14. Penguntit

4K 511 19
                                    

"Jaga hatimu, jangan biarkan orang lain masuk begitu saja, karena aku ada disana."

- Afkar Fahri Al-Azam -

Jangan lupa buat ninggalin votement nya ya^^Jangan jadi silent readers loh ( '◔ ‸◔')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa buat ninggalin votement nya ya^^
Jangan jadi silent readers loh ( '◔ ‸◔')

🌙🌙🌙

Hari masih pagi, seperti biasa Afkar selalu membangunkan istrinya itu seusai sholat subuh.

"Habibi ya Rasulullah..," lirih Afika menggeliat dengan mukena yang masih terpasang lengkap.

"Lo hari ini lembur lagi, Kak?" tanya nya apda Afkar yang tengah memasang dasi berdiri disampingnya.

Pria itu menggeleng, "hari ini gue pulang cepet," balas Afkar.

Afika mengangguk paham, "gue mau belanja."

"Belanja lagi? Kemaren kan udah," balas Afkar terheran.

"Ya mau gimana lagi? Makanan di kulkas udah pada abis, lo mau gue mati kelaparan?" gerutu Afika menatap suaminya itu.

Afkar mendengus pelan, berbalik menatap sang istri dengan kedua tangan yang bercekak pinggang.

"Ya nggak sampe mati juga! Nunggu gue pulang pun lo masih bisa napas."

"Udah berangkat sana lo! Bosen gue pagi-pagi ribut mulu."

"Gak ada akhlak emang!"

"Ya emang!" balas Afika menimpali.

"Sstt!! Astaghfirullah! Dah, cepet turun ke bawah."

Kening Afika mengerucut menatap pria ber jas itu lalu bertanya, "kenapa? Lo udah nyiapin makan? Wuihh, rajin bener anjir!!! Kalo bisa yah, ditransfer kerajinan lo itu ke gue."

"Memang bertumpuk akhlak tercela dalam dirimu, mana bisa gitu wahai kacu pramuka!" gumam Afkar menatap gadisnya itu datar.

Akhirnya, Afika pun mengekori Afkar turun ke lantai bawah. Lebih tepatnya ke dapur, karena pria itu sudah memasak banyak makanan kesukaan Afika, yaitu seblak tanpa cabai. Rajin sekali Afkar, memang seperti itulah ia, sangat bertolak belakang dengan Afika.

Saat mencicipi, Afika merasa ada yang kurang. Atensinya menatap Afkar yang duduk berseberangan dengannya lalu pria itu bertanya, "kenapa? Enak banget ya? Oh makasih, gak usah repot-repot muji segala, Fik."

"Lo gak ngasih cabe kah? Kok gak ada pedes-pedesnya sama sekali?"

Dengan pedenya Afkar mengangguk mantap, "emang! Gak baik pagi-pagi makan yang pedes, nanti lambung lo naik."

Pasutri Bobrok [ END✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang