Elvano berlari menuju kantin untuk membeli aqua untuk Alarice, tidak tahu kenapa ia sepeduli ini padahal dia sangat ingin Alarice pergi dari sekolah tapi melihat kondisi Alarice membuat Elvano tak tega.
"Mang beli aqua 2, sama roti isi coklat 2 " ucap Elvano kepada Penjual kantin
"Ambil aja bro"jawab Manh bibin, penjual kantin yang terkenal Swag nya.
"Oke mang" jawab Elvano mengambil yang ingin dibelinya dan langsung memberikan bayarannya.
"Kembaliannya ambil aja mang" ucap elvano langsng lari
"Tapi ini 100 ribu bro" teriak Mang bibin, tapi Elvano tidak dengar karena Elvano sudah melesat pergi, Mang Bibin hanya tersenyum, lumayan rezeki.
Sesampainya diperpustakaan, ia langsung masuk dan mencari keberadaan Alarice, dia melihat Alarice tergeletak tak berdaya di lantai membuat Elvano terkejut.
"Ehh monyet, bangun, jangan pingsan lo" ucap elvano menepuk pipi Alarice,tak ada jawaban dari Alarice membuat Elvano semakin khawatir.
Ia pun meraih kertas dimeja dan langsung mengipas wajah Alarice, sesekali ia menepuk pipi Alarice.
5 menit kemudian Alarice tersadar, ia langsung merengek sakit, segera Elvano memberi minum kepada Alarice, Alarice langsung memposisikan badannya menjadi duduk.
Ia langsung meneguk minuman yang diberi Elvano, setelah itu ia meraih obat yang ada ditangan Elvano dan langsung memasukkan dimulutnya, setelah Alarice minum obatnya ia langsung menangis.
Elvano bingung kenapa Alarice tiba tiba nangis, ia tidak tahu harus apa, ia hanya mengelus pundak Alarice agar sakit yang dirasakan Alarice berkurang.
"Gue sendiri" lirih Alarice
"Maksud lo apasih?" Tanya Elvano, jujur ia tidak suka Alarice seperti ini, ia lebih memilih Alarice yang galak dan suka mengomel.
"Ga tau kenapa, gue merasa sendiri didunia, meskipun banyak orang yang disamping gue, gue tetap merasa sendiri, gue ga tau kemana arah hidup gue meskipun gue tau masa depan gue terjamin, tapi gue ga tau kemana arah gue, gue akan lakukan apa untuk masa depan gue, semuanya yang gue jalanin bukan yang gue mau, semuanya udah diatur seseorang, dan gue tinggal jalanin" ucap Panjang lebar Alarice, Elvano hanya mendengar dan menyimak.
"Gue merasa kehilangan, tapi gue ga tau apa yang hilang, gue terus cari bagian hidup gue yang hilang, tapi nihil tuhan selalu ngehalangi gue" ucap Alarice yang terisak isak.
" lo ga boleh ngeanggap tuhan ngehalangi lo, mungkin tuhan punya rencana indah buat lo, tuhan tunggu waktu yang tepat aja" ucap Elvano tersenyum melihat mata indah milik Alarice.
" gue yakin, lo bakal dipertemukan sama bagian hidup lo yang hilang, tapi tunggu waktu yang tepat, semua yang terjadi sama lo pasti ada alasannya, seharusnya lo ga usah putus asa, masih ada orang orang yang ingin lo terus ada disamping orang itu, bahkan ada yang bersyukur lo hadir dihidupnya" ucap Alarice sambil mengusap pucuk kepala Alarice, Alarice hanya tersenyum.
"Asal lo tau gue juga ngalamin apa yang lo alamin, gue kehilangan bagian hidup gue, yang bedanya lo ga tau apa yang hilang dari hidup lo tapi kalo gue tau, gue kehilangan seseorang yang dulu gue sayangi, gue gagal ngelindungi dia, gara gara gue dia pergi, dan gue ga bakal ketemu sama dia itu gara gara kecerobohan gue sendiri" ucap Elvano
"Maksud lo, orang yang lo maksud meninggal?" Tanya Alarice dengan hati hati, ia takut menyinggung perasaan Elvano.
"Ga, dia masih hidup, tapi takdir udah nentuin kalo gue sama dia ga bakal ketemu lagi karena itu gara gara kecerobahan gue" jawab elvano, tak sadar air matanya jatuh dan membasahi pipi mulus milik Elvano.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARICE
Teen FictionAlarice Stella Poetri Gifari Hidup gue tenang sebelum gue menjabat jadi osis, karena apa? Semenjak gue menjabat menjadi osis, gue mengenal yang namanya Bad Boy, gue ga suka Bad Boy, gue ga suka omongan gue dibantah, apalagi yang namanya ga ngeharga...