Happy reading
Jangan lupa votmen ya
Gratis kok, gratis hehe
.
.
.
April menggerutu saat merasakan kakinya terasa gatal campur sakit dan saat melihat ke bawah, ternyata ia berdiri di bawah tumpukan semut yang berkeliaran. Pantas saja kakinya terasa ngilu. Ia agak sedikit menjauh dari tempatnya berdiri, dan mulai mengusap-usap kakinya yang mulai merah.Pandangannya kembali tertuju ke depan, dimana Gama dan si perempuan yang tak April ketahui namanya masih mengobrol. Jadi, saat tadi mereka sedang menunggu es buah yang mereka pesan, ada seorang yang memanggil Gama. Dan saat April menoleh, ternyata seseorang yang memang Gama kenal.
Sebagai bentuk sopan santun, April memilih menunggu di bawah pohon selagi Gama mengobrol dengan perempuan itu. Tapi malah sial, karena kakinya di gigit semut. Masih sambil mengusap-usap kakinya, April tidak tahan lagi dan memilih melangkah ke depan mendekati Gama.
Melihat April tengah melangkah ke arahnya, entah kenapa membuat Gama mengembuskan napas pelan. Bagaimana tidak, Brenda—tetangganya yang entah kenapa dari dulu sangat ingin sekali menempel dengannya. Itu merupakan salah satu alasan kenapa ia jarang pulang ke rumah Ibu, karena setiap kali ia di sana, Brenda akan mendadak muncul dan menganggunya. Seperti sekarang ini. Entah kenapa Brenda bisa menemukannya di sini.
"Katanya, kamu udah putus sama Tasya ya? Bagus sih. Soalnya aku liat dia pernah jalan sama cowok. Waktu itu aku nggak sengaja liat—" kalimat Brenda terpotong saat April mendadak muncul di depannya.
"Gama. Udah belum?" April langsung bertanya tanpa memperdulikan perempuan di sampingnya yang tengah menatapnya tidak suka.
Tapi masa bodo. April ingin segera kembali ke villa dan mencari sesuatu yang bisa di pakai ke kakinya yang nyeri. Ia kembali menatap Gama yang juga sedang menatapnya.
"Kalau masih mau ngobrol, aku balik duluan, ya. Mau balik ke villa," April menunjuk kakinya, "di gigit semut. Lumayan nyeri hehe,"
Gama melihat kaki April yang tampak memerah, tanpa berpikir Gama mengangguk dan menarik tangan April. "Yaudah kita balik,"
Tapi saat Gama ingin berjalan, Brenda langsung menahan lengannya, sementara April berusaha menahan umpatan. Karena sungguh, gigitan semut itu sangat tidak menyenangkan.
Menurut April, lebih baik di gigit nyamuk, tapi jangan semut.
Efeknya jadi seperti ini. Kakinya terasa gatal, tapi sakit di saat bersamaan.
April kembali melirik ke perempuan di sampingnya. Sekarang, ia pun terang-terangan menatap si perempuan itu dengan raut menyolot. Biar saja, dia yang duluan begitu kok. Dia pikir dia saja yang bisa menyolot? April juga bisa. Seperti yang dia lakukan saat ini.
"Gama. Gimana dengan penawaran aku tadi? kamu mau kan?" ucap Brenda sambil menatap Gama dengan raut memohon.
April mendengus lalu kembali menatap Gama. "Kalian lanjut ngobrol aja. Kaki aku udah nggak tahan, nyeri banget,"
Lalu tanpa memedulikan balasan Gama, April sudah berjalan duluan menuju ke villanya. Dalam hati April mengumpat keras pada semut-semut yang menggigit kakinya. Tengah asik menggerutu di jalan, tiba-tiba April merasakan pergelangan tangannya dicekal seseorang dan saat ia menoleh, ternyata orang itu adalah Gama.
"Loh, nggak jadi ngobrol sama—"
"Nggak penting. Kita cari sesuatu buat obatin kaki kamu," Gama tetap memegang pergelangan tangan April sambil terus berjalan.
"Hah?"
Gama berhenti berjalan dan menatap April. "Obatin kaki kamu. Biar nggak luka, itu awalnya emang merah doang. Kalo nggak di obatin pasti luka nantinya," jelasnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing April
Romance"Nggak semua orang punya pacar. Tapi semua orang, pasti punya jodoh." * Sudah baper, sudah dekat, tinggal menunggu jadian. Eh, dia malah jadian dengan sahabat sendiri. April pernah mengalaminya. Dan sialnya, itu bukan hanya kejadian sekali saja. Ta...