Gadun 8.

5.9K 342 10
                                    

Keesokan harinya Haechan bangun dengan tubuh terasa lebih segar. Rasa sakit ditubuhnya berangsur-angsur membaik karena efek dari obat oles dan beberapa vitamin yang diberikan dokter waktu Mark memanggilnya kemarin.

Ia menyibak selimut, menguncir rambutnya hingga membentuk cepolan. Berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap berangkat sekolah.

Dirasa semuanya siap, Haechan turun ke bawah sambil mengadahkan pandangannya menelusuri setiap sudut penthouse.

"Sepi sekali.." Gumam Haechan.

Sampai langkahnya menuruni anak tangga terakhir dan menuju ruang tengah, ia melihat ada sosok wanita muda tengah berkutat didapur. Haechan berjalan pelan menghampiri sosok tersebut.

"Selamat pagi.."

Wanita itu menoleh kebelakang, tersenyum pada Haechan sedikit membungkukkan badannya.

"Selamat pagi nona, Haechan.. ada yang bisa saya bantu?"

Haechan memiringkan sedikit kepalanya. Apa tadi dia bilang? Nona? Haechan tidak salah dengar, kan?

"Eumm.. kalau boleh tau, kamu ini siapa?" Tanyanya sopan.

"Saya Wendy, nona bisa panggil saya miss Wendy. Saya asisten kepercayaan tuan Mark dan tuan Lucas untuk mengurus penthouse ini" Jawab wanita itu, Wendy.

Gadis itu mengangguk, kemudian tersenyum tipis pada Wendy.

"Miss Wendy jangan panggil aku, non. Panggil aku Haechan. Aku yakin pasti umur miss Wendy lebih tua dariku"

Wendy hanya tersenyum, "Maaf, nona. Tapi itu atas permintaan tuan Mark dan tuan Lucas, saya tidak bisa menentangnya"

Lagi, Haechan mengangguk sambil mengigit bibirnya. Jangankan Wendy, Haechan juga tak berani menentang kedua pria itu karena kebaikannya.

"Oh ya, miss. om Mark dan om Lucas kemana? Kenapa mereka tidak ada disini?"

"Mereka memang jarang kesini, nona. Biasanya mereka pulang kerumah masing-masing atau bekerja. Tapi saya yakin, tidak selang berapa lama pasti mereka akan lebih sering tinggal disini" Jawab Wendy mengulum senyumnya.

Haechan bingung dengan perkataan Wendy, apa mereka menyerahkan penthouse ini untuknya? Atau jangan-jangan penthouse ini sengaja mereka sewa, lalu Haechan yang harus membayarnya? Sangat gawat jika itu benar terjadi, punya uang dari mana Hachan membayar sewa tempat mahal ini.

Tapi tak lama Haechan menggelengkan kepalanya, mana mungkin juga kedua om-om itu menyewa tempat ini? Secara saja harta mereka kan melimpah ruah. Mustahil sih jika orang kaya seperti mereka masih mengenal kata 'sewa' dalam hidupnya.

"Nona, sarapannya sudah siap"

Lamunan Haechan buyar saat Wendy menyentuh bahunya, "E-eh, sarapan?"

"Iya.. salah satu kebiasaan yang harus diterapkan di penthouse ini. Karena menurut mereka, sarapan itu penting"

Mulut Haechan membulat kecil sebagai respon. Jangankan sarapan, untuk makan sehari sekali saja ia sudah bersyukur. Ini pertama kalinya Haechan merasakan apa itu sarapan.

Selesai sarapan, Haechan bergegas untuk berangkat sekolah setelah berpamitan pada Wendy. Namun langkah gadis itu berhenti saat sosok laki-laki didepannya berdiri dengan setelan rapih.

"Eoh, mencari siapa?" Tanya Haechan.

Laki-laki itu tersenyum manis, membungkukan setengah badannya pada Haechan.

"Selamat pagi, nona Haechan. Perkenalkan, saya Hendery. Saya supir pribadi anda"

Mata bulat Haechan semakin membulat ketika mengetahui bahwa dirinya sekarang memiliki supir pribadi. Apalagi ini? Apa ia harus membayar Hendery juga?

Simpanan Gadun || MarkHyuckCas🔞  (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang