"Thanks ya, Ninno, gara gara gua, kitanya pulang cepet hehe," ucap Alarice sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Ninno tersenyum singkat sembari berkata, "santai aja kali, maaf ngerepotin, seharusnya gue pergi sendiri aja."
"emang sih Elvano aja yang nyusahin, yaudah lo hati hati yah di jalan." Alarice keluar dari mobil. sambil menatap kepergian mobil Ninno dia melambaikan tangan sebentar.
🌻🌻🌻
Ninno memasuki apartemennya, ia pun langsung merebahkan badannya diatas sofa, ia menatap atap apartemennya sembari menghela napas seperti orang yang telah menjalani hari yang cukup berat.
Tiba tiba hpnya bergetar membuat Ninno sedikit terkejut, ia pun segera membuka notif yang muncul, dan terdapat nama Mila disana.
Ninno pun langsung beranjak dari tidurnya dan langsung mengambil jaket dan kunci motornya.
saat telah sampai diparkiran, ia pun langsung menaiki motor ninjanya itu dan tidak lupa helm full facenya, jika dilihat Ninno sangat keren, tidak heran jika ia banyak disukai kaum hawa.
🌻🌻🌻
"Kak mila" panggil Ninno sambil mengetuk pintu rumah Mila.
Mila yang mendengar itu langsung berlari kearah ruang tamu dengan rasa senangnya langsung membuka pintu, terlihat seorang lelaki tampan didepan pintunya.
"wah makasih dek, terbaik lu" ucap Mila sembari mengambil kantong plastik dari tangan ninno.
"ga ditawarin masuk nih?" tanya Ninno, Mila yang mendengar itu langsung tertawa dan mempersilahkan Ninno masuk.
"rakus amat" ucap Ninno sembari melihat Mila yang sedang lahap memakan seblaknya.
"laper anjir" jawab Mila, tiba tiba ponsel Mila berdering.
sebelum melahap kembali makanannya, dering ponsel lebih dulu menarik perhatian Mila. tertulis Paman Zento disana. Mila mengangkatnya.
"kamu belum menemukan identitas Elvano?"
"masih belum. Tapi paman tenang sejauh ini tidak terlihat jejak Elvano di dekat alarice"
"baiklah, jika ada sesuatu mengenai itu langsung beritahu paman"
"siap, kalau Mila sudah dapat identitas Elvano, orang pertama yang Mila kabarin pasti paman"
sambungan telepon terputus. Ninno hanya menatap lamat gadis di depan nya. Bergumam pelan.
"gue duluan"
"yaudah, thanks seblak nya calon adek ipar"
🌻🌻🌻
jari jemari Zento menari-nari di atas keyboard laptop. Suguhan kopi telah di sediakan oleh istri tercinta. Masih menatap layar laptop yang tengah menghasilkan huruf-huruf. notification sukses menghentikan pergerakan jari nya di atas keyboard, lantas mengklik surel.
Dari : Anonim
Elvano Delano Poetra Wibacokro
(n : sering berkomunikasi dengan Alarice Stella Poetri Gifari)
Setelah membaca hingga tuntas surel yang dikirim, Zento menggeram. Raut wajah nya berubah, layak nya ingin menerkam. segera dia mengambil benda pipih, mengirim foto pada salah satu kontak sambil mengetik "Segera cari orang ini!"
✨✨✨
Elvano mengendarai motornya dengan tenang mengingat bahwa sekarang dia tidak bisa terlalu fokus karena badannya yang lelah dan mempunyai banyak pikiran.
diperjalanan pikirannya sangat kacau memikirkan alarice, sepeduli itu dia dengan cewek menyebalkan itu? tapi bagaimana pun juga Alarice adalah pacarnya sekarang, mau tidak mau dia harus menjaga Alarice agar tetap aman.
dia tidak tahu mengapa harus mengambil keputusan besar tersebut yaitu memacari seorang wakil ketua osis yang jelas jelas dia membenci itu, ini semua karena ide gila milik Finno tapi dia tidak bisa menyalahkan Finno sepenuhnya karena ini semua tidak terjadi jika ia tidak mengiyakan ide dari temannya itu.
ia melirik spionnya dan melihat segerombolan orang mengendarai motor mengikuti Elvano, ia bingung siapa mereka, seingat Elvano saat ini ia tidak punya masalah dengan siapapun, anak buah Ninno? tidak. Ia sangat mengenal anak buah Ninno bagaimana. itu bukan anak buah Ninno.
tanpa ragu Elvano langsung melajukan motornya, sialnya dia saat ini berada di jalanan sepi, peluang besar untuk mereka menghentikan Elvano, dan ya mereka saat ini menghadang Elvano, mau tidak mau Elvano berhenti dan turun dari motornya.
Elvano membuka helm kesayangannya tersebut dan menatapi segerombolan orang didepannya, tanpa ragu ia turun dari motornya dan menaruh helmnya di motornya.
ia berdiri tepat disamping motornya sambil memasukkan tangannya disaku celana dan menatap tajam mereka.
"mau apa lu semua?" tanya Elvano dengan santai tetapi orang sekitarnya bisa merasakan aura menyeramkan dari dirinya.
orang-orang tersebut saling memberi aba, dan mereka tanpa ragu langsung berlari kearah Elvano dan menghajari Elvano, tetapi tanpa takut Elvano langsung membalas pukulan mereka meskipun Elvano tau bahwa dia akan kalah karena jumlah mereka lebih dari Elvano yang hanya seorang.
dan terjadilah pengeroyokan dengan brutal, Elvano sudah sekitar tenaga membalas pukulan mereka tapi apa daya dia yang sedang lelah langsung menghadapi segerombolan orang yang mengeroyoknya, Elvano hanya pasrah.
karena sudah tidak kuat, Elvano pun langsung terjatuh diaspal dengan keadaan wajah lebam dan luka, mereka menghajar Elvano seperti mempunyai dendam yang besar.
ia melihat segerombolan orang itu naik ke motor masing masing dan meninggalkan elvano sendiri disana, Elvano melihat handphonenya yang tergeletak tak jauh dari dirinya, berusaha dia gapai, dan ya! dia berhasil.
ia membuka handphonenya tersebut dan asal memencet kontak dihpnya dan langsung menelepon orang tersebut, tetapi makin lama pandangan Elvano kabur dan tenaganya sudah habis, Elvano terbaring diaspal dengan keadaan pingsan dan tidak peduli bagaimana orang tuanya menemukan dia disini nanti.
📌📌📌
Elvano mengerjapkan matanya dan melihat sekitarnya, sangat tidak asing beberapa detik kemudia ia sadar bahwa dia sudah berada dirumah lebih tepatnya dikamar kesayangannya.
Elvano memegang kepalanya yang sungguh sakit, tak lama kemudian bunda dari Elvano memasuki kamarnya membawa nampan yang berisi sarapan untuk Elvano.
ia yang melihat anak tunggalnya tersebut hanya menggelengkan kepala, lalu berjalan kearah Elvano dan duduk ditepi kasur sembari menaruh nampannya tersebut dimeja samping kasur Elvano.
"sakit?" tanya bundanya tersebut, Elvano menelan ludahnya dengan kasar karena ia bisa merasakan aura menyeramkan dari ibunya.
"sakit bun hehe" jawab Elvano sambil menyengir tanpa merasa bersalah, karena Anna yang tersulut emosi, langsung saja ia menarik telinga anaknya tersebut.
terlihat wajah kesakitan Elvano, tetapi ia tidak bisa melawan ia hanya pasrah dengan amarah ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARICE
Fiksi RemajaAlarice Stella Poetri Gifari Hidup gue tenang sebelum gue menjabat jadi osis, karena apa? Semenjak gue menjabat menjadi osis, gue mengenal yang namanya Bad Boy, gue ga suka Bad Boy, gue ga suka omongan gue dibantah, apalagi yang namanya ga ngeharga...