21

583 71 1
                                    

"Febryan...!"

Aku bergegas membukakan pintu depan. Dari suaranya, aku sudah bisa menebak kalau itu adalah Zilan.

"Kamu ngapain jemput aku segala, Zil..?"

"Sekalian lewat aja, Feb.."

"Udah sarapan? Aku tadi habis angetin pizza semalem..."

"Mau ngapain lu?" Regi menyusul.

"Regi kenalin..."

"Nggak penting!" Regi kembali lagi ke setelan awal. "Febryan berangkat sama gue..."

"Kalo gitu, aku juga ikut mobil kalian.."

"Apaan...?!" Regi melotot. "Nggak bisa! Lu sendiri punya mobil, ngapain numpang di mobil, gue..?!"

Aku menghela. "Kamu udah mandi?"

"Gue mandi paling lama tiga menit."

"Tiap kali berangkat sama kamu itu, aku selalu telat. Aku udah rapih, kamunya masih pake handuk. Belum lagi ngerokok dulu di belakang. Udah gitu, kamu kalau dandan lama banget. Segala rambut disemprot-semprot."

"Nggak usah ngomel!"

"Hehe. Aku duluan. Mas Wira, berangkat dulu!"

"Hati-hati, dek!"

Aku kejar pintu lift yang sudah mau menutup. Kalau harus nunggu lagi, bisa lama.

"Mas Adnan. Makasih, mas."

"Bukannya masih kepagian, dek? Rajin banget kamu.." kata Mas Adnan dengan wajahnya yang tampan itu.

"Iya, mas. Hehe.."

Kalau pagi begini, siapa tahu aja nanti Zilan minta jatah buat aku entot. Kan lumayan, pagi-pagi bisa jadi buat penyemangat.

"Nggak sama Regi?"

"Dia belum mandi, mas. Lama..."

Karena ada lagi yang naik, jadi aku sama Mas Adnan terpisah gitu. Zilan bisik-bisik di telingaku.

"Kayaknya aku pernah ngeliat orang itu..."

"Dia kerja di perpus kampus. Tadinya mau langganan sama aku. Tapi karena ada Regi, Mas Adnan jadi naik ojol lain."

Begitu keluar dari lift, Zilan langsung ngeraih tangan kiriku. Wajahnya kelihatan ceria dan bahagia banget.

Meskipun bawa mobil sendiri, tapi Zilan selalu dikawal oleh 4 pengawal pribadi sekaligus. Satu mobil berada di depan, dan mobil satunya berada di belakang.

Seperti kemarin, bibir kami saling melumat. Dalam waktu singkat, celana dalamku sudah banjir dengan precum.

"Di sekolah aja ya, Feb. Nanti si item keburu turun..."

"Terserah aja.."

Posisi celanaku sudah kuturunkan hingga betis. Kontolku yang sedang ngaceng, kubiarkan begitu saja. Sesekali Zilan menggenggam sambil mengocoknya pelan.

The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang