37

579 79 5
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, hari yang gelappun sudah tiba.

Jisoo menyibukan dirinya dengan urusan rumah tangga, mulai dari membersihkan rumah sampai hal yang ringan seperti mencuci piring.

Ayah ibu dan mertuanya sudah lama pulang, kini hanya ia berdua bersama sungchan.

Pekerjaan rumahnya selesai, jisoo melihat arloji yang masih ia kenakan.

Sudah waktunya bagi sungchan untuk meminum obatnya.

Bergegas ia meninggalkan dapur dan melangkah menuju kamar.



Ceklek ..

Jisoo membuka pintu kamar.

Sungchan yang berada didalam kamar mengalihkan perhatiannya kearah jisoo, dilihatnya jisoo yang tengah melangkah dengan membawa segelas air putih dalam genggamannya.

Tak mengatakan kalimat apapun, jisoo mengeluarkan obat milik sungchan yang ia taruh didalam laci kecil dinakas tempat tidur.

Kemudian jisoo mulai memberikan obat tersebut kepada sungchan.
Sungchan menerima, dengan dorongan air putih sungchan berhasil menelan obat yang terasa pahit dilidahnya.

Sungchan selesai meminum obatnya, jisoo kembali memasukan obat tersebut kedalam laci nakas.

Kemudian jisoo beranjak dari duduknya, ia bersiap keluar dari kamar.
Jisoo sudah memutar tubuhnya bersiap untuk melangkahkan kakinya, namun belum sempat melangkah sungchan menahan jisoo dengan cara mencengkram pergelangan tangan jisoo.

Seketika jisoo diam terpaku. Ia memejamkan sejenak matanya, berusaha membuat dirinya tenang.

Setelah dirasa cukup tenang, jisoo memutar tubuhnya guna menghadap sungchan. Dan ketika jisoo sudah menghadap sungchan, ternyata sungchan tengah menatap jisoo dengan tatapan yang sulit diartikan. Bahkan matanya terlihat jelas genangan air mata.

Jisoo masih berusaha bersikap tenang, ia memilih diam dan menunggu apa yang akan sungchan lakukan.

Keduanya saling tatap dalam waktu yang cukup lama, hingga jisoo terkesiap ketika satu tarikan yang sungchan lakukan membuatnya jatuh kedalam pelukan sungchan.

Jisoo diam dalam pelukan sungchan, sementara sungchan mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan kepalanya keceruk leher jisoo. Tak lama bahu sungchan bergetar, isakan mulai jisoo dengar. Sungchan menangis.

Mendengar isakan sungchan, tangan jisoo terulur mengusap lembut punggung sungchan, meski diam tak bersuara jisoo berusaha menenangkan sungchan.

" maaf .." kata sungchan, tangisan membuat ucapan sungchan tak begitu jelas. Namun jisoo masih mendengar ucapan sungchan. Ia pun menghentikan gerakan tangannya dipunggung sungchan.

" maaf .. karena udah bersikap egois, harusnya aku dengerin dulu semua penjelasan kamu .. harusnya aku ga gegabah dalam mengambil keputusan .. " sungchan kembali berbicara. Jisoo terkejut, namun ia memilih diam dan membiarkan sungchan mengeluarkan semua isi hatinya.

" aku bener bener bodoh .. harusnya aku bisa bedain mana yang tulus dan mana yang bersandiwara .. " kata sungchan lagi.

Mendengar itu air mata jisoo mengalir, namun lagi lagi ia memilih untuk diam dan mendengarkan sungchan.

" sifat bodoh aku bikin aku sadar .. kalau aku itu emang gak pantes buat kamu .. kamu ga pantes bersanding sama orang bodoh seperti aku .."

Deg ..

Raut wajah jisoo seketika berubah, kini jisoo benar benar hanya bisa diam bak patung yang tak bisa berbicara ataupun bergerak.

Untuk beberapa saat hening, hanya ada suara isakan tangis yang berasal dari sungchan. Detik berikutnya sungchan kembali bersuara.

" aku emang gegabah dalam mengambil keputusan .. tapi sekarang aku sadar .. itu semua demi kebaikan kamu .. jangan sia siain hidup kamu cuma buat manusia bodoh kaya aku .. kamu pantes dapat yang lebih baik .."

Masih dalam dekapan sungchan, jisoo memejamkan matanya, air mata yang membendung seketika tumpah mengalir membasahi pipi.

Entah mengapa jisoo merasa kalimat kalimat sungchan kali ini jauh lebih sakit dari permintaan perpisahan yang sungchan ucapkan tempo hari dirumah sakit.

Jisoo melepaskan dekapan sungchan, kemudian ia menatap sungchan. Dilihatnya wajah sungchan yang basah karena air mata. Jisoo mengulukan tangannya mengusap air mata sungchan dengan ibu jarinya.

" kenapa anak kecil itu selalu menyelesaikan masalah dengan menangis .." kata jisoo, sungchan diam. Ia pikir ucapan jisoo benar .. dirinya hanya seorang anak kecil yang selalu menangis jika mendapat masalah.

" tapi .. apa seorang anak kecil itu ga mau dibantu menjadi orang dewasa .." kata jisoo lagi. Sungchan masih diam.

Jisoo menundukan wajahnya, ditatapnya kedua telapak tangan sungchan. Kemudian jisoo menggenggamnya. Dan kembali menatap wajah sungchan.

" anak kecil disini , bukan berarti kamu .. tapi aku .. aku cuma bisa menangis kalau ada masalah .. apa kamu gak mau bantu aku untuk menjadi lebih dewasa .." jisoo kembali berucap.

" sungchan .. kamu yang udah buka pintu hati kamu, dan sekarang disaat aku berniat masuk .. kenapa kamu berniat menutup .."

" sungchan .. apa aku salah kalau aku bilang cuma kamu yang pantas jadi pendamping hidup aku .. apa aku salah kalau aku mau ngabisin sisa hidup aku sama kamu .. apa aku salah kalau aku mau nanti ketika tiba waktunya aku pergi kamu yang dampingin aku dan kamu menangisi kepergian aku .."

Mendengar itu, sungchan kembali menarik jisoo dan membawa jisoo kedalam pelukannya.

Sungchan menggelengkan kepala.

" jangan pernah berkata siapa yang nanti akan pergi lebih dulu .. tolong izinin aku buat bikin kamu bahagia .. jika nanti udah tiba waktunya .. kita bisa pergi sama sama .."

Jisoo mengangguk dalam pelukan sungchan, kemudian ia mengeratkan pelukannya.

Keduanya larut dalam tangisan...















...

Bersambung ..


Sumpah ga jelas banget ..

Tapi Aku nulisnya sambil nangis ..😭😭

Kalian nangis ga sih ..

Ngapa jadi gini ..

Dah ah ..

See you

world of marriage " WOM "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang