Lonceng berdenting lembut saat Lexa membuka pintu Kafe. Senyumnya mengembang tanpa sadar saat kedatangannya disambut oleh harumnya kopi.
Bagaimana bisa ada tempat sekeren ini tapi dia hampir tidak pernah kesini. Besok dia harus mengajak Lio dan Luna kesini, batin Lexa.
Di depan kasir seseorang dengan celemek barista menyapanya dengan senyum lebar. "Selamat malam, mau pesan apa kak?"
Lexa balas tersenyum. "Hot Americano satu, ekstra espresso ya."
Masih dengan senyum ramah di bibirnya, si barista bertanya, "Atas nama siapa kakak cantik ini?"
Lexa tertawa pelan, "Alexa."
"Siap! Silakan duduk sementara kami buatkan Americano with extra espresso untuk Nona Alexa."
Laki-laki bertubuh berisi itu tampak begitu menggemaskan hingga Lexa tidak bisa untuk tidak menanggapinya. Ia melirik name tag di dada laki-laki itu, "Terimakasih banyak kakak Wisnu, saya permisi."
Wisnu terkekeh, lalu membuat gestur seperti pelayan kerajaan yang mempersilakan ratunya. "Ciao Nona, hati-hati dijalan."
Keduanya tertawa.
Lexa duduk di pojok ruangan tepat di sebelah jendela besar yang menampakkan lalu lalang orang-orang di luar Kafe. Ia mengangkat jam tangannya. Sudah jam 19.10, mencoba berpikir positif, mungkin Nara masih di jalan.
Dua puluh menit berlalu, kopi pesanan Lexa sudah tinggal setengah dan Nara tak kunjung datang. Pesan yang ia kirim ke Nara lima menit yang lalu saja belum dibalas.
Hingga tepat pukul 19.30, pintu Cafe berdenting dan sosok yang tidak Lexa harapkan kehadirannya muncul.
Dena.
Pura-pura tidak lihat, pura-pura tidak lihat, batin Lexa sambil menunduk memainkan ponselnya.
Sampai Lexa pikir Dena sudah berlalu dan hilang dari pandangannya, Lexa mendongak. Namun betapa kaget Lexa melihat Dena justru berjalan ke arahnya.
Mau ngapain sih ini anak, batin Lexa gusar.
Begitu tiba di depan Lexa, dengan santainya Dena menarik bangku di hadapan Lexa dan duduk. Lexa langsung menatapnya bingung sekaligus tidak suka.
"Ada apa?" tanya Lexa.
Dena tidak langsung menjawab, dia meletakkan tas slempangnya di meja baru menatap Lexa dan tersenyum. Senyum yang memuakkan bagi Lexa.
"Denger-denger, kembaran lo kemarin pingsan ya di pesta gue?"
"Tahu darimana," jawab Lexa enggan.
"Yah, pesta pesta gue, masa gue nggak tahu sih." katanya sambil tertawa hambar.
Ew, batin Lexa.
"Lo ada perlu apa kesini?" Lexa tidak bisa menahan diri lagi.
"Emang gue mau ketemu sama lo, lo juga dari tadi nungguin gue kan?"
Dah Lexa berkerut. "Apaan sih, orang gue nungguin Nara."
Tiba-tiba Dena tertawa. "Lo pikir ada anak Wijaya yang biasa dipanggil Nara?"
Dahi Lexa berkerut tanda ia tidak mengerti.
Lalu Dena melipat tangannya di meja dan mencondongkan tubuhnya ke arah Lexa dan tersenyum geli. "Lo lupa nama lengkap gue?"
Denara Kirana, batin Lexa.
Lexa langsung berdecak dan memukul meja. "Yaelah alay banget sih, mau bahas basket aja pakai nama samaran gitu. Nggak penting banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna & Alexa
Teen FictionCerita ini adalah tentang sepasang saudara kembar Aluna dan Alexa. Aluna dan Alexa tak pernah terpisahkan. Sebagai anak yang terlahir tanpa mengenal ibu, keduanya tumbuh dengan ikatan yang sangat kuat. Saling menyayangi dan melindungi. Namun selal...