Elvano masih memantau mobil Ninno yang masih berada didepan rumah Alarice, Alarice tak kunjung keluar membuat hati resah.
Sedangkan didalam mobil Ninno, sedari tadi Alarice mencari kalungnya yang tadi tidak sengaja terlepas, sangat susah mencari kalungnya itu, apalagi hilangnya didalam mobil, meskipun Ninno sudah menyalakan senter dihp tetap saja susah ketemu.
5 menit mencari kalungnya itu, akhirnya ketemu juga, Alarice pun pamit ke Ninno dan meminta maaf karena membuatnya repot, gara gara kalung sial.
Alarice keluar mobil sembari memakai kalungnya tersebut, dan melambaikan tangannya kearah Mobil Ninno yang pelan pelan sudah menjauh dari rumah Alarice.
Elvano yang melihat Alarice keluar dari mobil Ninno bernapas lega.
Ia pun memutuskan meninggalkan tempat tersebut dan berniat untuk pulang, tak tahu kenapa ia langsung mengantuk.
🌙🌙🌙
Alarice membuka pintunya dengan pelan, takut papahnya sadar atas kedatangannya.
Alarice yang sudah merasa aman pun langsung berlari kecil menuju tangga, baru menaiki 2 tangga, papahnya sudah berada di depan kamarnya.
"Dari mana?" Tanya Zento, terlihat sekali aura dingin dari papahnya.
"Jalan pah" jawab Alarice yang masih berdiri ditangga.
"Sama siapa?" Tanya Zento
"Temen"
"Papah tau kamu jalan sama teman tapi siapa namanya Alarice" ucap Zento, suasana semakin mencekam, Alarice menelan salivanya dnegan susah.
"Siapa Alarice" ucap Zento
"Itu pah, si em anu" ucap Alarice, ia merutuki dirinya ia terlalu takut menjawab pertanyaan papahnya apalagi papahnya menunjukan tatapan tidak bersahabat.
"JAWAB PAPAH ALARICE" bentak Zento, membuat Alarice terkejut, Alexa yang mendengar bentakan dari zento langsung keluar dari kamar.
"Udahh pah, jangan ngebentak Alarice" ucap Alexa sambil memeluk Alarice yang sedari tadi hanya diam dan menangis.
"ALARICE KAMU MENDENGARKAN SAYA ATAU TIDAK?!" Bentak Zento, suaranya meninggi tidak seperti tadi saat ia bentak Alarice pertama.
"Ica capek pah selalu dikekang, udah cukup pah, Alarice ngantuk" ucap Alarice langsung melepaskan pelukan Alaexa dan langsung menuju kamarnya.
Zento yang melihat itu hanya diam, Alarice menutup pintunya dnegan keras, masa bodoh jika ia tidak sopan, tapi ini sudah keterlaluan.
Alarice langsung membaringkan badannya dikasurnya dan menangis sejadi jadinya.
"Kamu keterlaluan" ucap Alexa kepada Zento.
"Anak itu perlu ditegasin, jangan dimanja terus" ucap Zento sambil menuruni tangga menuju kamarnya.
"Tapi Alarice butuh kebebasan, dia ga boleh dikekang terus" ucap Alexa dan membuat Zento menoleh ke arah Alexa.
"Kamu mau kejadian itu terulang lagi? Dimana kita kasih kebebasan buat Alarice jalan sama siapa aja, kemana aja, sampai sampai suatu saat kejadian tak diinginkan terjadi, mau itu keulang?, aku seperti ini karena sayang sama Alarice, aku tak mau melihat anakku sekarat dirumah sakit lagi, cukup dulu saja" ucap Ninno langsung melesat pergi.
Alexa yang mendengar itu meneteskan air mata, ia tidak tahu mau memihak ke siapa, nyatanya dua duanya itu sangat penting bagi Alexa.
Jam menunjukan pukul 02.00 pagi, tetapi Alarice belum selesai menangis, Alexa pun mengetuk pintu kamar anaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARICE
Teen FictionAlarice Stella Poetri Gifari Hidup gue tenang sebelum gue menjabat jadi osis, karena apa? Semenjak gue menjabat menjadi osis, gue mengenal yang namanya Bad Boy, gue ga suka Bad Boy, gue ga suka omongan gue dibantah, apalagi yang namanya ga ngeharga...