[SEQUEL AFIKA!!]
"Satu rumah sama lo bikin gue muak aja tau, nggak!!?"
"Ya terus gue harus apa!!?"
"Gue mau pulang ke rumah Umma!!"
"Gak usah ngaco!"
"Ummmaaaaaa!!!"
"HEH!"
***
Seperti itulah kehidupan mereka disetiap harinya.
Di nikahkan karena se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa buat ninggalin vote sama komen nya ya manteman (◍ ˃̵͈̑ᴗ˂̵͈̑)
🌙🌙🌙
"Gak mau tau, pokoknya nanti malem lo harus dateng kesini bareng Kak Afkar, titik!"
"Tapi dia pasti ngelembur lagi, Nis."
"Ya udah, lo nya aja yang pergi."
"Gue gak diizinin kemana-mana kalo gak sama dia."
"Ya Allah ya Robbi.. Bodo amat, intinya lo harus dateng."
Piip...!!
"Yeeh.. Dasar anak Bu Tuti!" cibir Afika memandangi gawai hitamnya.
Sedetik kemudian, kepalanya pun mendongak menatap arloji putih yang menggantung ditembok dapur. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.11, sebentar lagi azan zuhur akan dikumandangkan. Afika pun bangkit dari duduknya lalu pergi mengambil wudhu.
Air itu membasahi wajahnya secara merata, terasa sangat segar. Setelah selesai, Afika pun masuk ke kamar khusus beribadah yang tak jauh dari dapur. Gadis itu duduk diatas sajadah sambil meratapi ponselnya, lebih tepatnya lagi foto pernikahannya dengan Afkar.
"Kenapa gue harus nikah sama lo, sih?" gerutunya kecil.
Selalu mengeluh. Beberapa saat kemudian, azan zuhur pun berkumandang. Afika melaksanakan shalat dengan tenang dan khusyu hingga selesai.
***
Setelah dari mushola, Afkar langsung kembali ke ruangannya karena ada banyak pekerjaan. Pria itu menyapa ramah para karyawannya lalu bergegas berlari kecilmenaiki tangga.
Sesampainya didalam ruangan, Afkar duduk di kursinya. Mengeluarkan dasi merah yang ada didalam sakunya dan mulai melingkarkan dilehernya.
Namun, tak sampai tiga menit, pintu pun terketuk pelan. Hal itu lantas membuat Afkar tercengang dan mempersilakan seseorang tersebut untuk masuk kedalam ruangan itu.
Krieet..
Perlahan pintu terbuka, ternyata itu adalah Karin dengan secangkir kopi hangat ditangannya.
Gadis berurai mayang itu melangkah gontai menghampiri Afkar, tak lupa juga dengan senyum manisnya.
"Maaf, Pak. Ini kopinya, silakan diminum ya." Ujarnya sembari meletakkan cangkir tersebut diatas meja.
Afkar merasa terhormat, ia mengangguk lalu berucap terima kasih sambil sibuk dengan dasi dilehernya.
Karin merasa Afkar tengah kesusahan. Ia pun mendekati pria itu lalu meraih dasi tersebut sambil berucap, "maaf jika saya lancang, Pak."