6

703 97 5
                                    

"Sperma bapak banyak dan kental..."

Pak Kian membelai kepalaku. "Sesuai janji saya, ini hadiah untuk kamu."

Aku buka tas bingkisan dari Pak Kian. Isinya dua celana renang, seperti milik Regi, juga dengan kacamatanya.

"Khusus untukmu, saya sendiri yang akan memberikan pelatihan khusus.."

Meskipun kontol Pak Kian sudah memuntahkan lahar panasnya di mulutku, tapi batang kejantanannya itu masih tetap berdiri kokoh melengkung ke atas.

"Yasudah, kamu ganti celana sana. Saya juga mau siap-siap."

"Tapi masih berdiri, pak."

"Pulang nanti, saya akan entot kamu lagi!" Tukas Pak Kian, sambil meremas pantatku.

Keluar dari ruangan Pak Kian, aku langsung menuju kamar ganti. Sebetulnya aku nggak begitu percaya diri saat memakai celana renang. Apalagi tubuhku ini kurus kerempeng. Ditambah lagi, warna pentil teteku tidak cokelat seperti punya Regi dan anak-anak renang lainnya.

"Lu jelek amat..."

Regi masuk ke kamar ganti. Dia pipis di urinoir, sambil memalingkan mukanya.

"Dada rata, pantat tepos gitu.."

Aku dekati dia. "Aku mau minum susu kayak punya kamu, Gi.."

"Apaan, sih!" Dia ngedorong aku.

"Susu apa yang cocok buat aku..?"

"Dancow!"

"Mahal, kan...?"

Bisa-bisanya Regi lari-lari di sekitaran kolam. Padahal jalannya sangat licin. Aku yang cuma jalan aja, sangat berhati-hati karena takut kepleset, apalagi sampai kepalaku terjeledak.

Pemanasan yang biasa dilakukan Regi sama teman-temannya itu, caranya adalah dengan merenggangkan kedua tangan, terus kaki ditekuk-tekuk.

Pelan-pelan, aku coba mengikuti gerakan tersebut. Dilanjut, aku berlari-lari kecil memutari kolam.

Capek juga, pikirku. Buktinya tubuhku sampai bermadikan peluh seperti ini.

"Heh!" Regi menyipratkan air kolam. "Lu mau renang, apa atletik? Buruan turun!"

"Emang boleh?"

Pak Kian menyusul. Cuma dia nggak menepati kata-katanya. Bukannya mengajariku, dia malah sibuk memberi pengarahan sama anggota yang sudah mahir.

Sesaat setelah mengamati kolam, rasanya aku agak was-was. Daripada aku tenggelam konyol, mending aku nggak jadi turun ke kolam.

Begitu balik badan, aku baru sadar kalau ternyata banyak pasang mata yang sedang memperhatikanku. Terutama cowok-cowok yang lagi duduk di dekat kursi dimana aku meletakan tas ransel dan handuk.

"Kenapa nggak nyemplung?"

"Dingin, kak."

"Dingin apa dicuekin?"

"Hmmm..."

Aku pakai lagi seragamku. Biar aja nggak aku lepas celana renangnya. Daripada ribet, karena harus bolak balik ke kamar ganti.

The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang