Bagian 38

159 27 1
                                    

Angga tak bisa lagi menahan haus. Dia harus minum. Tapi dimana Angga bisa menemukan air minum. Lama sekali Borang  pergi. Sial betul Borang itu, kenapa juga Angga harus terpancing ulah Borang. Jadi Angga sendiri yang kena getahnya sekarang. Angga tidak bisa menunggu lama lagi. Dia harus mencari air. Maka walau badannya sangat letih dipaksakan juga untuk berjalan mencari air. Sungai adalah satu satunya jalan keluarnya. Segera dilangkahkan kaki Angga menuju sungai . Tebing yang curam tak dihiraukannya lagi. Walau hampir berkali kali jatuh tak dihiraukan lagi , tekadnya sudah bulat. Air dan air. Suara gemericik sungai yang semakin jelas terus membakar semangatnya. Wajahnya kembali sumringah setelah air sungai yang berkilauan mulai terlihat. Langkahnya kembali dipercepat sehingga tak seberapa lama kemudian Angga sudah berada di tepi sungai . Langsung Angga mengambil air dengan tangannya dan meminumnya seteguk. Nikmat sekali air ini. Angga ingin meminum air dengan sepuas puasnya. Kembali tangannya dicekungkan untuk mengambil air . Tapi betapa kagetnya Angga ketika tiba tiba dilihatnya seekor ikan sedang menatapnya tajam. Dari mana ikan itu muncul. Aneh, apa ikan itu akan menggigitnya. Matanya garang sekali. Belum sempat Angga berpikir panjang tiba tiba saja ikan itu langsung meloncat ke mukanya dan menggigit bibirnya.

Spontan Angga membuka matanya. Dan jantung Angga seperti copot dari tempatnya melihat Borang dengan rakusnya sedang mencium bibir Angga . Kenapa ikannya bisa berubah menjadi Borang? Angga tak bisa berpikir jernih lagi. Nafasnya sudah tersengal sengal. Dengan sekuat tenaga didorongnya Borang sampai jatuh terduduk.

" Kurang ajar sekali kau Borang. Tak jera rupanya kau kupukul heh. Berani beraninya menciumku lagi. Apa kau ingin tak kuampuni Borang."

" Syukurlah kau sadar , Umang. Tadi kau pingsan lagi. Apa boleh buat, aku harus menyadarkanmu."
Borang menyeringai senang.

" Kau jangan bercanda Borang. Bagaimana aku bisa pingsan. Aku kan sedang mencari air di sungai, lalu tiba tiba ada ikan..."

Eh, masa ada ikan yang menggigit bibir manusia. Mesum betul ikan itu. Angga merasakan bibirnya perih. Jadi siapa tadi yang menggigit Angga? Ikan apa Borang?

" Pingsan pun kau masih bisa bermimpi. Umang umang. Ini minumlah, biar otakmu encer. Aku tadi sempat memberimu seteguk."

Angga masih belum bisa berpikir jernih. Borang memberi seteguk air? Jadi air yang Angga minum adalah air dari Borang bukan dari sungai. Dan kejadian di sungai dan ikan mesum itu hanya khayalan Angga saja. Dan dengan liciknya Borang memanfaatkan situasi untuk mencari kesenangannya. Astaga, sungguh fakta yang menjengkelkan. Andai kayu kering tadi ada di dekat Angga , sudah dihajar Borang yang kurang ajar sekali itu.

Dilihatnya Borang membawa banyak air pada ruas ruas bambu. Dia juga membawa beraneka buah buahan. Entah buah apa saja Angga tidak bisa mengenali semuanya. Yang ia kenal hanya buah pisang dan strowberi merah. Segar sekali rasanya strowberi merah itu. Panas panas begini diberi hidangan yang menyegarkan seperti itu, tak ayal membuat Angga menelan salivanya. Pandai betul Borang membangkitkan selera makan Angga.

" Kau mau buah buahan ini? Makanlah . Tapi pelan pelan, kau harus minum dulu. Jangan terlalu bernafsu seperti itu, nanti kau bisa tersedak. Bagaimana kalau kau pingsan lagi, mau?"

Angga yang melihat Borang menyeringai dengan liciknya  hanya bisa menyumpah nyumpah dalam hati. Matanya berkeliling mencari kayu yang tadi digunakan untuk memukul Borang. Tangan Angga  sudah gatal sekali ingin membungkam mulut Borang yang kurang ajar itu. Aneh di mana kayu itu?

" Tak perlu kau cari kayu pemukul. Sudah aku singkirkan jauh jauh. "

What the hell, Borang bisa menebak pikiran Angga? Angga hanya bisa melototkan matanya saja. Andai keadaan Angga sedang tidak kehausan begini sudah dicekiknya dia dari tadi. Sungguh sangat kelewatan sekali dia hari ini. Tidak hanya mulutnya yang mesum, kata kata dari mulutnya juga sukses membuat emosi Angga naik ke level tertinggi.

Sang PemukulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang