Bagian 35

186 29 0
                                    

Angga merasakan tubuhnya menjadi hangat. Tapi tubuhnya sulit sekali untuk digerakkan. Bahkan membuka matanya saja terasa sangat sulit. Kepalanya terasa pusing . Wajahnya terasa sangat kaku. Bibirnya seperti menebal, sulit sekali dibuka. Padahal Angga ingin sekali bangun dari tidurnya.

Tapi setelah beberapa lama kemudian Angga bisa membuka matanya . Walau perlahan Angga mulai bisa mengenali keadaan sekitarnya. Ketika matanya mulai bisa menatap dengan jelas, yang pertama dilihat Angga adalah bahwa dia melihat langit malam yang penuh dengan bintang. Bukan bintang bintang ketika akan pingsan, tapi bintang sungguhan di langit malam. Bintang yang jumlahnya sangat banyak dan berwarna warni. Putih , merah ,biru. Yah bintang yang sangat menakjubkan. Di mana lagi Angga akan bisa menyaksikan bintang yang begitu indah kalau bukan di jaman ini . Itulah salah satu untungnya Angga terdampar di jaman ini. Kalau di jaman Angga hidup normal, mana bisa dia melihat bintang seperti itu. Paling beruntung bisa melihat satu atau hanya beberapa buah yang berkelip. Itupun ketika dipandang terus lama lama akan hilang. Tidak seperti jaman ini, walau memandang bintang sampai mata menjadi jereng, bintang itu akan tetap banyak, malah akan terasa semakin indah dengan cahaya yang semakin berkilau. Dulu waktu kecil Angga senang sekali menatap bintang di langit. Papanya akan menceritakan tentang bermacam macam rasi bintang. Angga saat itu bisa melihat bahwa bintang itu juga bisa membuat formasi , seperti salib, gubug penceng, kalajengking , beruang , dan lain sebagainya. Yang Angga ingat sekali adalah rasi bintang yang berbentuk kalajengking. Menurut ahli astronomi bintang berkonfigurasi seperti kalajengking ini akan menunjukkan arah ke timur . Apakah sekarang Angga bisa melihat formasi bintang kalajengking itu? Entahlah , yang Angga lihat begitu banyak bintang hari ini di langit. Angga membayangkan wajah papanya di sana. Lalu mamanya. Ah Angga sangat rindu sekali pada mereka. Apakah mereka merasakan hal yang sama seperti Angga. Kemudian muncul bergantian satu per satu wajah adik adiknya. Apalagi wajah adiknya yang bungsu itu, yang masih duduk di kelas empat SD. Si bungsu yang selalu saja merecoki kamar Angga. Tidak terhitung berapa kali dalam sehari Angga harus merapikan kamarnya, karena setiap kali si bungsu ini masuk kamar Angga pasti kamar akan tampak seperti kapal pecah. Selalu ada saja hal yang akan membuat dia penasaran. Dan ujung ujungnya dia akan mengobrak abrik kamar Angga. Angga tersenyum sendiri mengingat kejadian itu. Kemudian muncul wajah seseorang dengan mata yang seperti bintang. Bintang di matanya sangat jelas berkilauan seperti bintang di langit. Angga sangat kagum sekali dengan mata seperti itu. Tak bosan bosan Angga memandang mata itu. Mata yang sangat tajam, menyala namun ada keteduhan dan ketenangan di sana . Seumpama telaga , mata itu adalah telaga yang sangat bening yang berkilauan di timpa sinar matahari, sangat menghanyutkan siapapun yang memandangnya termasuk Angga. Siapa lagi di jaman ini yang memiliki mata seperti kalau bukan.....

Deg..deg..deg..deg...
Tiba tiba jantung Angga berdegub kencang. Jangan sampai Angga membayangkan orang itu. Apalagi mengagumi seperti yang barusan dilakukannya. Dengan cepat Angga mengerjab ngerjabkan matanya dan menggeleng gelengkan kepalanya agar bayangan orang itu hilang. Tapi setelah itu dilakukan bayangan orang itu tak juga hilang. Hah kenapa bisa begini. Apa Angga kurang lama memejamkan matanya sehingga bayangan itu tak mau hilang? mungkin memang seperti itu. Angga harus memejamkan matanya lebih lama. Cepat cepat Angga memejamkan matanya. Angga menghitung sampai sepuluh, kemudian membuka matanya. Ups bayangan itu masih ada. Apa masih kurang lama? Menutup kembali matanya dan kali ini Angga menghitung sampai duapuluh. Agak ragu Angga tak membuka mata semuanya, diintipnya lebih dahulu dengan memicingkan sebelah matanya. Tapi bayangan itu masih tetap ada dan yang membuat Angga terkejut adalah bayangan wajah itu kini malah tersenyum.

Ya tuhan, berarti itu bukan bayangan wajah, tapi memang wajah sungguhan. Berarti pula kini dia sedang bersama orang itu. Langsung saja Angga membuka mata lebar lebar. Benar dugaannya. Rupanya wajah itu memang wajah sungguhan bukan hanya khayalannya saja. Buktinya kini orang itu malah tersenyum lebih lebar lagi. Langsung saja Angga menjerit karena terkejut.

Sang PemukulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang