Part Dua Puluh Dua

6.2K 559 14
                                    

Happy reading<3
.
.
.

Rehan mengirim sebuah chat pada April, mengatakan jika ia sudah sampai di depan rumahnya namun, masih bergeming di dalam mobil. Lalu ia meminta izin untuk turun saja dan menunggu di dalam jika April mengizinkan karena akan sangat tidak sopan jikalau ia mengajak anak orang pergi, tanpa berpamitan dulu pada orangtua si perempuan. Namun, dengan cepat April mencegahnya. Dari kaca mobil, Rehan melihat April yang berlari kecil tampak keluar dari perkarangan rumahnya.

"Maaf ya, bukannya nggak mau izinin kamu masuk. Tapi kamu tahu sendiri, kan, di situ ada Papaku. Nanti bakalan lama kita jalannya. Keburu telat, karena pasti kamu bakal ditanyain habis-habisan sama beliau," jelas April setelah mendudukan dirinya di kursi samping kemudi. Oh ya, ia bahkan tidak menyadari panggilan Aku-kamunya sudah kembali lagi.

Biar saja, lagian permasalahannya dengan mantan kekasihnya ini sudah kelar, dan tidak usah di perpanjang lagi.

Rehan tersenyum lalu mengangguk. Mengingat dulu saat ia dan April masih berpacaran lalu untuk pertama kalinya ia mengunjungi rumah April dan malah berakhir mengobrol panjang dengan Papa April. Alhasil, rencana mengajak kekasihnya berkencan sempat tertunda beberapa jam dari yang seharusnya. Mengingat itu, membuat Rehan menerbitkan senyum geli.

"Menurut kamu, kado yang cocok buat Mami apa, ya? Waktu itu kamu juga, kan, yang milihin kado buat Mami aku, dan beliau suka," Rehan berucap sambil mengingat-ingat kejadian beberapa tahun lalu yang mana, April sendiri yang memilihkan kado untuk Maminya pada saat itu.

"Hmm... Apa, ya? Sekarang genap berapa tahun si Tante?" tanya April.

"Empat puluh enam. Ulang tahunnya senin depan, nggak lama lagi. Kamu nanti datang, ya?"

"Lihat nanti deh," jawab April mencari aman.

Karena bagaimanapun, ia dan Rehan ini sudah mantan. Terlebih lagi, tante Maya-Maminya Rehan sudah tahu bahwa ia dan anaknya itu sudah tidak bersama lagi, nanti apa yang di pikirkan keluarga Rehan jika melihat dirinya datang?

Rehan menerbitkan senyum tipis seraya mengangguk. Ia menghentikan mobilnya di sebuah pusat perbelanjaan lalu bersama April, mulai mencari-cari hadiah yang cocok untuk Ibunya. Entah sudah berapa lama mereka mengitari tiap toko. Mulai dari toko satu, ke toko yang lainnya dan tidak kunjung menemukan kado yang cocok. Lalu di tengah penatnya berjalan keliling mall, April tiba-tiba menemukan idenya yang cemerlang.

"Kalau kamu nggak keberatan, hadiah buat Mami kamu baju aja, gimana? I mean, baju rancangan aku. Walaupun aku tahu rancanganku nggak yang waw banget, masih jauh banget dari kata sempurna. Nanti aku minta tolong Kak Stiv, buat..."

"Astaga, kok nggak kepikiran, ya?" Rehan memotong cepat. "Iya, oke. Aku setuju."

Alhasil, setelah menyempatkan untuk makan karena tenaga mereka lumayan terkuras setelah mengelilingi mall, mereka sepakat untuk balik pulang saja setelah menyetujui ide April dan di sinilah mereka sekarang. Di depan kantor tempat Rehan bekerja. April melirik pria di sampingnya yang sudah mematikan mesin mobil. "Mampir bentar dulu, ya. Nggak apa-apa, kan? Kamu mau ikut turun?" tanya Rehan.

April berpikir sesaat sebelum menggeleng. Ia memilih menunggu di mobil saja selagi Rehan menyelesaikan keperluannya di dalam. Sambari memainkan ponsel, April membuka media sosialnya untuk menghilangkan bosan sampai Rehan kembali muncul dengan raut yang menurut April... Sedikit aneh.

"Ada yang salah?" tanya April begitu saja. Rehan menggeleng, lalu menerbitkan senyum yang menurut April seperti dipaksa. Lalu selama perjalanan, tidak ada obrolan apa-apa dari keduanya membuat April bingung. Karena sungguh, ia paling tidak suka jika mengalami suasana canggung seperti ini. Padahal tadinya Rehan tidak begini, apa ada sesuatu di dalam yang menganggu dia?

Amazing AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang