Chapter 24 - Bingo!

2.2K 146 33
                                    

Boleh re-read previous chapter dulu, kali aja lupa hehe.

Selamat membaca :)

*

**

Sudah setengah perjalanan, Luna, Lexa, dan Lio berada di dalam mobil, namun  ketiganya masih saja sibuk dengan dunia mereka masing-masing.

Sementara Lio dan Luna diam dan fokus pada jalanan, Lexa yang sudah terkontaminasi cafein itu tidak bisa berhenti bergerak mengikuti dentuman lagu sambil bernyanyi asal.

Meski begitu, kerasnya suara Lexa tidak cukup kuat menyusup lamunan Luna dan Lio.

"Buruan naik, apa mau gue seret?"

"Gue mau nemenin lo."

"Kaki lo naikin sih biar nyaman."

Sudut bibir Luna terangkat samar. Tangannya terangkat ke dada. Jantungnya memang sering berdebar kencang, tapi tadi itu...

Saat melihat laki-laki itu berjongkok di hadapannya, saat dia memandang Luna dengan khawatir, dan saat Luna menatapnya tertidur pulas. Hal kecil itu membuat jantungnya berdebar, namun tidak menyakitkan. Sungguh, Luna mau merasakannya lagi.

Berhak kah dia?

Luna mendesah amat pelan.

Pertanyaan itu lagi, batin Luna.

Luna mengangkat kepalanya. Ia memandang figur Lio dari samping. Memasukkan tiap detail apa yang dia lihat ke dalam otaknya. Rambutnya yang tebal, yang panjangnya nyaris menutupi telinga, dan yang ternyata harumnya begitu segar.

Iya, berada di punggung Lio, Luna mendapatkan beberapa hal yang selama ini ia tidak tahu.

Luna berjengit kaget saat tiba-tiba Lio menoleh ke arahnya. Secepat kilat Luna menoleh ke arah lain sambil menyisir rambut panjangnya dengan tangan. Bertingkah seakan tidak terjadi apa-apa.

Syukurlah Lio tidak mengatakan apapun, batin Luna. Lagi pula ngapain dia noleh sih, lanjutnya dalam hati.

Tapi Luna tidak pernah tahu apa yang jadi alasan Lio barusan menoleh.

Jalanan sore ini di sekitaran kompleks begitu lengang hingga Lio bisa sedikit menambah kecepatan.

Entah mengapa Lio agak terkejut saat dia menoleh ke arah Luna dan ternyata Luna tengah melihatnya.

Bukan apa-apa, Lio hanya ingin memastikan saja. Anak itu terlihat lebih baik daripada tadi saat penilaian basket dan di UKS.

Memang bukan pertama kalinya Lio melihat Luna sakit, namun yang tadi itu terus membuat Lio bertanya-tanya.

Lio memegangi dadanya, penuh konsentrasi dia merasakan detak jantungnya. Tidak pelan namun juga tidak cepat. Dan seketika pikirannya terlempar ke belakang saat Luna melingkarkan lengannya di lehernya.

Selama perjalanannya menuju UKS Lio hampir tidak memikirkan apapun selain merasakan detakan jantung Luna di punggungnya. Kencang dan sangat cepat.

Sesampainya di UKS, jika saja Luna tidak merebut ponselnya sudah dipastikan Lio akan menyuruh Lexa membawa Luna ke rumah sakit. Karena Lio yakin, siapapun yang melihat Luna pada saat itu pasti akan melakukan hal yang sama.

Bisa dibilang selama di UKS Lio tidak tidur, dia hanya memejamkan mata. Lio ingin bertanya banyak hal. Apalagi saat ia tahu Luna tengah meminum obat saat gadis itu pikir Lio sedang tidur.

Ingin bertanya, namun semua pertanyaannya tertahan di ujung lidah. Sekalipun hanya menanyakan keadaan, Lio enggan mengucapkannya karena nyatanya dia tau apa respon Luna setelahnya. Kalau tidak diam saja, pasti Luna tidak akan menjawabnya dengan serius.

Aluna & AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang