Hai... *ketawa nervous* kalian apa kabar!?
Aluna & Alexa balik lagi setelah......sekian lama. Wish me luck buat selesein cerita ini. Hadeuh.Anyway, enjoy!
***
Pertandingan berakhir dengan GI menjadi pemenangnya.
Dira melompat lompat-lompat seperti kelinci saat memasuki ruang ganti pemain GI. Dia mendapat pujian dari semua orang perihal lemparan three point di menit terakhir yang membawa GI menang.
"Kecil-kecil begini loncatan lo ampuh juga." Martha tertawa sambil mengacak rambut bob Dira.
"Jelas." Dira tertawa sambil menepuk dadanya.
Ketiga lainnya, Adriana, Teta dan Agatha juga ikut menimpali. Momen dimana GI menang atas Wijaya selalu menjadi momen yang menyenangkan bagi mereka. Sudah menjadi tradisi, jika mereka menang melawan Wijaya maka mereka akan merayakannya dengan makan bersama atau pergi ke suatu tempat.
Akan tetapi cuitan riang itu tiba-tiba lenyap saat mereka melihat Lexa berdiri di depan loker, tengah mengambil barang-barangnya. Gadis itu tampak acuh seolah tidak ada yang datang.
Angin dingin dan canggung berembus mengisi ruangan. Mereka semua segera memisahkan diri dan mulai sibuk sendiri-sendiri, kecuali Dira yang terang-terangan menatap Lexa.
Dira berdiri disana cukup lama, namun Lexa tetap tidak juga menghiraukannya. Padahal Lexa juga sadar Dira ada disana memperhatikannya terang-terangan.
"Lex." Akhirnya Dira buka suara.
Begitu mendengarnya, Teta, Adriana, Marta maupun Agatha langsung mempercepat kegiatan mereka untuk segera meninggalkan ruang ganti. Mereka harus segera pergi dari sana, mereka tidak mau ikut campur dengan dua orang sahabat yang sama-sama keras itu.
Saat ke empat orang itu keluar, Lexa baru merespon.
"Hm?"
Dira menghela napas pelan. "Yuk, ke Moonbuck, gue traktir americano. Tapi jangan bilang yang lain ya kalo lo gue traktir."
Lexa pikir Dira akan to the point mengenai masalah di lapangan tadi, tidak menduga jika Dira justru menawarkan kopi kesukaannya.
Tidak bermaksud mengabaikan Dira, Lexa hanya sedang memikirkan banyak hal sampai dia tidak bergerak sama sekali.
"Gue traktir dua deh. Pizza juga. Ayo gue udah laper ini." Dira bersikap seolah tidak ada yang terjadi diantara keduanya.
Namun tiba-tiba Lexa tersentak. Sebuah kesadaran muncul di kepalanya seperti petir.
Lexa menoleh, tampak sekali kecemasan terukir di wajahnya.
"Gue balik dulu."
Hanya itu yang Lexa katakan lalu berlari melewati Dira.
***
Lexa menggenggam tali ransel di satu sisi bahunya dengan erat. Nyatanya hanya itu satu-satunya tempat dia menyalurkan kegelisahannya. Matanya bergerak ke segala penjuru, memindai apapun untuk menemukan seseorang yang dia cari diantara puluhan siswa yang berlalu-lalang.
Sampai akhirnya seseorang menepuk pundaknya. Pelan, tapi Lexa nyaris melompat dan memutar badannya dengan cepat. Dia terlalu tegang sampai tidak menduga jika Lio lah yang berdiri di hadapannya.
Mie ayam Mang Asep memang tidak pernah mengecewakan Lio karena kini laki-laki itu tersenyum lebar hingga matanya menyipit.
"Congratulation!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna & Alexa
Novela JuvenilCerita ini adalah tentang sepasang saudara kembar Aluna dan Alexa. Aluna dan Alexa tak pernah terpisahkan. Sebagai anak yang terlahir tanpa mengenal ibu, keduanya tumbuh dengan ikatan yang sangat kuat. Saling menyayangi dan melindungi. Namun selal...