Bagian 61

124 21 8
                                    

Angga menghentikan ucapannya karena melihat Panji Kunal sedang menggenggam sesuatu. Ya dia menggenggam gelang yang diberikan Borang kepada Angga. Ah kenapa dia sampai menemukannya. Apakah Panji Kunal akan salah paham ? Apakah Panji Kunal juga tahu kalau itu pemberian Borang? Masalahnya Angga tidak pernah menceritakan gelang itu kepadanya.

Panji Kunal mengamati gelang pipih Angga. Dia memutar mutar sejenak. Kemudian melihat ke sisi dalam dimana disitu ada tulisan Borang yang Angga tidak bisa membacanya dan tidak tahu artinya. Panji Kunal mengamati sisi dalam gelang itu. Dia seperti sedang membaca tulisan itu. Dia membacanya berkali kali sampai akhirnya Panji Kunal tersenyum sendiri.

Melihat Panji Kunal yang tersenyum sendiri Angga jadi curiga . Jangan jangan Panji Kunal tahu apa arti tulisan itu. Angga sungguh penasaran dengan apa yang ditulis Borang di gelangnya. Angga harap sih Borang tidak menulis yang macam macam.

" Kapan kakang Borang memberikan gelang ini, Angga ?"

Angga tercekat. Benar, Panji Kunal tahu kalau gelang itu pemberian Borang. Pasti di gelang itu ada nama Borang sehingga Panji Kunal langsung tahu dari mana gelang itu berasal.

" Dia memberikannya saat dia masuk bilikku lewat jendela. "

Angga langsung mendekati Panji Kunal untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang gelang itu .

" Panji Kunal, bagaimana kau tahu kalau itu pemberian Borang. Apakah dia menuliskan namanya di situ ? "

" Ya. "
Panji Kunal menjawab pendek membuat Angga semakin penasaran.

" Apa kau tahu yang ditulis oleh Borang di gelang itu ? "

" Ya."
Lagi lagi Panji Kunal menjawab pendek membuat Angga semakin gemas saja

"  Bisa kau katakan padaku Panji Kunal, apa yang ditulis Borang?"

" Kau tanyalah sendiri kepadanya. "

Panji Kunal menjawab sambil tersenyum membuat Angga gemas sendiri. Angga sungguh penasaran sekali. Kenapa sih Panji Kunal tidak mau memberitahu Angga. Malah disuruh tanya sendiri kepada Borang. Apa Panji Kunal tidak tahu kalau Angga itu enggan banyak bicara dengan Borang.

" Kau memang jahat Panji Kunal. Masa hal seperti itu saja kau tak mau memberitahuku. Kau senang ya kalau aku jadi penasaran seperti ini. Aku memang bodoh. Tidak bisa baca tulis. "

Panji Kunal tidak menjawab. Dia masih tersenyum. Entah hal lucu apa yang membuat dia tersenyum. Panji Kunal lalu memasukkan gelang itu ke dalam buntalan pakaian Angga.

" Gelang itu tidak usah di bawa. Biarkan tersimpan di lemari saja. "
Angga mengingatkan Panji Kunal.

" Dibawa saja. Kau dalam perlindungan kakang Borang jika gelang ini bersamamu."

" Hah, perlindungan katamu Panji? Justru akulah yang selalu melindunginya. "

" Karena itulah kau harus bersama kakang Borang. Kau bisa melindunginya, sedangkan kami tidak bisa."

Angga melihat Panji Kunal membungkus pakaian Angga dengan menali buntalan dengan erat. Jujur saja, Angga kalau packing sendiri tadi mungkin tidak bisa serapi ini. Biasanya Angga kalau packing baju ya langsung dimasukkan saja ke koper atau ransel. Setelah itu tinggal tarik resletingnya. Simpel sekali kan, tak perlu repot repot menali seperti itu. Untung ada Panji Kunal yang membantunya. Jadi Angga tinggal bawa saja.

" Nah, pakaianmu sudah masuk semua. Hanya tinggal kain mbok Genuk saja yang tertinggal. Kau gantilah pakaianmu dengan yang ringkas, supaya nyaman saat naik kuda."

Setelah berkata demikian Panji Kunal segera keluar dari bilik Angga. Namun sebelum melangkah jauh Angga menahan tangan Panji Kunal. Jadinya Panji Kunal terpaksa menghentikan langkahnya.

Sang PemukulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang