Haechan membuka pelan matanya, mencoba duduk sambil sesekali meringis merasakan sakit dikepala dan juga tubuhnya. Ah-- ternyata semalaman ia pingsan didalam kamar mandi.
Tangannya terulur memegang washtafel untuk membantunya berdiri. Perlahan Haechan mampu menyeimbangkan tubuhnya. Haechan menatap cermin, tertawa pelan saat melihat keadaannya yang sangat jauh dari kata baik.
"Hah~ menyedihkan, kenapa juga aku masih bertahan hidup?" Gumamnya pada diri sendiri.
Jika boleh memilih, Haechan lebih baik mati dari pada harus menanggung beban seorang diri. Ia sering mendapat siksaan seperti ini dari pamannya, namun lagi-lagi ia kembali sadar. Haechan sempat berpikir mungkin memang takdirnya ia harus begini, hidup segan mati tak mau. Ya, mugkin itu lah pepatah yang tepat untuk dirinya.
Dengan langkah pelan Haechan menutup pintu kamar mandi, melepaskan seluruh pakaian dan terlihat jelas luka lebam menghiasi tubuhnya. Haechan mulai membersihkan diri sambil menahan perih saat busa sabun mengenai bekas cambukan. Luka itu belum kering, tapi lagi-lagi sang paman memberi luka baru untuknya.
Selesai mandi, Haechan memakai seragam dan membereskan buku-bukunya. Ia memaksakan bersekolah walau keadaanya sangat tidak memungkinkan, Haechan tetap nekat. Ia tidak ingin tertinggal pelajaran karena dirinya sudah bolos kemarin.
Melangkah gontai, Haechan berjalan menuju kelasnya. Kepala Haechan rasanya pening sekali. Selain karena siksaan, ia juga belum mengisi apapun pada perutnya. Jangankan makan, minum saja Haechan tak sempat.
"Haechaniii~" Jaemin penuh riang memeluk Haechan dari samping.
"Kamu kemarin kemana? Kenapa tidak masuk sekolah? Aku menghubungimu juga beberapa kali tidak tersambung, kenapa?"
Haechan mengulum senyum. Melihat Jaemin merajuk sangatlah lucu, ia menggemaskan.
"Kamu mencariku, ya?" Goda Haechan mencolek dagu Jaemin, membuat si gigi kelinci itu berdecak.
"Tentu aku mencarimu, aku kesepian tidak ada kamu disekolah! Menyebalkan!"
Haechan terkekeh, "Aku kemarin ada urusan, Jaem. Belum sempat beri kabar ke sekolah. Ponsel aku juga mati, baterainya habis"
"Alasan!"
"Ey.. aku tidak, Jaemin. Aku bersungguh-sungguh"
Jaemin membalikan posisinya menghadap Haechan. Alisnya terangkat satu saat memperhatikan lebih jelas wajah gadis itu.
"Kamu bohong, Haechan"
Haechan diam beberapa saat sebelum mengalihkan wajahnya dari tatapan Jaemin.
"Aku tidak bohong" Cicitnya.
Jaemin menangkup wajah Haechan, sedikit menekan pelan pada area bibirnya.
"Aw.. sakit, Jaem" Ringis Haechan.
"Paman kamu, dia menyiksamu lagi?" Tanya Jaemin datar.
Haechan hanya menunduk mendapat pertanyaan dari Jaemin. Haechan memang gadis yang kuat. Tapi sekuat-kuatnya Haechan, ia juga pasti akan merasakan sakit. Dan disaat sakit itu lah Haechan sedikit demi sedikit mulai terbuka pada Jaemin, Haechan berani bercerita tentang perlakuan sang paman pada sahabatnya.
"Tidak, kok. Akh hanya terbentur, tau" Jawab Haechan menarik sedikit sudut bibirnya. Itu terasa perih jika ia harus benar-benar tersenyum.
"Sungguh? Kamu tidak bohong?"
Haechan mengangguk cepat, "tentu, sejak kapan aku pernah membohongimu?"
"Hari ini kamu membohongiku Chan" Batin Jaemin, ia kembali memeluk Haechan untuk memberinya kekuatan walaupun temannya ini berusaha terlihat kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Gadun || MarkHyuckCas🔞 (✔)
Fanfiction[R E V I S I] S E L E S A I Gadun : Pria Dewasa, atau lebih khusus lagi biasa disebut om-om. Pria dengan tingkat kematangan fisik dan finansialnya yang baik. Memiliki 1 gadun saja rasanya seorang wanita atau ABG diluar sana memiliki kehidupan ekonom...