5. 3 preman.

269 31 1
                                    

Bel pun berbunyi menandakan sudah waktunya untuk pulang, Alarice berdiri dengan mata yang sembab ia pun segera pergi dan mengambil tasnya di kelas, Elvano yang melihat itu mersa kasihan, ingin sekali ia menghampirinya tetapi mau bagaimana lagi ego telah mengendalikan dia.

Alarice berjalan dikoridor, ia tetap fokus, tidak peduli orang melihatnya dengan sinis, yang melakukan itu Elvano tetapi mengapa dirinya yang dicap jelek? Ia bingung dengan pikiran orang orang dangkal seperti itu.

Alarice pun sampai dikelas, kelas tampak sepi hanya saja disana ada Cilla, Bulan, dan Rara yang menunggu Alarice di kelas, Alarice pun menghampiri mereka dengan mata sembab, mereka bingung.

"Loh kok nangis?" Tanya Rara sambil memeluk Alarice, Alarice pun membalas pelukan tersebut san menangis dipundak Rara.

"Lo kenapa? Ada yang nyakitin lo?" Tanya Cilla

"Iya emng lu kenapa sih kok jadi gini? Cerita napa jangan ditutupi mulu" ucap Bulan

Alarice pun melepaskan pekukannya, ia pun duduk dikursinya, ia pun menceritakan kejadian tersebut dari yang dicium Elvano sampai dicaci maki oleh orang orang yang melihat itu.

"Gila banget sumpah, Elvano yang lakuin itu tpi lo yang dihina, ini ga bisa didiemin ni" ucap Cilla

"Udah biarin aja" ucap Alarice sambil terseyum manis, Mereka yang melihat Alarice terseyum merasa terkejut, setelah dihina Alarice masih bisa tersenyum?bahkan senyuman tulus.

Mereka pun memutuskan untuk keluar dan menunggu jemputan digerbang sekolah, saat ditengah perjalanan menuju gerbang sekolah, alarice izin ke teman temannya ingin ke toilet sebentar untuk mencuci muka.

Alarice pun berbalik arah dan menuju toilet, Alarice pun sampai di toilet kelas 10, ia pun masuk dan segera mencuci muka, saat ia keluar ia dikagetkan dengan keberadaan Larseno.

"Kakak bikin kaget deh"

"Hehe maaf sayang" jawab Larseno sambil ketwa kecil

"Heeh?"

"Emang tadi aku bilang apa?" Tanya Larseno

"Maaf sayang" jawab Alarice dengan muka lugunya.

"Iya dimaafkan sayang" jawab Larseno

"Apaansih kak gaje sumpah" cetus Alarice, ia pun segera meninggalkan Larseno yang sedari terkekeh melihat reaksi Alarice.

"Yaudah ga usah marah, ayok kita keluar" ajak Larseno sambil menggandeng tangan Alarice, Alarice yang dipegang tangannya sangat gugup,degupan jantungnya sangat cepat,pipinya sekarang seperti kepiting rebus, ingin sekali dia berteriak senang tapi dia hrus menahan agar imagenya didepan Larseno tidak hancur.

"E-eh iya kak, ayok"

Mereka pun sampai digerbang sekolah, terlihat supir Alarice telah menunggu diluar gerbang segera ia pamit kepada teman2nya, dan yang pastinya Larseno.

Alarice pun masuk kedalam mobil, mobilnya pun jalan, rintik rintik hujan membahasi jalanan dan lama lama menjadi deras, tiba tiba mobil yang ditumpangi Alarice mogok, Alarice pun bertanya kepada supirnya.

Sopirnyapun sgera keluar dan mengeceknya.

"Non, kayaknya mobilnya mogok deh, saya ga bisa perbaiki non" ucap supir tersebut.

"Yahh pak jadi gimana dong"

"Saya akan menelpon bengkel langganan saya tapi spertinya bakal lama non"

"Yaudah deh pak, saya nunggu dihalte situ aja, jadi klo ada bis saya bisa ikut bis aja"

"Gapapa non? Duh non nanti saya kena marah bapak"

ALARICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang