Part Dua Puluh Lima

6.3K 538 21
                                    

Happy reading<3
enjoy!!

"Bang Bos!"

Gama yang baru melangkahkan kakinya memasuki studio, terpaksa menghentikan langkahnya saat mendengar suara Radi—seorang mahasiswa semester akhir yang bekerja di studio-nya sedang menatapnya seraya nyengir. Cowok itu sedang duduk di sofa ruang tunggu tamu sambil mengangkat tangannya yang terselip rokok. Gama lantas membelokkan langkahnya medekati Radi yang terlihat sedang bersantai.

Mengambil duduk di salah satu sofa, Gama lantas mengeluarkan ponselnya saat di rasa ada telepon masuk. Namun, baru saja akan ia angkat, telepon tersebut telah terputus sepihak bersamaan dengan suara Radi yang terdengar. Bahkan ia belum sempat melihat siapa yang meneleponnya, Gama sudah kembali menyimpan ponselnya ke saku jaket.

"Kenapa Rad?"

"Ada yang nyariin lo Bang," kata Radi seraya mematikan rokoknya dengan cara menekan ujung rokok ke asbak yang berada di atas meja. Melihatnya refleks membuat Gama mendengus. Bocah ini sangat aktif sekali merokok.

"Siapa?" tanya Gama sambil lalu. Ia melirik jam yang terlingkar di pergelangan tangannya. Sudah masuk jam makan siang. Setelah menyempatkan waktunya untuk mampir sebentar keadaan studio, Gama perlu kembali ke kantor.

"Pacar lo. Dia ke sini sendirian. Jalan kaki katanya, mana panas-panasan," jawab Radi sembari berdecak. Ia mengerling menatap Gama.

April?

Pikiran Gama lantas tertuju pada April. Namun, kenapa April ke sini jalan kaki? Dan juga, pacarnya itu tidak mengabarinya. Ia bisa menjemputnya terlebih dahulu jika memang begitu.

"Mukanya lebam biru. Lumayan banyak itu, tapi udah nggak terlalu keliatan. Anjir, lo apain dia Bang?" kembali Radi bersuara mengembalikan lamunan Gama terhadap April. Ia menatap Radi dengan dahi berkerut namun cowok tengil yang berusia sekitar 22 tahun itu berdecak-decak sembari memberi ekspresi seakaan tidak percaya.

"Lo ngomongin siapa, sih?"

"Ya Tasya lah! siapa lagi?" balas Radi gemas seakan tak habis pikir dengan pikiran bosnya ini. Bisa-bisanya pacar sendiri lupa?

"Tasya?"

Ah Gama lupa. Orang-orang yang bekerja di studio memang tidak tahu ia dan Tasya sudah tidak bersama sejak lama. Mereka masih mengira Gama masih berpacaran dengan Tasya. Tak ayal mereka selalu bertanya kenapa Tasya sudah tidak pernah lagi terlihat karena biasanya Tasya rajin berkunjung ke studio. Membawakan makanan atau kue hasil coba-cobanya dan membagikannya pada mereka. Lalu akhir-akhir ini setiap kali Gama datang ke studio, mereka sering menanyakan keberadaan Tasya namun Gama mengabaikannya karena toh, tidak penting juga, kan, memberi informasi tentang kisah cintanya pada orang-orang yang bekerja di studio-nya. Namun, Gama tidak terpikir jika hal itu malah menjadi kesalahpahaman bagi mereka, termasuk si Radi ini.

"Gue udah nggak sama Tasya," beritahu Gama. "Oh ya, gue udah punya—"

"Astaga, tega ya lo. Pacar cakep gitu nggak di akuin!" potong Radi cepat sebelum Gama menyelesaikan kalimatnya.

Gama berdecak. "Jangan sembarangan memberi kesimpulan sendiri. Lo kebiasaan gitu, sih. Oh ya, dia ke sini jam berapa?"

Baru saja Radi akan menjawab, namun urung saat melihat seseorang yang berdiri di belakang Gama. Melihat raut wajah Radi yang salah tingkah, Gama lantas melirik dari balik pundaknya. Adalah seseorang wanita yang tengah berdiri canggung menatapnya seraya menerbitkan senyum tipis. Terlihat di paksakan karena Gama yakin. Melihat dari luka di sudut bibir perempuan itu, pasti sakit sekali jika menerbitkan senyum lebar. Gama kembali melirik Radi yang tengah menggaruk kepalanya yang ia yakin sekali tidak gatal.

Amazing AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang