Note: (Nggak tau menurut kalian ini penting atau nggak) Jadi, ini adalah cerita waktu malam saat mereka jadian ya, biar ngak bingung, loh kok tiba-tiba udah jadian aja nih si Gampil wkwkwk
Happy reading<3"Kamu lucu, aku suka."
Wanita itu masih bergeming. Seolah hanya ada dia sendirian di mobil ini, nyatanya di samping jok kursi mobil yang sedang ia duduki ada seorang pria yang sama diamnya seperti dirinya. Menjadikan sunyi sebagai penengah pembicaraan mereka yang tiba-tiba terputus. April menarik napasnya pelan, lalu mengembuskannya lewat mulut.
Bahkan deru napasnya terdengar jelas, saking sunyinya suasana di sini. Sudah pernah April bilang, bukan? Ia paling benci dengan suasana canggung begini. Namun layaknya disihir, April hanya bisa mengunci mulutnya rapat-rapat, alih-alih mengeluarkan celotehnya seperti biasa setiap kali ia ingin menghapus suasana yang terasa canggung.
Namun, yang lebih April sesalkan lagi adalah mulutnya yang sudah terbiasa ceplas ceplos. Jadi, alih-alih tersipu dengan ucapan Gama tadi, April malah menanyakan suatu hal yang terlintas di benaknya. Hal itu lah yang membuat mereka nyaris bisu beberapa menit kemudian.
"April," pria disampingnya membuka suara, setelah menjadikan hening sebagai sahabat mereka sedari tadi. April menolehkan kepalanya cepat hingga membuat poninya ikut bergerak.
"Are you okay?" tanya Gama pelan.
April mengangguk cepat. "Aku baik-baik aja," jawabnya. "Kirain kamu yang nggak baik-baik aja, maafin ya. Pertanyaanku tadi pasti ngagetin kamu banget, ya? Duh sori, aku nggak maksud gitu-"
"Hey, it's okay," potong Gama. Ia melepaskan tangan April yang saling bertaut sehingga berada di genggamannya. "I know, kamu pasti bakalan nanya begitu. Sebenarnya aku udah kepikiran ini dari dulu, dan tiba-tiba aja, setelah selesai dari kantor aku malah menyetir mobil hingga berhenti di sini, alih-alih langsung balik ke apartemen." Gama tertawa pelan. "Biar bisa mastiin langsung, apa aku begitu? Nyatanya dengan keberadaan kamu di sini, melihat langsung seorang April yang sedang duduk dengan wajah bingungnya seperti sekarang ini, entah kenapa itu menjawab semua pertanyaan yang ada di pikiranku, Pril."
April hanya diam saja saat Gama menjelaskan. Ia bingung harus membalas bagaimana.
"Kita kenal berapa lama, sih?" tanya Gama saat penjelasannya tadi sudah ia lontarkan.
April mengerutkan dahi seraya berpikir. "Berapa, ya? Hampir enam bulan ada kali? Eh bener nggak, sih?" ucapnya tidak yakin.
"Lumayan lama, ya?" lanjut Gama. "Atau malah kecepatan? I don't care," katanya tertawa. "Dan soal pertanyaanmu tadi, nope, Pril. Aku nggak menjadikan kamu sebagai penyembuh patah hatiku sama Tasya atau apalah seperti yang kamu tanyakan tadi. Sama sekali enggak. Aku sama dia, udah benar-benar selesai. Dan selesai menurut aku, ya benar-benar selesai nggak ada apa pun lagi yang tersisa, bahkan saat malam itu, waktu dia nelepon minta bantuanku, aku malah ke tampat kamu dan menganggu waktu istirahat kamu."
April tertawa. "Nggak ganggu, kok," karena sungguh, kedatangan Gama malam itu benar-benar tidak mengganggunya. Malam itu, April seperti biasa menamatkan novel terbarunya yang baru ia beli di toko buku.
"Aku nggak suka lihat Rehan yang berusaha deketin kamu lagi, awalnya aku berpikir, kenapa juga? Toh wajar saja kan, seorang mantan ingin memperjuangkan lagi hubungannya yang sempat kandas, dan ingin memperjuangkan kamu lagi. Namun lama-kelamaan, itu semakin mengangguku. Terlebih saat dikantor, Rehan nggak henti-hentinya membicarakan kamu. Di hadapanku. Dia bercerita ingin berusaha lagi buat bisa sama-sama bareng kamu. Aku nggak pernah menaggapinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing April
Romance"Nggak semua orang punya pacar. Tapi semua orang, pasti punya jodoh." * Sudah baper, sudah dekat, tinggal menunggu jadian. Eh, dia malah jadian dengan sahabat sendiri. April pernah mengalaminya. Dan sialnya, itu bukan hanya kejadian sekali saja. Ta...