Bagian 25

256 41 1
                                    

Setelah melewati beberapa padukuhan , sampailah Angga pada sebuah pasar yang cukup ramai. Angga seperti disuguhi pemandangan keramaian yang sangat klasik. Banyak orang orang berlalu lalang. Ada yang menjual ada yang membeli bahkan ada yang hanya sekedar melihat lihat. Pakaian mereka sangat klasik, pakaian khas jawa kuno. Yang laki laki kebanyakan bertelanjang dada dan memakai celana  selutut dengan kain penghias di pinggang. Sedang para perempuan memakai bawahan kain panjang dan kemben. Walau ada beberapa yang memakai kebaya sederhana.

Sesampainya di Pasar Panji Bawuk menuju ke tempat pengepul kelapa.
Setelah menurunkan Angga dan barang bawaannya , Panji Bawuk langsung menyetorkan buah kelapanya pada pengepul tadi. Angga hanya menunggu dan melihat dari kejauhan Panji Bawuk melakukan kegiatan seperti negosiasi antara penjual dan pembeli. Entah apa yang dikatakan Panji Bawuk pada pengepul itu.  Sesekali pengepul itu melirik Angga sambil manggut manggut. Tak lama kemudian Panji Bawuk menerima sekantong besar uang. Itu artinya mereka sudah selesai bertransaksi.

Syukurlah Panji Bawuk langsung habis dagangannya. Tak perlu menunggu waktu terlalu lama sehingga Angga bisa langsung shopping sampai puas.

Heran besar sekali kantung uang yang diterima Panji Bawuk. Jika melihat dari buah kelapa yang disetorkan kelihatannya harga kelapa sedang mahal. Sehingga Panji Bawuk bisa mendapatkan banyak uang. Angga berharap semoga Panji Bawuk tak kikir terhadapnya.

Panji Bawuk langsung mengajak Angga berjalan jalan melihat barang barang dan makanan yang di jajakan di pasar.

Walau barang barang yang dijual di sini agak berbeda  dengan barang barang yang dijual di pasar jaman Angga, setidaknya cukup menghibur naluri berbelanja Angga. Satu hal yang bagus di sini adalah kualitas barangnya. Seperti di lapak alas kaki yang pertama dituju Angga. Bahan yang digunakan untuk membuat alas kaki yang terbuat dari kulit. Kulit yang digunakan adalah kulit yang asli, bukan bahan sintetis buatan pabrik. Tapi benar benar asli dari kulit binatang.

Angga menemukan beberapa pasang alas kaki yang menarik perhatiannya. Sepasang alas kaki seperti teropah yang terbuat dari kayu dengan hiasan warna warni bunga yang indah, cantik sekali. Juga sepasang alas kaki dari kulit lembu dengan model bertali tali berwarna natural,  sungguh sangat nyaman jika dipakai sehari hari.
Angga juga menemukan sepasang alas kaki seperti sepatu tertutup terbuat dari kain yang dibalut dengan bulu bulu halus yang hangat, cocok jika digunakan saat cuaca sedang dingin.

Semua sepatu dicoba Angga. Semuanya pas di kaki Angga. Angga menjadi bingung mau pilih yang mana.

" Panji Bawuk, aku bingung mau memilih alas kaki yang mana. Semuanya bagus bagus. Kau pilihkan saja yang mana untukku. "
Angga sudah pasrah karena kebingungan. Kalau saja Angga punya uang, akan dibeli semua sepatu dan sandal yang tadi sudah dicobanya. Tapi Angga masih punya perasaan sungkan pada Panji Bawuk yang baru dikenalnya. Angga harus tahu diri kalau dia hanya minta gratis saja darinya.

Panji Bawuk bingung jika harus dijawab yang mana. Ia sendiri tidak pernah mengalami dilema jika membeli suatu barang. Adalah kebiasaannya jika dia membeli langsung apa yang dibutuhkan tanpa harus memilih. Sederhana saja menurutnya , karena nanti setelah sampai dirumahpun barang apa saja yang dibeli akan kelihatan bagus. Jadi buat apa harus repot repot bingung memilih barang.

Panji Bawuk memilih semua sepatu dan sandal  yang Angga coba tadi . Tanpa basa basi dia langsung mengambil 4 pasang alas kaki dan langsung membayar pada penjualnya.
" Aku belikan semua alas kaki yang tadi sudah kau coba. Alas kaki itu selain pas juga sangat cocok dan manis di kakimu. "

" Kau tidak bercanda kan Panji Bawuk. Kau benar benar membelikan itu semuanya untukku? "
Angga masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Panji Bawuk.

Sang PemukulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang