Gadun 24.

3.1K 231 3
                                    

Pagi ini Haechan benar-benar merasakan mual yang luar biasa, bahkan rasanya Haechan seperti ingin mati karena lemas. Ia selalu berpikir mungkin itu efek dari terlalu sering tidur larut malam karena Haechan belajar, sebab tiga hari lagi anak itu akan mengikuti ujian akhir kelulusan sekolah.

Namun ada yang aneh, jika benar dirinya mual karena masuk angin seharusnya yang keluar adalah sisa-sisa makanan dari perutnya. Tapi ini tidak, hanya cairan bening.

Tok..Tok..Tok..

"Haechan, kamu di dalam?" Itu suara Mayang, ia baru keluar kamarnya dan sekalian saja mengajak Haechan sarapan.

Beberapa kali Mayang mengetuk pintu, si pemilik kamar tidak menjawab sehingga Mayang memilih masuk karena ia pikir mungkin Haechan masih tidur.

"Loh, tidak ada" Gumamnya, ia lihat Haechan tidak ada di ranjangnya sampai telinga Mayang mendengar suara dibalik pintu kamar mandi.

"Haechan, kamu di dalam ya?"

"Hoek..."

Kening Mayang mengkerut mendengar suara orang muntah, pikirnya apa Haechan sakit sampai muntah-muntah seperti itu. Karena penasaran, Mayang semakin menempelkan telinganya didepan pintu kamar mandi.

"Benar itu Haechan!" Pekiknya, kemudian ia membuka pintu tersebut dan untungnya tidak dikunci.

Mata Mayang membulat melihat kondisi Haechan duduk diatas closet dengan badan lemas dan wajah pucat.

"Yaampun, Haechan kamu kenapa?!" Tanya Mayang ketika ia jongkok didepannya. Respon Haechan hanya menggeleng lemas, ia tidak bertenaga walau hanya sekedar membuka mulut.

Dengan sigap Mayang bantu memapah Haechan menuju ranjangnya, membaringkan pelan tubuh Haechan disana. Mayang terlihat sangat khawatir sebab ia baru pertama kali melihat temannya seperti ini.

"Kamu kenapa bisa sampai seperti ini, Chan? Kamu salah makan?" Haechan lagi-lagi menggeleng, ia juga benar-benar tidak tau akan kondisi tubuhnya saat ini.

"Yasudah, kamu istirahat. Biar aku yang izinkan kamu untuk tidak sekolah dulu hari ini" kemudian anak itu menaikan selimut sampai batas dada Haechan. Mayang juga agak heran sebenarnya, badan Haechan tidak panas tapi wajahnya pucat dan berkeringat.

Setelah dipastikan Haechan dapat ditinggal, Mayang segera keluar kamarnya beralih menuju meja makan dimana Lucas dan Mark sedang duduk disana.

"Haechan dimana? Kenapa dia tidak turun bersamamu?" Tanya sang kakak, Lucas.

Mayang menarik kursi, duduk disamping Lucas sambil sesekali menyeruput susu hangatnya.

"Haechan sakit, jadi dia tidak sekolah dulu hari ini. Nanti aku yang izinkan"

"HAH?!" Pekik Lucas dan Mark, keduanya langsung pergi menuju kamar Haechan setelah mengetahui si manis sakit. Dan benar saja, waktu mereka masuk ke dalam kamarnya, Haechan tengah tidur masih seperti kondisi awal.

Mark duduk tepat di sebelah ranjang Haechan dengan Lucas berdiri di sampingnya.

"Tubuhnya tidak panas, tapi wajahnya pucat sekali. Keringat dingin pula" Ujar Mark menggenggam tangan Haechan. Tangan Lucas juga ikut terulur mengusap keringat di pelipis anak itu.

"Panggil dokter, dan pastikan miss Wendy menemani Haechan sampai kita pulang" Ujar Lucas. Mata mereka tak luput dari wajah Haechan, memandang gadis kesayangannya yang terbaring lemah.

Akhirnya kedua pria itu kembali menuju meja makan, melanjutkan sarapan setelah memberi kecupan hangat untuk si manis. Melihat Haechan seperti ini membuat Mark dan Lucas tidak ingin pergi bekerja. Tapi tuntutan meeting mengharuskan mereka hadir dalam acara tersebut.

Simpanan Gadun || MarkHyuckCas🔞  (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang