Willy juga nggak masuk karena lagi demam. Kata Pak Raga, karena demamnya terlalu tinggi, Willy sampai dibawa ke rumah sakit.

Bagus deh, dia akhirnya sakit juga. Seenggaknya aku bisa tenang dulu seharian ini, di sekolah.

WA dari Rizka. Karena aku menerima penawarannya untuk jadi penerima tamu, sepulang sekolah nanti aku harus ke alamat yang dia berikan, untuk urusan ukur seragam.

Sebetulnya, kalau aku menyetujuinya dari kemarin, aku cukup ke rumahnya untuk mengukur. Hanya saja, aku kelupaan. Itu aja, aku baru memberi jawaban pagi tadi.

Saat jam istirahat, aku iseng menuju ke area kolam renang. Pak Kian, sampai detik ini juga belum ada kabarnya. Kayaknya, aku juga sudah mulai lupa bagaimana rasa gurih dan lezat spermanya yang kental itu.

Nggak ada siapa-siapa selain diriku. Suasana yang hening ini, membuat pikiranku kemana-mana.

Pandanganku tiba-tiba beralih kepada sosok yang baru saja muncul di area kolam. Aku sudah berdiri antusias, ingin menyapanya.

Hanya saja sepertinya Pak Raga dan adiknya itu, tidak melihat, serta menyadari keberadaanku disini.

Kuikuti kemana kaki kedua orang itu melangkah. Tanda tanya memenuhi kepalaku. Kenapa Pak Raga mengajak adiknya ke ruang bilas...?

Aku melompat, dengan gesitnya. Tapi aku nyaris kepleset karena kebodohanku sendiri. Seharusnya aku sadar diri, karena tubuhku ini pendek, dan aku bukanlah ahli olah raga.

"Buka baju dan celanamu..."

Aku terbelalak mendengarnya. Apakah mungkin, mereka sedang menjalin sebuah hubungan cinta terlarang...?

Sebagai guru di sekolah ini, Pak Raga tahu kalau area kolam jam-jam segini memang selalu sepi. Apalagi sejak angkatan abang lulus, jadi nggak pernah ada siswa lagi yang menggunakan area kolam sebagai tempat nongkrong.

"Anak sialan! Kurang ajar! Manusia nggak berguna! Idiot..!!"

Aku terdiam sejenak, dengan jantung berdegup kencang. Suara barusan kan, jelas suaranya Pak Raga. Hanya saja, kenapa suara Pak Raga terdengar berbarengan dengan suara lain...?

Seperti suara orang yang sedang dihajar atau menghajar habis-habisan orang lain...?

"Mas kan sudah bilang, dekati Febryan! Bukan yang lain! Dasar goblok...!"

Meskipun aku sangat ketakutan, tapi aku juga sangat penasaran dengan apa yang sedang terjadi di ruang bilas.

Akhirnya, dengan segala keberanian aku intip juga meski harus dengan menahan nafas selama yang kubisa.

Astaga!

Hanya itu yang bisa kuucapkan dalam hati. Melihat Mahesa yang sedang tergeletak di lantai ruang ganti, sambil kejang-kejang...!

Bahkan --- aku juga lihat, kalau dari mulutnya masih mengeluarkan cairan yang aku pastikan kalau itu adalah isi perutnya sendiri...!

Pak Raga menarik kasar rambut Mahesa. Dia sama sekali tak peduli, kalau adiknya itu masih saja kejang-kejang. Bahkan dia terus menampari pipi Mahesa, seperti orang kesetanan!

The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang