Happy reading
"Hiro, sini dong sama onty."
"No."
April mengerucutkan bibirnya. Ponakannya yang berusia hampir dua tahun itu masih bergelut di gendongan mamanya. Mungkin agak kaget mendapati suasana baru disini. Entah sudah ke berapa kali April merayu ponakannya agar mau ia gendong. Wajar saja, Hiro pasti belum mengenenal April yang terasa asing baginya. Mengingat dari lahir hingga sekarang, mereka hanya bertemu via video call.
Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang keluarga minus Bang Aktaf yang memilih untuk tidur. Sebenarnya April sudah akan pergi ke butik, namun melihat Kak Jess muncul bersama anaknya, April urung melakukan niatnya. Dan saat ia ingin mengambil Hiro untuk di gendong, bayi itu langsung menangis membuat April cemberut. Beruntung sekarang Hiro sudah anteng di gendongan Mamanya. Tapi tetap saja, April tidak akan menyerah sebelum ia berhasil menggendong Hiro.
Kak Jess tertawa melihat adiknya yang cemberut, "coba kamu kasih coklat, Pril. Hiro suka banget coklat,"
"Coklat? aku ada deh kayaknya," April beranjak menuju kulkas. "Bentar, kak."
Ia kembali sambil membawa dua buah coklat di tangannya.
"Hiro, lihat! Onty punya coklat."
Hiro melirik coklat di tangan April, Bayi itu tampak tertarik seraya mengulurkan tangannya. April tertawa dan mengangkat Hiro ke gendongannya. Benar kata kak Jess, Hiro sangat gampang sekali di bujuk jika menyangkut dengan coklat. Bayi itu kini tertawa senang karena di tangannya ada sebungkus coklat.
"Jangan dibuka coklatnya, Pril."
Namun April sudah terlanjur membuka kemasannya dan menyerahkannya pada Hiro. Mulut dan tangan Hiro kini penuh dengan coklat.
"Hehe maaf Kak. Abisnya lucu banget."
*
"Kita cuma disuruh diem-dieman gini?" Irdi berbisik di sebelah Rayan yang langsung mengangkat kedua bahunya.
"Gue juga nggak paham." Rayan balik berbisik.
Andra yang duduk agak jauh dari mereka berdua segera mendekat. Karena tadinya, ia asik meneliti desain interior apartemen milik Gama yang patut di ancungi jempol. Selera Gama, boleh juga.
Ia mengambil duduk disamping Irdi. "Apaan woi?" bisiknya penasaran.
Namun sudah seperti makhluk astral, Irdi mengabaikannya dan memilih berbisik lagi disamping Rayan. "Hawa Gama kayak beda banget sama yang di Cafe waktu itu, sekarang ini kayak mau makan orang,"
"Santai aja. Dia nggak bakalan makan lo, kok," balas Rayan cuek.
Andra berdecak karena ia masih tidak mendengar obrolan Irdi dan Rayan. "Lo berdua bisik-bisik apaan sih, homo ya?"
Langsung saja Rayan menggeplak belakang kepala Andra, sementara Irdi ia langsung memundurkan badannya mengambil jarak. Keasikan berbisik-bisik, ia tidak menyadari bahwa posisinya dan Rayan pasti akan mengundang kesalah pahaman bagi siapa pun yang melihatnya.
"Sakit, bangsat!" Andra memegangi belakang kepalanya. "Lagian pada bisik-bisik nggak ngajak-ngajak."
Seolah tersadar dengan suara Andra barusan, Gama buru-buru merdeham tak enak. "Gue ambilin minum dulu."
Sepeninggalan Gama ke dapur, kembali mereka bertiga hanya saling menatap. Rayan mengangkat bahunya cuek dan memilih melepaskan jaketnya dan berbaring di sofa. Sementara Andra dan Irdi kembali saling tatap-tatapan bak orang dongo. Rayan tertawa melihat ekspresi wajah dari kedua temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing April
Romance"Nggak semua orang punya pacar. Tapi semua orang, pasti punya jodoh." * Sudah baper, sudah dekat, tinggal menunggu jadian. Eh, dia malah jadian dengan sahabat sendiri. April pernah mengalaminya. Dan sialnya, itu bukan hanya kejadian sekali saja. Ta...