Part Tiga Puluh

15.3K 886 71
                                    

Buat yang lupa sama ceritanya, silakan baca ulang bab sebelumnya ya

happy reading

***

Jarum jam terus berjalan tiap detiknya, dari pagi ke malam terasa berlalu begitu saja seperti angin lewat. Namun begitu, tetap saja April harus bersyukur karena masih diberikan napas hingga detik ini.

Sekarang ini, April sedang duduk di kursi favoritnya, (atau bisa dikatakan kursi kerja) terlihat begitu serius menatap tablet yang terletak di atas meja. Tangannya tampak begitu terbiasa mengotak-atik tablet. Sesekali ia berhenti untuk sekadar melihat hasil rangkaian sketsa gaun-nya lalu memasang wajah puas saat dirasa gaun yang ia gambar memenuhi keinginannya. Mengambil minuman yang terletak di sampingnya, April meneguk minuman itu hingga tandas. Menghabiskan hampir dua jam bekerja ia merasa tenggorokannya kering hingga meminum air putih saja tidak cukup.

Maka dari itu, April lantas berdiri menuju arah kulkas yang terletak di sudut ruangan lalu berjongkok untuk mengambil satu kaleng minuman soda. Saat berbalik hendak kembali ke tempat semula, April dibuat kaget oleh suara teriakan Taro—si kucing gendut yang tampak kesal karena ekornya terinjak oleh April.

"Ee Ayam-ayam! Apaan tuh?" April yang kaget karena suara kucing lantas menunduk menatap ke lantai.

"Astaga maaf-maaf, iya jangan ngambek gitu dong aku nggak sengaja," katanya seraya mengambil Taro ke gendongan.

Baru saja ia ingin duduk kembali ke kursinya, suara ketukan pintu terdengar lagi membuat April urung untuk duduk.

Siapa yang datang?

Tok tok tok

Baiklah, sepertinya April harus membukakan pintu itu karena tidak mungkin ia akan menyuruh Taro yang membukanya kan? Ah jangan harap karena sesungguhnya kucing adalah majikan dan April hanyalah babu.

"Ee Ayam-ayam!"

April mengusap dadanya berulang kali sambil melotot menatap seseorang di hadapannya. Namun, saat tersadar siapa seseorang di depannya, April buru-buru tersenyum lebar. Ah tidak, ini sih kelewat lebar karena gigi-giginya ia pamerkan sekalian.

"Tante? Sini-sini masuk." April buka pintunya semakin lebar.

"Maaf ya Tante, lagi berantakan banget belum sempat beres-beres."

Coba tebak siapa yang datang?

Gama? Tentu saja bukan. Karena April barusan memanggil kata 'Tante'

Ya kali Gama berubah jadi Tante-Tante? Kan nggak lucu, batin April.

Lantas, Ibu Gama? Bukan juga. Tante Falia akan menghubunginya terlebih dahulu bila hendak berkunjung ke butik. Seperti mengirim pesan, atau langsung menelepon.

Terus siapa dong?

Yep. Tante Maya, Ibunya Rehan.

MAU NGAPAIN BELIAU KE SINI?

"Duduk Tante. April ambilin minum dulu, ya? Tapi adanya air putih sama soda aja. Tante mau apa?" tanya April ramah.

"Air putih aja, makasih."

Aduh, kok hawa-hawanya tidak mengenakan, ya?

"Oke Tante."  Berbalik, April hendak mengambil sebotol minuman sebelum dikagetkan dengan suara Tante Maya.

"Astaga April, Kamu pelihara kucing? Tante nggak suka. Coba lihat sofa-nya penuh bulu semua. Kamu biarin kucing kamu naik-naik ke sofa seenaknya?"

Eh?

April menoleh dan tatapannya langsung tertuju ke arah Taro yang sedang selonjoran di samping Tante Maya. Tampaknya Taro baru selesai pup dan sedang membersihkan diri tepat di samping Tante Maya yang menutup hidungnya menggunakan kerah baju. Wajar saja, karena seingkat April Tante Maya tidak terlalu suka dengan hewan berbulu.

Amazing AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang