Bagian 47

143 24 2
                                    

Angga menoleh, dan melihat Mala  menghampirinya dengan tatapan bertanya tanya.

" Angga, apa yang kau lakukan? Aku dari tadi melihatmu terus saja bersama Panji Kunal. Apa ada yang salah dengan kalian?"

Panji Kunal buru buru menjawab pertanyaan Mala karena takut kedahuluan dengan Angga. Jika Angga sampai berkata yang sebenarnya , masalah bisa saja timbul setelahnya. Ini tidak boleh terjadi.

" Hai, Mala. Kami baik baik saja . Tidak ada yang salah dengan kami. Kebetulan Angga sedang datang bulan. Dia pasti akan bertingkah yang aneh aneh jika sedang datang bulan. Kau tak usah heran, memang seperti itu kalau perempuan sedang datang bulan.  "

Angga berdecih pelan, tahu apa bocah laki laki ini tentang datang bulan. Angga jadi was was, seberapa jauhkah Panji Kunal ini berubah. Dia dulu sangat lugu. Bahkan melihat Angga saja juteknya bukan main. Kini dengan sangat lihay dia berbicara tentang datang bulan perempuan sebagai alibi. Darimana dia belajar secepat itu?

Tidak hanya Angga, Malapun kelihatan heran. Dahinya sampai berkerut begitu, menandakan dia sedang berpikir.

" Hei Panji Kunal, darimana kau tahu Angga sedang datang bulan?"

" Ah aku pasti tahu Mala. Aku sekarang adalah suaminya. Tidak ada sejengkalpun rahasia yang ada di tubuhnya yang tidak aku ketahui. "

Mala tampak terkejut sampai dia melototkan matanya tanda tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

" Kau suami Angga? Yang benar saja Panji Kunal. Kapan kalian menikah? Terakhir kita bertemu kau selalu saja bertengkar dengan Angga yang membuatku pusing. Aku sungguh tak percaya. Tidak pernah aku mendengar di desamu selama ini ada pernikahan kalian. Bahkan kakang Panji Bawukpun tak pernah bercerita kepadaku."

" Benar Mala. Aku dan Angga memang sudah menikah. Kami menikah baru beberapa hari yang lalu. Kami memang tidak mengadakan pesta, tidak mengundang siapapun. Hanya pandita saja yang hadir untuk menikahkan kami. Jadi aku maklum kalau tidak ada yang mengetahui kami sudah menikah, termasuk kau tentunya."

" Astaga kenapa aku sampai tidak tahu berita ini. Biasanya kakang Bawuk akan memberitahuku jika ada berita penting. Keterlaluan sekali kakang Bawuk tidak memberitahuku. Kalianpun sama saja. Tidak mengabariku , padahal aku sudah menjadi sahabat kalian."

" Maafkan kami Mala. Kami memang ingin pernikahan yang sederhana. Yang penting doakan saja kami agar kami rukun dan bahagia sampai kakek nenek. Banyak anak dan banyak rejekinya. "

Panji Kunal kemudian mencium ubun ubun Angga, membuat Angga memelototkan matanya. Sempurna sekali sandiwara Panji Kunal kali ini.

" Nah, Mala. Ajaklah Angga berkumpul dengan teman temanmu. Dia baru kali ini ikut ke sawah. Kami membawa banyak makanan. Itu ada yang di bawa saudara saudaraku. Kau bantulah Angga menyiapkannya . Aku akan langsung bergabung dengan para lelaki untuk memanen padi."

Panji Kunal menyerahkan makanan yang dibawanya kepada Mala. Kemudian langsung pergi meninggalkan mereka menuju ke sawah . Tapi sebelum melangkahkan kakinya , Panji Kunal menyempatkan kembali mencium ubun ubun Angga dan mengacak acak rambut Angga, membuat Angga ingin protes. Tapi sebelum mulut Angga bicara Panji Kunal sudah berlalu menuju ke sawah. Langkahnya lebar khas Panji Kunal yang Angga kenal.

Mala yang melihat kemesraan Panji Kunal yang terjadi di hadapannya, menjadi malu sendiri. Teringat bagaiman dulu dia juga memeluk Panji Kunal saat tidur bersama. Membayangkan betapa nyamannya dada yang bidang itu menjadi bantal bagi Mala merebahkan kepalanya. Badannya yang hangat saat dipeluk membuat Mala nyaman dan tidur nyenyak. Bahkan sampai membayangkan bahwa yang dipeluknya itu adalah kakaknya yang menjadi pujaan hatinya.  Karena Mala tahu wajah Panji bersaudara ini sangat mirip antara yang satu dengan yang lainnya. Jadi bukan hal yang aneh jika saat itu Mala membayangkan dirinya sedang bermesra an dengan Panji Bawuk. Tapi Kini Panji Kunal sudah menjadi milik Angga. Membuat Mala iri, betapa mudahnya Angga membuat pria yang sangat acuh dengan wanita menjadi pria pemuja cinta yang begitu gandrung dengan wanitanya. Andai Mala bisa seperti itu pasti hidupnya akan sangat bahagia.

Sang PemukulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang