Bagian 51

140 24 2
                                    

" Tentu . Bukan hanya Puspa saja. Orang lain yang melihat seorang perempuan mencekik laki laki pasti akan terkejut dan berpikir sama dengan Puspa.  "

Astaga, cepat cepat diturunkan tangan Angga dari leher Panji Kunal. Sungguh Angga baru sadar kalau perbuatannya telah membuat Puspa marah. Benar kata Panji Kunal, siapa sih yang tidak akan terkejut dan berpikir aneh jika melihat ada perempuan yang mencekik laki laki. Apalagi bagi Puspa yang masih menganggap Panji Kunal adalah orang yang paling disayanginya. Wajar jika Puspa marah melihat Angga mencekik leher Panji Kunal. Padahal Angga hanya gemas saja tidak benar benar mencekiknya. Memangnya Angga psikopat mau mencekik orang di depan banyak orang. Bukan , Angga bukan psikopat. Membunuh tikus saja tidak berani apalagi membunuh orang. Ishh.. kenapa Angga jadi bodoh seperti ini.

" Menurutmu Panji, apakah tadi Puspa melihat aku mencekikmu? "

" Tentu saja dia melihat. Kau yang tidak bisa mengendalikan dirimu. Sudah kubilang dari tadi kalau kau jangan berbuat yang aneh aneh. Masih saja kau tak mau mendengarkan. Apa kau selalu tidak patuh pada aturan Angga?"

" Aku tadi hanya main main saja. Sungguh Panji. Kau juga bisa merasakan kalau aku tidak benar benar mencekikmu kan?"

" Kau mungkin hanya main main saja. Tapi tidak begitu bagi orang lain yang melihatmu."

" Apakah menurutmu Puspa marah kepadaku?"

" Kau bisa menebaknya saat tadi melihat wajahnya."

Angga menelan salivanya. Jelas tadi ia melihat kemarahan di wajah Puspa. Apalagi tatapan matanya. Sungguh Angga sampai tak menyangka kalau Puspa yang kalem ternyata bisa sangat emosi melihat kekasihnya disakiti orang. Apalagi orang itu adalah istri dari kekasihnya yang sudah Puspa relakan sebagai ganti Puspa menjaga Panji Kunal. Tapi bukannya menjaga malah akan mencekiknya. Jelas siapapun akan marah se marah marahnya.

" Panji, sepertinya aku harus menjelaskan yang sebenarnya pada Puspa."

" Sudahlah , tak usah terlalu kau pikirkan. Biarlah orang lain berpendapat terserah apa maunya mereka. Yang penting kita memang tidak bertengkar sungguhan. "

" Tetap saja Panji, aku merasa sangat tidak enak dengan Puspa. Bagaimana kalau dia mengira aku terlalu sewenang wenang kepadamu. "

" Kenapa kau pikirkan hal itu. Kau memang selalu sewenang wenang kepadaku. Coba kau ingat ingat, sudah berapa kali kau memukulku. Apa itu bukan dinamakan sewenang wenang?"

" Aku memukulmu karena kau bandel, coba kalau kau menurutiku, aku pasti tidak akan memukulmu."

" Kau tidak usah berkelit Angga. Kau memang sewenang wenang. Kalau tidak, kau pasti tidak akan memukul orang. Seharusnya kau cukup menasehatinya saja, tidak usah main pukul. Itu baru namanya gadis yang baik dan tidak sewenang wenang."

" Haa, rupanya kau takut ya aku pukul Panji. Bagus kalau begitu. Jadi aku tahu aku harus berbuat apa jika kau berani kepadaku."

" Mana bisa begitu. Justru kau yang aneh. Diberi tahu jalan ke kanan malah jalan ke kiri. Selalu saja tidak nyambung apa kataku."

Panji Kunal memang akhirnya gemas sendiri. Selalu saja dirinya dibuat tak berkutik jika sedang berdebat dengan Angga. Padahal Panji Kunal sudah berusaha memeras otaknya agar bisa mengalahkan Angga . Tapi lihat apa jawaban Angga, dia selalu saja membelokkan kata kata Panji Kunal dengan mudahnya membuat Panji Kunal tak habis berpikir, bisa bisa nya dia tertarik dengan gadis seperti itu. Jangan jangan dia juga nanti akan berpikiran yang aneh aneh lagi. Sepengetahuan Panji Kunal, Angga memang gadis yang aneh. Kadang terlihat sangat bodoh sekali tapi suatu saat bisa berpikir sesuatu yang mencengangkan. Suatu pengetahuan yang tidak dimiliki gadis gadis pada umumnya.

Sang PemukulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang