40

296 59 1
                                    

Willy naik dari kolam, dengan telanjang bulat. Kontolnya yang tak bersunat itu, berayun-ayun mengikuti tiap langkah kakinya.

"Isep dong, car..."

"Car -- car, emangnya aku cacar..?"

"Pacar, sih..." Dia mencubit daguku. Mencium bibirku lembut.

Tak mempedulikan orang-orang yang bekerja di rumahnya, dia bahkan sudah bertelanjang bulat, mulai dari kamar tidurnya tadi.

"Cuma diisep apa dimasukkin juga?" Tanyaku.

"Terserah pacar aja.."

Willy memang nggak sunat. Tapi bentuk kontolnya saat ngaceng sempurna itu, arahnya melengkung ke atas dengan indah sekali.

"Udah sih, kita nikah aja.." Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu, disaat kontolnya sedang menerobos lubang analku. "Pertama, kita udah sahabatan dari kecil. Kedua, kita sama-sama cowok. Ketiga, kamu islam dan aku juga."

"Emang kamu pernah sholat?"

"Kalau lagi sempat. Hhoohhh..."

"Gimana mau jadi suami yang baik, kelakuannya aja kayak gitu.."

"Semua orang bisa berubah, pacar. Perlahan-lahan, tapi pasti. Buktinya aja, kamu bisa suka sama aku..?" Sesekali Willy memejam, sambil menaik turunkan pinggulnya. "Astagaahhh, segini enaknya lubang calon isteriku..."

Kontolku berkedut. Akhirnya spermaku keluar juga, meski tanpa kusentuh sedikitpun batang kontolku.

Willy membawa cairan spermaku ke mulutnya, dengan jemarinya. Sambil cengar cengir, dia menjilati tanpa perasaan jijik.

"Kalau pacar sampai muncrat, tandanya aku berhasil!"

"Enak banget, Will..." Kujatuhkan kepalaku tepat di dadanya yang bidang. "Aku nggak bisa ninggalin Regi..."

Willy memelukku erat. Dia makin mempercepat gerakkan pinggulnya. Kurasakan kontolnya makin masuk hingga bagian terdalam lubang anusku.

Saat dia mendesis, dengan tubuh bergemetar hebat, aku tahu bahwa dia sudah mencapai klimaksnya.

"Gini aja gimana, kita tinggal serumah bareng..?"

"Jangan ngaco.."

"Kamu dengerin dululah, Bryan."

Aku bangkit kembali. Tapi tangan kananku ditariknya kembali. Dia pun memelukku lagi.

"Pas siang, kamu jadi milikku. Tapi pas malam, kamu gantian sama dia.."

"Mana bisa begitu.." Aku berpindah ke sisinya. Kontol Willy pun keluar dari lubangku. Kupakai celana pendekku kembali.

"Nggak mau nenen?"

"Capek aku, Wil.."

"Kamu tidur aja di kamar." Willy turun dari gazebo. "Aku mau angkat beban dulu. Jangan sampai aku kalah saing, sama si hitam itu.."

"Kamu nggak istirahat?"

"Ngumpulin tenaga dulu. Sebelum kamu pulang, kan masih bisa seronde lagi..."

The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang