Part Tujuh Belas

7.5K 711 19
                                    

Happy reading
Vote juseyo <3
.
.
.

Terkadang sesuatu yang sudah di rencanakan matang-matang di kepala tidak sepenuhnya berjalan lancar saat di lakukan. Seperti rencana April sebelumnya yang akan pura-pura marah atau seperti yang ada dia pikirkan tadi. Acting.

Namun saat menatap Gama yang sekarang sedang membuat sesuatu di dapur, April mendadak mengurungkan niatnya. Fokusnya kini pada Gama yang tampak sibuk dengan apa yang di kerjakannya.

Sebagai bentuk sopan-santun, April turun dari stool bar dan berjalan mendekat ke arah Gama. "Nggak usah suruh aku duduk yang manis di situ, karena tangan ini pengen banget berbuat sesuatu untuk membantu. Jadi, ada yang bisa di kerjakan?" tanya April seolah sudah tahu apa yang akan dikatakan Gama.

Gama mengulum senyum sebelum menjawab. "Sebenarnya, aku mau kamu tunggu aja di situ. Duduk yang manis sampai makanan ini siap, tapi berhubung kamu berinisiatif sendiri mau membantu, um..." Gama melarikan pandangannya ke kulkas.

"Oke, noted." April mengerti maksud ucapan Gama, dan ia segera melangkahkan kakinya menuju kulkas Gama dan terperanjat saat melihat isinya. "Lengkap banget?"

Gama terkekeh. "Sering di isi Kanjeng Mami," jawabnya pelan.

April berjongkok dan mengulurkan tangan untuk mengambil jus kemasan yang terletak di rak bawah. Lalu mengambil dua gelas dan segera menuangkan minuman itu untuk dirinya, dan Gama tentunya.

"Kamu sering masak?" tanya April melihat cara Gama yang memasak terlihat memang biasa dilakukan.

"Kadang-kadang aja. Karena lebih sering dianterin makanan sama Ibu. Atau kadang makan di luar juga," jawab Gama.

"Jago masak gitu, kenapa nggak ikut indonesian idol?" gurau April santai namun tetap saja dalam hati ia ingin tertawa. Terlebih saat melihat Gama yang sekarang menatapnya geli.

"Terima kasih sarannya, but no. Nggak minat." Gama meletakkan dua piring berisi nasi goreng yang sudah siap disantap. "Sekarang, makan dulu."

April menatap makanan di depannya dengan tertarik. Padahal tadi ia sudah mengisi perutnya dengan bubur. Semoga saja Gama tidak ilfil dengannya karena porsi makannya yang banyak. mengambil sendok di meja, ia mulai mencicipi seraya menatap Gama yang juga sedang menatapnya serius. April menyipitkan mata masih sambil mengunyah, seakan ia sedang menilai hasil masakan pria itu.

"Enak banget," respon April. Lalu mulai menyantap lagi nasi gorengnya.

Gama tertawa pelan. "Syukurlah," ucapnya dan mulai memakan makananya. sesekali ia mengulum senyum saat menatap April yang makan begitu lahap. Namun perempuan itu tampak tidak peduli dan tetap melanjutkan makannya.

"Masakan kamu boleh juga. Kapan-kapan kita collab ya. Gini-gini aku juga pinter masak loh," celoteh April membuat Gama menggelengkan kepalanya sambil tertawa pelan.

*

"Masih sakit?"

April menggeleng seraya menggerak-gerakan lututnya. "Nggak sesakit tadi." lalu ia melarikan pandangannya ke jam di dinding. "Udah mau jam sepuluh. Aku harus pulang," ujarnya menatap Gama. Namun laki-laki di depannya malah tampak diam seakan sedang berpikir. April bisa melihat dari kerutan di dahinya.

"Gama?"

Gama mengangguk, dan kali ini ia kembali melarikan pandangannya pada April karena sebelumnya ia hanya fokus menatap lantai di bawahnya. "Bentar lagi, ya?"

April mengerutkan dahi, namun setelahnya ia malah mengulum senyum sambil menyipitkan mata menatap Gama. "Emang mau ngapain?"

Gama hanya menggeleng dan segera menarik tangan April menuju ke salah satu ruangan yang berhasil membuat April terpukau. "Di sini juga ada studio foto?" tanya April seraya melihat-lihat isi ruangan itu yang memang persis seperti studio foto.

Amazing AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang