Part Dua

10.4K 951 19
                                    

Happy reading

Gama terbangun dari tidurnya saat merasakan belakang lehernya ngilu. Lantas ia memijit pelan belakang lehernya sambil melihat jam yang terlingkar di pergelangan tangannya. Sudah jam 19.10 pantas saja lehernya sakit. Ia tertidur lumayan lama di sofa apartemen.

Demi Tuhan, di sofa!

Bahkan ia tidak sempat berpindah tidur ke ranjang saking lamanya ia menunggu balasan chat yang dikirimnya sejak tadi. Oh tidak, sejak beberapa hari lalu. Bahkan sampai sekarang, saat Gama kembali mengecek ponselnya dan masih tidak menemukan tanda-tanda chatnya di balas.

Jangankan chat, teleponnya saja tidak ada satu pun yang terbalaskan dan masih terabai begitu saja. Tindakan Tasya benar-benar membuatnya pusing sekaligus khawatir. Setidaknya pacarnya itu perlu mengabarinya minimal keberadaan ia saat ini. Atau paling tidak, Tasya harus mengabari kedua orang tuanya yang mungkin saja masih amat khawatir sampai saat ini. Karena dari semalam, orang tua Tasya menghubunginya dan mempertanyakan keberadaan putrinya. Tentu saja Gama gelagapan di buatnya. Ia sendiri tidak tahu di mana keberadaan Tasya sekarang. Terakhir mereka bertemu adalah beberapa hari lalu saat ia mengantar Tasya pulang usai mereka berkencan. Esoknya, Tasya menghilang dan tidak bisa di hubungi sampai detik ini.

Ia sudah bertanya kepada teman-teman Tasya terkait keberadaan pacarnya itu. Namun, mereka malah balik bertanya dan mengira Tasya sedang bersama dengan Gama saat ini.

Siapa yang tidak gila?

Gama beranjak dari sofa lalu berjalan pelan ke arah kamarnya. Ia perlu mandi sekedar untuk menyegarkan pikirannya. Di bawah shower Gama memejamkan mata seolah meresapi air dingin yang mengalir di kepala sampai ujung kakinya. Sensasi air dingin benar-benar membuat pikirannya lebih rileks dari sebelumnya.

Tadi ia tidak fokus bekerja karena pikirannya masih berlari ke pacarnya. Dan setelah selesai bekerja, ia langsung pergi ke beberapa teman Tasya yang ia kenal. Dan menanyakan keberadaan pacarnya itu tapi nihil. Lalu sesampainya di apartemen, ia malah tertidur karena menunggu balasan telepon dari Tasya.

Gama menyudahi acara mandi-mandinya dan segera mengeringkan badannya dengan handuk, lalu berjalan keluar dari kamar mandi. Usai berpakaian, Gama mencari kontak teman-temannya untuk sekedar diajak nongkrong agar pikirannya bisa lebih rileks. Entah sekedar minum-minum sebentar, atau pergi ke club hanya sekedar mencari hiburan, terserah. Sebenarnya, ini bukan Gama sekali. Semenjak akhir-akhir ini ia sudah jarang meminum-minum walau masih sering pergi ke hiburan malam beberapa kali.

Itu karena semenjak ia berpacaran dengan Tasya, ia berusaha membuat yang terbaik, entah itu sekedar mengurangi minum-minumnya.

Gama menekan salah satu kontak temannya, dan menemukan tanda online di profilnya, tanpa berpikir Gama langsung meleponnya.

"Bentar dulu, nyet!"

Bahkan belum sempat Gama menyapa atau sekedar "halo" orang di seberang telfonnya sudah lebih dulu bersuara lalu mematikan panggilannya. Gama mengumpat pelan. Selalu seperti ini setiap kali ia menelepon Rayan-temannya itu selalu berada di panggilan lain. Yang Gama tebak, sudah pasti sedang menelefon pacarnya.

Baru saja ia ingin melempar ponselnya, tapi urung saat ponselnya bergetar pertanda ada yang menelefon. Gama melihat nama Rayan yang tertera di layar.

"Halo, nyet. Sori tadi gue lagi nelepon Bela, hehe."

Benar, kan dugaan-nya?

"Udah gue duga."

Rayan terkekeh di seberang sana. "Ya gimana ya, pacar harus di prioritasin dong, ketimbang lo,"

Amazing AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang