34. Sebuah Rencana

3.1K 449 9
                                    

Jangan lupa buat ninggalin votement kalian ya manteman tersayang^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa buat ninggalin votement kalian ya manteman tersayang^^

Jangan jadi silent readers loh (ಥ_ಥ)

🌙🌙🌙

"Mas, aku izin ke taman ya. Bosen dirumah terus."

"Ya udah, tapi hati-hati. Kalo ada apa-apa, langsung telepon Mas."

"Iya.. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah.."

Tuut..

Panggilan tersebut ia putuskan. Bergegas Afika pun memasukkan kembali ponsel ke dalam tas kecil, lalu melangkah keluar rumah usai mengunci pintu.

Langit terlihat sangat cerah, waktu menunjukkan pukul dua siang. Kicauan burung jelas terdengar di atas sana, bagi Afika sepertinya ini adalah hari yang indah.

Ia pun masuk ke dalam mobil dan mengeluarkannya dari garasi. Setelah itu, Afika mulai menjalankan mobilnya ke tempat tujuan hanya dengan menempuh waktu beberapa menit saja.

Sesampainya disana, gadis itupun turun kemudian melangkah menuju sebuah kursi panjang yang ada di taman tersebut, menghadap ke arah banyaknya bunga mekar yang berwarna-warni.

Rasanya sejuk, sejenak Afika bisa menenangkan pikirannya. Tubuh pun ia dudukkan serta tas diletakkan di sampingnya.

"Terakhir kali gue me time.. Waktu sebelum nikah sama Afkar, ya?"

Entahlah, ia terus bermonolog sendiri. Di dalam tas nya ada sekotak susu kecil, Afika pun meminumnya sambil mengelus perut yang buncit itu.

Hingga sesaat kemudian, sebuah tangan pun muncul menepuk bahu nya seketika. Hal itu berhasil membuat Afika kaget bukan main. Dengan refleks ia langsung memulas tangan tersebut hingga sang empu berteriak kesakitan.

"Aaargh..!!"

Afika langsung melepaskan tangannya, alangkah terkejutnya ia tatkala mengetahui bahwa yang baru saja menepuk pundaknya itu adalah Zen.

"Eh, sorry... Maaf banget, gue kira orang jahat tadi."

"Bisa-bisanya gue dikira penjahat..."

"Jaga-jaga itu penting, tapi salah tanggap juga sih gue."

"Gue boleh duduk disini nggak, btw?" tanya Zen seketika.

"Emang lo nggak masuk kah hari ini? Tumben banget jam segini lo belum ke kampus."

"Gue bolos."

"Lah, kok?" Afika membulatkan matanya terkejut menatap pria itu.

Zen pun duduk disampingnya, berjarak sekitar satu atau dua meter. "Gak papa, gue mau istirahat bentar, capek."

Pasutri Bobrok [ END✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang