Bagian 16

334 54 0
                                    

Tidak beberapa lama setelah Panji Kuncang pergi, Angga mulai menggerak gerakkan badannya. Mata Angga dirasakan seperti dilem dengan sangat banyak. Sulit sekali membuka mata. Ia hanya mendengar suara suara memanggil namanya dan sebuah tangan yang menepuk nepuk pipinya.

" Angga, kau sudah sadar ? Kau tidak apa apa ? " suara Panji Kunal terdengar lamat lamat.

Setelah susah payah membuka matanya, Angga melihat Panji Kunal menepuk nepuk pipinya sedang tangan yang lainnya masih menggenggam erat tangan Angga, seolah olah ingin cepat cepat Angga memperoleh kembali kesadarannya.

" Prana, Angga sudah sadar. Cepatlah kau ambilkan air hangat di dapur. "
Panji Kunal teringat pesan kakaknya untuk memberi minum hangat jika Angga sadar. Panji juga melihat bibir Angga kering, tentu ia sangat haus karena bisa dibilang Angga pingsan cukup lama.

"Baik , kakang. "
Prana yang sejak tadi diam, langsung pergi ke dapur untuk mengambil air.

Melihat Prana yang sudah kembali dengan air di tangannya, perlahan Angga memperoleh kesadarannya kembali.
Entah kekuatan dari mana , tiba tiba tubuh Angga yang tadi lemas kini secepat kilat sudah berdiri sambil mencekal lengan Prana.

" Prana, apakah tikusnya sudah mati?"
Dengan wajah was was kembali Angga mencekal kedua lengan Prana .
Prana terkejut melihat keadaan Angga.
Gadis Aneh, bagaimana bisa kekuatannya berubah begitu cepatnya. Apa mungkin itu diluar kesadarannya?

"Sudah Angga, tikusnya sudah mati kupukul, kau tenang saja. Minumlah air ini"
Prana menyerahkan air minum yang baru diambilnya.

"Syukurlah..."
Angga kembali duduk lemas di pembaringannya. Perasaannya kini sudah mulai lega. Entah kesialan apa yang menghampiri Angga sehingga ia harus bertemu dengan tikus. Untunglah ada Prana yang membantunya tadi. Tapi ini kan bukan rumah Prana, Angga tidak bisa setiap saat minta bantuannya? Ah kan ada Panji Kunal disini.

"Panji Kunal, kau harus bertanggungjawab kepadaku. Kau harus pastikan di sini tidak ada tikus lagi. Aku bisa pingsan jika bertemu tikus yang akan menyerangku. Masih untung jika tikus itu baik hati hanya lewat saja. Paling paling aku akan lari. Bagaimana kalau tikusnya jadi jutek seperti kamu? Kau paham kan Panji Kunal?"

Panji Kunal mendengus. Tuh kan benar dugaan Panji. Angga pasti akan minta tanggungjawabnya lagi. Setiap ada sesuatu pasti dirinya yang harus bertanggungjawab. Aneh sekali, salah tidak, repot iya. Bahkan kini ia dikatakan jutek. Makanan apa lagi itu jutek. Panji Kunal tak habis mengerti dengan kata kata Angga.

" Ya..ya.. aku paham. Setiap hari aku akan memburu tikus di rumah ini sampai tak ada lubang yang bisa dimasuki tikus di kamarmu. Kalau perlu aku akan tidur di sini agar keamananmu terjamin dari gangguan tikus sebagai bentuk tanggungjawabku. "
Panji Kunal asal bicara saja, setidaknya membualpun tak apa asal gadis itu menjadi tidak ketakutan lagi. Ternyata jawaban Angga sungguh diluar dugaan Panji Kunal.

" Bagus Panji Kunal. Kau tidurlah di sini. Setidaknya kau dulu yang diserang tikus, jadi aku tidak pingsan ketakutan."

Busyet, angin apa gerangan yang membuat hati gadis ini berbalik dari adatnya? Biasanya dia akan pasang muka curiga bagi siapa saja yang memasuki wilayah kekuasaannya. Bahkan sudah tak terhitung berapa kali adiknya yang bandel si Panji Kenengkung kena pukul gadis ini. Tapi sekarang tanpa pikir pànjang dia langsung menyetujui Panji Kunal tidur disini. Apa ketakutan bisa merubah segalanya?

" Aku juga bisa tidur setiap hari di sini agar kau tidak di ganggu tikus. Kau lihat sendiri aku bisa membunuh tikus dengan sekali pukul. Aku bahkan biasa berburu tikus di sawah dengan Panji Kenengkung. "
Prana tak mau kalah dengan Panji Kunal.

Mata Panji Kunal melotot melihat ulah Prana. Apa apaan Prana ini? Apa dia tidak tahu gadis macam apa Angga ini? Apa dia ingin seperti adiknya yang setiap hari harus
Babak belur tubuhnya?

Sang PemukulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang