Yuta menggandeng tangan Sasa menuju tempat motornya terparkir.
Setelah didepan motor Yuta, Yuta langsung melepaskan tangannya dari tangan Sasa, Sasa terseyum malu sedangkan Yuta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Yuta pun menaiki motornya dan langsung memberikan helm untuk Sasa kebetulan helm yang dipake mamahnya saat mengantar mamahnya kerumah neneknya masih ada dinotornya.
Sasa pun langsung memakai helm yang diberikan Yuta dan langsung menaiki motor Yuta, Yuta segera melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
🦁🦁🦁
15 menit didalam mobil membuat Alarice bosan, apalagi dimobil tak ada perbincangan sedikit pun, mungkin Ninno suka keheningan tapi tidak dengan Alarice, ia terus melihat kearah Ninno sambil memikirkan topik pembicaraan agar suasana tidak garing.
Tapi tiba tiba mobil Ninno melambat dan berhenti di cafe Bahtaria, Cafe yang dikenal dengan tema aesthetic, Alarice hanya melongo tidak percaya, rupanya ini yang dimaksud Cafe Bahtaria, tentu saja Alarice tidak tahu karena Alarice jarang sekali keluar rumah, untung saja Ninno menjemput Alarice kalau tidak Alarice sudah dibuat bingung dengan google maps, apalagi jika jalan Alarice selalu membawa supir yang selalu mengawasi ditambah supirnya yang kudet, yang supirnya tau adalah Jalan ke sekolah Alarice, ke kantor papahnya dan jalan ke rumah Alarice, hanya itu yang supirnya tahu.
Ninno terseyum tipis melihat Alarice yang masih menatap cafe Bahtaria didalam mobil.
"Mau keluar ga ni? Atau makan disini aja?" Tanya Ninno, Alarice yang mendengar itu gelagapan.
"Eh ga kok, gue cuma takjub aja liat cafenya" ucap Alarice dan mnedapatkan senyuman manis dari Ninno.
Mereka pun keluar dari mobil dan berjalan beriringan, Alarice melihat setiap sudut cafe Bahtaria, Indah.
Mereka pun memilih untuk makan dirooftop, dan memilih meja yang paling pojok.
Mereka pun duduk dimeja pilihan mereka sembari melihat pemandangan kota saat malam hari, menikmati angin malam, dan mendengar orang bernyanyi, membuat suasananya semakin nyaman.
"Mau pesen apa?" Tanya Ninno sembari memberikan menu kepada Alarice, Alarice yang melihat itupun langsung mengambil dari tangan Ninno dan membuka menu tersebut.
Ia melihat lihat mwnu tersebut, dan merasa cocok melihat minuman dan makanan.
"Nasi goreng sama Green tea aja" jawab alarice dan dapat anggukan dari Ninno.
Ninno pun memanggil pelayan yang sedang berdiri di samping kasir yang disediakan dirooftop, segera pelayan itupun langsung menghampiri Ninno.
"Jadi pesan apa tuan?" Tanya pelayan tersebut
"Pesan nasi goreng 2, green tea 1 dan kopi 1" ucap Ninno dan mendapatkan anggukan dari sang pelayan, pelayang pun langsung pergi.
"Lo suka kopi?" Tanya alarice
"Iya" jawab Ninno
"Kopi ga baik, nanti lo ga bisa tidur" jawab Alarice, Ninno terdiam mendengar ucapan dari Alarice, baru pertama kali seseorang peduli dengannya setelah ibunya meninggal.
"Heii, kok bengong sih" ucap Alarice sambil melambaikan tangannya didepan wajah Ninno.
"E-eh ga kok" jawab Ninno sambil terseyum.
15 menit mereka menunggu makanan sembari mwngobrol ringan, makanan pun datang.
"Selamat makan" ucap Ninno dan mendapatkan senyuman dari Alarice.
Mereka pun makan dan melanjutkan obrolan mereka yang sempat terputus karena makanan datang.
🍓🍓🍓
Elvano menaiki tangga menuju rooftop, kali ini dia dan anggota inti geng Brutal sedang berada dicafe Bahtaria, bosan katanya, maka dari itu mereka memutuskan untuk pergi makan malam di cafe bahtaria.
Saat sudah dirooftop, Elvano mngedarkan pandangannya untuk mencari tempat yang kosong, tapi ia menemuka Alarice dan Ninno sedang makan bersama.
Elvano mengkerutkan dahinya, mencoba melihat lebih jelas, apakah yang ia lihat itu benar adanya.
"Bukannya dia si osis itu, kok dia sama si Ninno sih" ucap Zirro dan medapatkan anggukan dari Finno dan Oland.
Elvano hanya diam dan langsung memilih meja yang besebrangan dengan meja Alarice.
Mereka pun duduk dan memesan minuman.
Elvano terus curi pandang ke arah Alarice, memastikan Ninno tak melakukan sesuatu yang jahat kepada Alarice, Alarice terlalu polos.
"Gue ke toilet dulu" ucap Alarice dan mendapatkan anggukan dari Ninno.
Ia pun langsung beranjak dari twmpat duduknya dan pergi menuju toilet
Elvano yang melihat Alarice pergi pun segera mengikutinya.
"Gue ke toilet dulu" ucap Elvano dan mendapatkan anggukan dari teman temannya.
Sesampainya ditoilet, Alarice hanya melihat dirinya dicermin, untung saja dia makan tidak belepotan.
Ia pun berniat keluar dari toilet, saat ia melangkah keluar ia mendapatkan tatapan tajam dari Elvano, Alarice terkejut.
"Apaan sih lo, kayak setau tau ga" ucap Alarice langsung melangkah pergi.
Belum 2 langkah tangan Alarice sudah ditarik Elvano.
"Apa" ucap Alarice yang menatap balik mata elang milik Elvano.
"Gue bilang ga usah dekat dekat sama Ninno" ucap AElvano masih dengan raut wajah datarnya.
"Urusan lo apa" jawab Alarice
"Gue bilang gausah dekat dekat Ninno, lo punya telinga ga sih?!" Ucap Elvano penuh penekanan.
"Gue baru tau musuh se posessive lo, seharusnya lo senang kalo gue deket Ninno, Ninno kan orangnya ga baik, tapi malah lo ngelarang gue deket sama Ninno, lo itu siapa gue?, lo ga berhak campuri kehidupan gue, lo ga berhak ngelarang gue" ucap Alarice, Alarice pun langsung menepis tangan Elvano yang menggenggam lengannya dengan sangat keras.
Alarice pun langsung meleset pergi meninggalkan Elvano yang masih terdiam.
"Liat aja nanti" ucap Elvano, Alarice yang mendengar itu hanya menengok sedikit dan langsung pergi.
Alarice datang dengan wajah kesal, membuat Ninno kebingungan.
"Kenapa?" Tanya Ninno
"Biasa ada orang gila" jawab Alarice sambil mengerucutkan bibirnya, Ninno yang melihat itu gemas.
Elvano yang sudah berada di mejanya masih memantau Alarice.
Tak sengaja tatapan Elvano dan Ninno bertemu, masing masing menunjukan tatapan elang.
Ninno memutuskan kontak mata dengan Elvano karena Alarice sadri memanggil dia.
"Udah selesai nih, kita langsung pulang aja yuk" ucap Alarice dan mendapatkan anggukan dari Ninno.
Mereka pun beranjak pergi, dan perjalanan ingin menuruni tangga, Ninno tiba tiba merangkul Alarice, Alarice hanya terseyum malu sedangkan Elvano sedari melihat dengan tatapan tidak bersahabat.
Zirro, Finno, dan Oland menyerngit heran, kenapa Elvano harus marah kalau Alarice dekat sama Ninno, Alarice kan musuhnya seharusnya dia senang dong kalau Alarice dalam bahaya karena dekat dekat sama Ninno.
"Gue cabut" ucap Elvano langsung pergi.
"Lah minuman sapa yang bayar anjir" teriak Finno
"Gue yang bayar semuanya, tenang aja" balas Elvano dan mendapatkan anggukan dari Finno.
Elvano langsung pergi kekasir dan menyerahkan 5 lembar uang 100 ribu.
Mba kasirnya ingin memberikan kembalian tetapi Elvano sudah pergi entah kemana.
Elvano langsung melajukan mobilnya dan langsung mwngikuti mobil Ninno.
Sampe sini aja dulu wkwk
Lagi gamood buat :(
Makin ga jls aja ni critaaa huhu
Makasi ya yang tetep baca cerita ini
Kalo yang ga suka ceritanya, gpp kok ga ush baca
Ga maksa;)

KAMU SEDANG MEMBACA
ALARICE
Novela JuvenilAlarice Stella Poetri Gifari Hidup gue tenang sebelum gue menjabat jadi osis, karena apa? Semenjak gue menjabat menjadi osis, gue mengenal yang namanya Bad Boy, gue ga suka Bad Boy, gue ga suka omongan gue dibantah, apalagi yang namanya ga ngeharga...