Gadun 33.

2.3K 119 6
                                    

"Haechan.."

Anak itu menoleh, tersenyum hangat saat Mayang memasuki kamarnya. Tak lupa Hendery yang selalu mengikutinya dari belakang.

"Eh, apa yang kamu lakukan? Sini, biar aku saja"

Haechan menggeleng, "tidak perlu, aku bisa sendiri"

"Tapi bahumu belum sembuh total, aku tidak mau sampai kamu kesakitan" Mayang siap mengambil alih pakaian Haechan, namun anak itu menahannya.

"Hanya memasukan pakaian kedalam koper itu tidak membutuhkan tenaga ekstra, jadi tidak perlu berlebihan seperti itu"

"Ish, aku kan hanya ingin membantumu saja!"

Haechan terkekeh geli melihat raut wajah cemberut Mayang. Dengan gemas Haechan mencubit pipinya, membuahkan pekikan kecil dari pemiliknya.

"Aku sudah sembuh, dan bahuku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir, oke"

"Baiklah-baiklah. Tapi kalau urusan membawa koper, serahkan pada Hendery"

"Eh, saya?" Hendery menunjuk dirinya.

"Apa aku menyebut nama lain selain namamu, hm?"

Hendery tersenyum kikuk, mengusap pelan tengkuknya begitu mendapat lirikan tajam Mayang.

"Haechan itu tidak boleh membawa beban terlalu berat. Selain untuk menjaga bahunya, membawa beban berlebih juga tidak baik untuk ibu hamil. Kamu paham?"

"Paham, nona"

Melihat perdebatan kecil antara Mayang dan Hendery rupanya menjadi hiburan tersendiri bagi Haechan. Memang selama kedua anak itu menemani Haechan dirumah sakit, ada saja tingkah mereka yang perlahan-lahan membuat Haechan melupakan kejadian hari itu.

Belum lagi Hendery. Si pemilik wajah disney itu juga tak henti-hentinya membuat karangan cerita untuk ia dongengkan padanya. Alhasil Hendery berhasil membuat Haechan sadar lewat sindiran kecil dari cerita karangannya itu. Memang ceritanya sedikit nyeleneh, tapi entah kenapa ceritanya juga masuk diakal.

Hendery dengan segala imajinasinya memang patut diacungi jempol.

"Kalian ini ribut terus, nanti kalau jodoh bagaimana?"

Mayang dan Hendery sontak saja saling melirik, menggeleng ribut atas ucapan Haechan.

"TIDAK MUNGKIN!" Jawab kompak keduanya.

"Aku tidak mungkin berjodoh dengannya" ucap Mayang menunjuk Hendery.

"Kenapa tidak mungkin?"

"Eh..."

Baik Mayang dan Haechan melirik Hendery bersamaan saat pria itu bertanya akan ketidak mungkinan dirinya berjodoh dengan Mayang. Memang apa yang salah?

"Y-ya tidak mungkin saja" cicit Mayang. Suaranya memelan, namun pipinya justru terasa panas.

"Tapi kalau tuhan sudah berkehendak bagaimana? Kamu tidak bisa menyalahinya" saut Haechan disertai senyum menggoda.

Oh ayolah, Haechan paham sekali gelagat kedua anak itu saat mereka sedang bersama.

"Tapi... ah, sudahlah. Lagipula aku ini majikan Hendery, kami tidak mungkin bersama. Kamu tau, hanya sebatas pekerjaan. Antara supir dan majikan, tidak lebih"

Hendery tersenyum tipis, wajahnya sedikit menunduk atas ucapan tegas Mayang yang memang benar adanya.

Disela canda tawa ketiga anak itu, pintu kamar Haechan pun terbuka mengalihkan atensi mereka. Disana sedang berdiri sosok Lucas yang tinggi menjulang dengan sebucket mawar putih dan merah digenggamannya, serta Mark yang hampir setengah tubuhnya tertutup oleh boneka beruang besar.

Simpanan Gadun || MarkHyuckCas🔞  (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang