Bagian 45

167 29 0
                                    

Angga membuka pintu biliknya. Hari masih sangat pagi. Tumben Angga tidak menemukan Panji Kunal di ruangan depan. Sejak Panji Kunal menutup jendela bilik Angga beberapa hari yang lalu , dia memang setiap hari selalu tidur di ruang depan. Dia lebih banyak tidur sendiri, walau kadang Panji Kenengkung juga ikut ikutan tidur menemani kakaknya .

Panji Kunal dan Panji Kenengkung menjadi sangat akrab belakangan ini. Entah apa yang melatarbelakanginya, mereka berdua lebih sering terlihat membaca lembaran lembaran rontal bersama. Mereka begitu serius, sampai pernah Angga duduk di sebelah mereka , dan mereka tidak menyadarinya . Kalau tidak Angga sendiri yang menyapa , mereka tak akan beralih dari bacaannya. Dan sialnya , Angga memang tidak bisa membaca tulisan di lontar lontar itu. Walaubagaimanapun Angga agak curiga, jangan jangan si Kenengkung yang bandel itu mengajari hal hal yang tidak baik pada kakaknya. Namun ketika ditanya langsung, ada saja jawaban jawaban mereka . Entah mereka sedang membaca sastra,  cerita , kakawin dan bacaan apalagi Angga tak tahu. Darimana akan tahu, melihat tulisannya saja sudah pusing, belum lagi bahasa yang dipakai, sangat susah. Kenapa Angga bisa tahu bahasanya susah, yah karena mereka pernah membacakannya untuk Angga. Hasilnya bisa dipastikan, otak Angga jadi tambah blank. Banyak kata yang tidak nyambung dengan perbendaharaan kata Angga.

Pernah tingkah mereka membuat Angga kesal. Pasalnya mereka seperti menyembunyikan sesuatu. Mereka kadang tertawa cecikikan sendiri. Namun ketika Angga mendekat , mereka akan berubah pasang muka serius. Nah bagaimana pikiran jadi tidak curiga kalau perbuatan mereka seperti itu. Parahnya Angga tidak punya bukti kuat mematahkan alibi mereka. Angga jadi berfikir, apakah diri Angga yang bodoh atau mereka yang terlalu cerdik?
Jadinya yah begitulah, Angga sudah kapok ikut campur urusan mereka. Biar mereka mau membaca genre cerita apapun Angga sudah tak peduli. Toh tidak mengganggu Angga secara langsung.

Membuka pintu luar , Angga dikejutkan dengan Panji Kunal yang berdiri sambil membawa ikan di tangannya. Ikan itu adalah ikan yang sejenis dengan ikan yang pertama kali Angga temui di sini. Yah apalagi kalau ikan besar jutek yang sangat merepotkan. Kini ikan itu kembali hadir di hadapan Angga. Dan entah kebetulan atau bagaimana, Panji Kunal ini  gemar sekali membawa ikan jutek itu. Apa kali ini dia juga akan mengerjai Angga lagi dengan ikan jutek itu?

Angga mundur beberapa langkah. Jangan sampai ikan jutek itu keburu sadar dan menyerang Angga duluan seperti dulu. Jika ingin menyerang manusia, biarlah Panji Kunal dulu yang diserangnya. Dia kan si algojo ikannya. Harusnya ikan itu sadar diri, siapa yang membuatnya susah. Jangan asal main serang saja. Di mana rasa perikehewanan si ikan heh. Angga tak mau  pagi pagi buta harus bertengkar dengan ikan, sebuah cara yang sangat tidak elegan untuk memulai sebuah hari .

" Berhenti di situ Panji Kunal. Kau tak bermaksud membuatku repot dengan ikan jutek itu kan?"

Melihat Angga yang kebingungan spontan Panji Kunal tertawa. Dia teringat kembali dengan peristiwa perkelahian manusia dengan ikan. Hal yang tidak lumrah yang pernah Panji Kunal temui dalam hidupnya.

" Ha.. ha.. ha.. tenang Angga. Ikan ini sudah mati. Kau tak perlu berkelahi dengannya. Lihat perutnya sudah ku bersihkan. Jelas dia sudah mati sekarang."

" Hah, syukurlah Panji. Hampir copot jantungku melihat ikan itu lagi. Aku pikir kau akan mengerjai aku seperti dulu.Tumben pagi sekali kau sudah membawa ikan. Biasanya saat aku bangun kau masih tidur nyenyak."

" Mana mungkin aku mengerjaimu. Aku memang bangun pagi sekali hari ini, karena hari ini sawah guru akan panen. Semua murid di padepokan guru akan bergotong royong memanen padi. Aku mencari ikan di sungai untuk bekal makan  di sawah nanti. Jadi kau masaklah ikan ini. Aku juga sudah mengupas buah kelapa di dapur. Masaklah yang banyak karena kami di rumah ini akan pergi ke sana semua. Kau bisa ikut aku ke sana kalau kau mau. Di sana akan banyak orang yang datang. Para laki laki akan memanen padi sedangkan para perempuan akan menyiapkan makanannya. "

Sang PemukulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang