Gadun 25.

3.2K 244 6
                                    

Malam ini keadaan meja makan cukup ramai, semua penghuninya berkumpul menikmati makan malam mereka. Eits, tapi ada yang beda kali ini. Suasana meja makan terlampau ramai berkat dua gadis penghuni penthouse itu. Mereka terus tertawa bersama membahas hal-hal random, mood keduanya sangat bagus sehingga obrolan receh mereka pasti selalu ditertawakan.

Berbeda dari kedua pria disebelah mereka, Mark dan Lucas sedari tadi diam tak mengeluarkan suara sama sekali. Bahkan wajahnya tak ada ekspresi apa pun, memang sudah jadi kebiasaan mereka seperti itu.

"Ada apa dengan kalian? Senang sekali" Tanya Mark, kini Haechan dan Mayang mengalihkan atensinya pada mereka.

"Tentu saja! Besok aku dan Haechan akan pergi berbelanja seharian"

"Bukankah kalian memang sering belanja? Kenapa sampai terlihat girang seperti itu" Tentu Mark heran, sebab Mayang dan Haechan ini kan hobi sekali belanja. Hanya bedanya kali ini mereka terlihat lebih senang.

Jelas, orang Mayang dan Haechan ingin belanja keperluan bayi. Tapi tetap, Mayang dan Haechan sama-sama merahasiakan ini. Haechan bertekad akan beritau kedua daddynya setelah anak itu mengikuti ujian.

"Kakak tidak perlu tau, ini urusan antara aku dan Haechan!"

"Urusan apa?" Kali ini Lucas yang bertanya.

"Ish, orangtua ini mau tau saja!"

"Hei!"

Mayang dan Haechan lantas tertawa melihat raut wajah Lucas dan Mark. Mereka itu paling tidak suka di panggil orangtua, walau nyatanya mereka memang tua.

"Baby bagaimana keadaannya, sudah membaik?" Tanya Mark tepat di sebelah Haechan.

"He'um, tadi pagi aku hanya perlu istirahat saja"

Mark mengangguk, kembali menyantap makananannya sebelum Mayang kembali bersuara.

"Kak, kalian berdua terbayang tidak bagaimana ramainya kalau penthouse ini ada seorang bayi? Pasti seru, bukan?!"

Lucas dan Mark otomatis menatap Mayang yang terlihat ceria ketika membicarakan seorang bayi. Berbeda dengan Haechan, anak itu justru menendang kaki Mayang dari bawah meja karena ucapannya itu sama saja akan membongkar kejutan mereka.

"Seru bagaimana?" Tanya Lucas.

"Ya... seru, seperti kalian harus berpikir bagaimana cara membuat bayi diam saat menangis. Maksudku, tentu pasti kalian harus berpikir keras. Sudah kalian berpikir soal urusan kantor, ditambah harus berpikir soal mendiamkan bayi. Tidak terbayang raut wajah kalian nantinya"

Lucas hanya tertawa pelan sambil menggelengkan kepala mendengar ucapan heboh sang adik. Ia pikir bayi siapa yang akan meramaikan penthousenya?

"Bayi siapa yang kamu maksud? Lagipula kakak belum mau mengurus bayi, masih banyak pekerjaan yang harus kakak urus"

Ucapan Lucas yang terkesan santai membuat Haechan bungkam. Lucas lebih mementingkan pekerjaan di banding bayi yang ada di perut Haechan sekarang, lalu bagaimana dengan Mark?

"Kalau daddy Mark?" Tanya Haechan. Pria itu mengusap mulutnya setelah meneguk segelas air.

"Daddy juga sama, belum terpikirkan untuk memiliki anak"

"Maksud kalian apa bicara sepertu itu?! Jadi selama ini Haechan kalian anggap apa?!" Sontak saja ucapan Mayang meninggi mendengar pernyataan kedua kakaknya, seolah-olah mereka tidak mengharapkan seorang bayi. Sedangkan Haechan, ia diam tidak tau harus bicara apa.

"Haechan tentu orang yang spesial untuk kami" Ucap Lucas.

"He'um, bahkan kami berencana menikahinya setelah Haechan lulus" Balas Mark.

Simpanan Gadun || MarkHyuckCas🔞  (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang