Berenang

478 60 0
                                    

Berlahan lahan Angga membuka pintu ruangan yang kata Panji Kunal adalah ruangan mbok Genuk Buntu. Siapa mbok Genuk Buntu, Angga tidak tahu. Bukankah tadi Panji Kunal tidak menyebut dia siapa. Dia hanya menyuruh Angga tidur di sana, mandi dan memakai baju milik mbok Genuk.

Ah ruangan ini sungguh rapi. Sangat kontras dengan halaman rumah yang sangat kotor tadi. Di sebelah kanan ada kamar tidur dengan sebuah meja yang berisi baju baju yang tertata rapi diatasnya. Mungkin itu baju simbok yang bisa aku gunakan. Di sebelah kiri ada ruangan dengan tikar yang di tengahnya ada meja bundar pendek dengan sebuah teko dan gelas bumbung yang tengkurap rapi . Di belakang ruangan ini ada sebuah ruangan seperti dapur yang terdapat banyak sekali gerabah dan peralatan masak kuno yang terbuat dari tanah liat. Di atasnya ada kayu kayu yang ditata rapi. Mungkin kayu ini yang di gunakan sebagai bahan bakar di dapurnya simbok. Ah perut Angga jadi keruyukan . Dari tadi ia memang belum makan. Bahkan makanan di pesta kejutan Angga juga belum termakan karena gempa sudah keburu datang. Ah kalau saja Angga tahu akan terdampar seperti ini, tentu ia akan makan sebanyak banyaknya. Bagaimana ia akan menemukan makanan seperti itu di sini.

Sebelum masak Angga harus mandi membersihkan dirinya, agar bisa tidur nyenyak. Bagaimanapun keadaannya sekarang Angga harus menjaga dirinya. Pikirannya tidak boleh kacau. Ia harus menemukan jalan kembali pulang ke mama papa dan saudara saudaranya. Apakah mereka di sana juga sedang mencari aku? Angga membuang nafasnya mencoba menahan perasaannya.

Di kamar mbok Genuk, Angga memilih baju yang akan di gunakan untuk berganti nanti. Tapi tidak ada baju yang sesuai harapannya. Di sana hanya ada beberapa kemben dan kain jarik yang sudah lusuh. Ah apa boleh buat, Angga harus memakainya daripada tidak pakai baju.
Sinting kali pikirannya tidak pakai baju.

Memasuki dapur ia melihat gayung dari buah kelapa. Bisa juga ini gayung di pakai untuk mandi atau mencuci baju nanti. Angga harus mencuci baju sendiri, karena di sini Angga hanya menumpang. Jangan sampai merepotkan tuan rumah nanti.
Apalagi kalau simbok si empunya ruangan ini kembali. Semua harus rapi seperti sediakala sebelum Angga kemari.

Keluar dari ruangan simbok, Angga mencari tempat untuk mandi. Tadi Panji Kunal mengatakan di belakang ada kolam untuk mandi. Sebaiknya Angga cepat cepat mandi karena hari sudah semakin gelap.
Angga melihat kolam terbuka di belakang rumah. Tapi tempat itu begitu terbuka. Bagaimana bisa Angga mandi ditempat terbuka seperti itu. Bagaimana jika ada yang mengintipnya mandi ? Hiiii.. semangat Angga untuk mandi jadi turun drastis. Tapi jika melihat keadaan tubuhnya yang kotor , gengsinya jadi turun juga. Apaboleh buat, terpaksa Angga akan mandi dengan memakai baju, hitung hitung jika ada yang memergokinya mandi ia masih memakai baju, tidak telanjang bulat seperti ia mandi di rumahnya sendiri.

Kolam ini airnya sangat jernih, seperti mata air. Tak heran jika air di jaman ini jernih. Bukankah pada jaman dahulu pencemaran air belum ada.

Cepat cepat Angga menceburkan diri ke dalam kolam . Badannya terasa segar sekali . Ya kenapa ia tidak berenang ke tengah . Kolam ini lumayan besar. Bisa ia gunakan untuk berlatih renang selama ia berada di tempat ini. Senang sekali ia bisa menyalurkan hobinya berenang. Setidaknya ada satu yang akan menghiburnya di sini walaupun ia jauh dari rumah.

Setelah menyelesaikan tiga kali putaran renang, Angga merasa badannya sudah cukup bersih dan berniat menyudahi mandinya. Dia menuju tepi kolam untuk mengambil gayung di sana. Ternyata mandi di sini ia tidak perlu gayung.

Sang PemukulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang