Bagian 14

350 53 0
                                    

Hari sudah menjelang siang. Semua kakak kakaknya sudah pergi sejak tadi pagi. Kini tinggal Panji Kenengkung tinggal sendiri di rumahnya. Ia bingung harus mengerjakan apa. Biasanya ia akan pergi ke rumah ki buyut untuk mengajari Prana baca tulis kemudian akan bermain dengannya dan Ratih sampai malam. Jika malas pulang atau ada tamu ia akan tidur saja di rumah ki buyut. Sudah beberapa hari ia malas pergi ke rumah ki buyut. Kini ia lebih nyaman di rumahnya sendiri . Walau ia harus berhati hati dengan penghuni baru.

Ngomong ngomong soal penghuni baru, sebenarnya saat ini gadis itu sedang apa? Biliknya terlihat sepi . Ia hanya melihatnya tadi pagi saja saat sedang makan bersama sama dengan saudara saudaranya.

Panji Kenengkung berpikir baiknya ia bermain saja dengan Angga, jadi ia bisa mengusir kebosanannya sendiri di rumah.

Baru beberapa langkah dari halaman. Panji melihat Angga lari terbirit birit keluar biliknya sambil membawa pemukul kasur. Sontak Panji mengurungkan langkahnya . Melihat Angga membawa pemukul di tangannya, mau tak mau Panji ikut berlari mundur demi menghindari kemungkinan buruk yang bisa dibayangkannya.
Baru mundur beberapa langkah , Panji sudah mendengar teriakan panik Angga.

" Panji Kenengkung, tunggu. Jangan pergi"

Panji Kenengkung terpaksa menghentikan langkahnya. Dilihatnya Angga langsung mencengkeram tangannya. Wajahnya menyiratkan ketakutan yang sangat. Tangannya gemetar dan wajahnya pucat pasi. Sebenarnya ada apa dengan gadis ini?

"Jangan pergi Panji Kenengkung. Kali ini kau harus membantuku. Tolonglah. Aku sangat takut sekali. "
Angga semakin mempererat memeluk tangan Panji Kenengkung yang kaget sekali diperlakukan seperti itu. Aneh, biasanya gadis ini akan marah marah atau setidaknya bermuka curiga jika dia bertemu dengan Panji Kenengkung. Tapi kali ini tingkahnya lain dari biasanya. Seperti ketemu hantu di siang hari. Tapi tak mengapalah ia bertemu hantu, setidaknya Panji bisa dipeluknya walau hanya tangannya saja . Diam diam Panji tetsenyum sendiri menyaksikan tingkah Angga.

"Kenapa kau Angga. Sepertinya kau ketakutan sekali. Apa kau bertemu dengan hantu?" Panji Kenengkung mulai bertanya.

" To-- tolonglah Panji. Kau harus ke kamarku. Kau harus usir makhluk mengerikan itu. " nafas Angga masih tersengal sengal .

" Makhluk mengerikan apa? Kau jangan mengada ada. Aku tak pernah bertemu makhluk mengerikan selama aku di sini."
Tak ada yang lebih mengerikan seperti dirimu yang selalu memukul orang , Panji Kenengkung hanya berani menambahkan dalam hati saja.

" Tikus itu sangat mengerikan Panji Kenengkung. Matanya menatapku tajam
sekali. Mulutnya berdesis desis. Dia seperti akan menggigitku. Dia tak mau pergi ketika aku menghalaunya dengan ini. Dia malah semakin galak seakan mau menerkamku. Aku sangat takut sekali. Kau harus menolongku. Bagaimana nanti aku akan tidur kalau tikus itu masih ada di dalam kamarku?" Angga masih memohon .

" Apakah tikus semenakutkan itu?" Kini tangan Panji Kanengkung yang satunya mulai memeluk tubuh Angga yang masih gemetar ketakutan. Sebenarnya Panji Kenengkung heran. Dengan tikus si makhluk kecil saja Angga takut. Sebenarnya apa yang di takuti dari seekor tikus. Bukankah tikus akan lari ketakutan bila bertemu manusia? Ini malah kebalikan, manusianya yang takut pada tikus . Dengan manusia dia berani main pukul, tapi dengan tikus saja tubuhnya sudah gemetaran seperti ini. Ini mungkin yang dinamakan karma bagi Angga. Tapi tak apalah , Panji Kenengkung akan sangat berterima kasih pada tikus itu. Ia berharap semoga tikus tikus akan selalu mendatangi Angga. Sehingga ia akan selau memeluk Angga. Ah rasanya tak ada yang lebih membahagiakan dari ini.

" Aku sangat benci dan takut dengan tikus. Biasanya pak Udin yang akan memburu jika ada tikus di rumah. Kau harus mengusir tikus itu dari kamarku Panji kenengkung. Aku tak tahu jika disini tikus bisa bertingkah mengerikan sekali. Ia tidak punya rasa takut sedikitpun."
Angga masih gemetar ketakutan.

Sang PemukulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang