Bagian 56

144 23 4
                                    

" Kenapa kau begidik seperti itu nduk? Apa ada hal yang buruk yang akan terjadi denganku?"

Angga gelagapan ditanya seperti itu. Apakah Akuwu tahu apa yang sedang dipikirkan Angga?

" Ti-tidak tuanku. Tidak ada hal buruk yang akan terjadi dengan tuanku. Tuanku adalah orang yang hebat. Selama tuanku berbuat baik tidak akan ada hal buruk yang akan menimpa diri tuanku. "

" Jadi dengan kata lain, aku akan bernasib buruk jika aku berbuat tidak baik begitu?"

" Bu-bukan begitu tuanku. Semua orang pasti akan mati pada akhirnya . Hanya saja kalau kita mati dalam keadaan baik , orang akan mengenang kita sebagai orang yang baik , tuanku."

" Oh, jadi nasib burukku itu adalah kematianku. Bisa kau ceritakan bagaimana aku mati? Siapa orang yang berani membunuhku?"

Angga terperanjat, bisa bisanya Angga malah menyebut kata kematian di depan Akuwu. Jadinya Akuwu berpikiran seperti itu. Angga juga tak mengira Akuwu akan bertanya secara beruntun seperti itu. Sepertinya dia tahu dirinya akan mati dibunuh orang. Padahal Angga kàn tidak mengatakan rahasia itu. Bagaimana dia tahu? Apakah dia bisa menerawang masa depannya? Atau dia bisa membaca pikiran Angga?

" Mengapa tuanku bertanya seperti itu? Bagaimana tuanku bisa tahu kalau tuanku akan mati dibunuh seseorang?"

Angga sangat penasaran dengan jawaban Akuwu. Angga tahu Akuwu ini orang yang istimewa. Dia berbeda dari orang orang biasa sejamannya. Makanya dia bisa menjadi seorang Akuwu karena keistimewaannya itu. Pikirannya tajam, makanya Angga harus berhati hati jika bicara dengannya.

" Jadi benar tebakanku, kalau aku akan mati di bunuh orang ? Kau tidak menyangkal dugaanku maka aku anggap itu benar."

Sialan, batin Angga. Rupanya hanya tebakan Akuwu belaka. Membuat Angga ketar ketir saja. Tapi kenapa tebakannya bisa pas seperti itu?

" Bukan begitu  tuanku. Aku hanya ingin tahu saja kenapa tuanku menebak nasib tuanku dengan menyebut nasib yang begitu buruk. Ingat tuanku, perkataan adalah doa. Tuanku tidak boleh berkata yang buruk. Bicaralah yang baik baik saja. Kalau doa tuanku terkabul, maka hal baik yang akan menimpa tuanku. "

" Aku hanya menyimpulkan perkataanmu saja. Apakah kau juga tidak ingat perkataanmu sendiri? "

Angga berpikir keras, dimana Angga pernah berkata kematian mengenaskan kepada Akuwu itu? Ah Akuwu mulai membuat Angga pusing lagi. Bicara dengan Akuwu seperti sedang mengisi teka teki silang saja.

" Tuanku harusnya jangan percaya begitu saja dengan kata kata ku. Aku hanya rakyat biasa saja. Perkataanku tidak akan bertuah seperti perkataan tuanku yang seorang raja di Tumapel. Tuanku adalah seorang yang cerdik. Tentu bisa membedakan mana perkataan yang benar dan tidak benar. Apalagi perkataan yang mengerikan seperti kata tuanku tadi. Pikiran tuanku akan terpengaruh dulu dengan hal hal buruk. Jadi sadar atau tidak sadar tuanku akan melakukan apa yang ada di pikiran tuanku, sehingga hal buruk akan terjadi pada tuanku. Rugi sendirikan jadinya. "

" Jadi aku harus berbuat baik agar aku bisa terhindar dari kematianku. Begitukah menurutmu? "

Hah lagi lagi Akuwu mencerca Angga dengan pertanyaan yang membingungkan. Sepertinya perkataan Angga dibolak balik saja oleh Akuwu. Bukan itu saja, seakan malah jadi sambung menyambung bak benang jahit yang kusut. Ini malah bisa membuat Angga bingung sendiri kalau Angga tidak memutus topik tentang kematiannya.

" Sudah aku katakan berkali kali tuanku, kita semua pasti akan mati. Hanya saja kita tidak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Sudahlah tuanku. Aku tidak mau membahas hal hal yang tidak berguna seperti itu. "

Angga pasang muka kesal. Angga ingin Akuwu tahu kalau Angga tidak mau membicarakan masalah tentang kematian. Apa tidak ada topik yang lebih menarik untuk dibicarakan ?

Sang PemukulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang