12. Pantang Menyerah

5.3K 546 58
                                    

"Percuma jika ragamu kutahan disini, sementara hatimu ada padanya. Jadi silakan pergi, tanpa adanya kata kembali."

- Meidina Zahira Afika -

Jangan lupa buat ninggalin votementnya ya^^ jangan jadi silent readers loh (>_<)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa buat ninggalin votementnya ya^^ jangan jadi silent readers loh (>_<)

🌙🌙🌙

Pria dengan jas biru malam itu berjalan menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Sembari memasukkan kembali ponsel kedalam saku, tiba-tiba saja kehadiran Karin lantas menghentikan langkahnya secara tak sengaja.

"Maaf, Pak." Ucap gadis itu sopan.

Afkar hanya mengangguk, ia pun kembali melangkah berlalu melewati Karin tanpa menjawab apapun. Karin terdiam, merasa diacuhkan oleh lelaki itu.

Ia pun berbalik, menatap punggung Afkar yang perlahan menghilang keluar dari tempat itu.

"Pak Afkar mau kemana? Kok buru-buru banget?" monolognya bertanya-tanya.

***

"Aduh.. Itu cowok kemana, sih? Lama banget ya Allah, kalo tau motornya gak ada bensin, mending gak usah gue pake."

Afika terus mengeluh. Duduk dipinggir trotoar bersama motor ninja hitam milik Afkar yang lagi-lagi tanpa izin ia pakai, ternyata motor tersebut kehabisan bensin ditengah jalan.

Sudah satu jam berlalu, ia menunggu sang suami datang setelah menyelesaikan rapat kini sedikit tenang karena pria itu sudah menjawab teleponnya.

Sesaat kemudian, sebuah mobil pun berhenti didepannya. Afika mendongak tatkala pintu itu terbuka, lalu keluarlah seorang pria yang sepertinya pernah ia temui.

Zen, cowok dengan hoodie putih dilapisi dengan blazer hitam itu berjalan menghampiri Afika lalu duduk disampingnya.

"Lo Afika, kan? Temennya Nisa?" tanya Zen.

Afika mengangguk dengan atensi yang menoleh sekilas. Syukurlah, dari jauh padahal Zen sudah tahu bahwa gadis itu memanglah Afika, namun baru kali ini ia berani menghampiri gadis berdarah Arab tersebut.

"Motornya kenapa?" Zen kembali bertanya.

"Gak tau, tadi tiba-tiba aja habis bensin."

"Oh.. Mau gue bantu?" tawar pria itu seketika.

Afika lantas menggeleng sambil berkata, "gak usah, makasih. Tadi Afkar udah bilang mau kesini nyamper.. In. Nah! Itu Afkar."

Pasutri Bobrok [ END✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang