"Kenapa dia masih disini?" bisik Luna sambil menggerakkan dagunya, menunjuk Lio yang entah sedang membicarakan apa dengan Bi Rum.
Tidak menghiraukan pertanyaan Luna dan tanpa mengalihkan perhatiannya dari aktivitas mengupas kuaci, Lexa berkata, "Akhirnya bangun juga lo."
Luna mendudukkan dirinya, lalu melirik Lexa dan tumpukan kulit kuaci di atas tempat tidurnya secara bergantian. Kebiasaan Lexa saat makan kuaci, ia selalu mengupas semuanya terlebih dahulu, tidak langsung dimakan. Dikumpulkan dulu katanya biar happy ending.
"Harus banget lo makan di atas tempat tidur?"
Lexa melirik Luna sekilas sebelum sibuk dengan makanan hamster itu lagi. Yang keluar dari mulutnya hanya dehaman singkat. "Hm, mau?"
Luna mengambil satu biji tanpa disuruh.
Keduanya diam, Luna sibuk memakan satu persatu biji kuaci sedangkan Lexa sibuk mengupasnya.
"Lio 'kan cuma mau jenguk lo, emangnya nggak boleh?" jawab Lexa akhirnya.
"Enggak."
"Kenapa?"
"Gue nggak suka."
Lexa terkekeh pelan. "Emang dia ngapain, sampe lo nggak suka?"
"Jawabannya sama kayak lo, kalo lo lihat cicak."
Lexa berhenti mengupas kuacinya hanya untuk menggerakkan bahunya seperti orang merinding. "Ew."
Lalu dengan gerakan waspada, Lexa menoleh kesana-kemari, ke dinding, ke lantai, lalu ke dinding lagi. Berharap ia tidak melihat ada sesuatu yang merayap disana. Tidak boleh ada sekalipun hanya satu ekor. Hidupnya tidak akan tenang jika dia tahu ada hewan itu di dekatnya.
Untungnya Lexa tidak melihatnya, jadi dia bisa makan kuaci dengan damai. "Alasan lo nonsense," ujarnya.
Luna menggerakkan bahunya pelan.
"Lo kenapa nggak bilang kalo udah punya pacar?" tanya Lexa membuat Luna berhenti memakan kuaci.
Yang bertanya terlihat santai-santai saja, yang ditanya langsung menghela napas panjang. Luna sudah hampir melupakan kejadian tadi siang dan sialnya Lexa mengingatkannya lagi. Luna langsung kehilangan mood, posisi duduknya merosot, kepalanya seperti tenggelam di lehernya.
"Gue nggak mau ngomongin itu."
Perlahan-lahan senyum menggoda mengembang di bibir Lexa. "Gue nggak akan berhenti ganggu hidup lo, sampai lo cerita sama gue."
"Gue mau pulang sekarang," rengek Luna.
Lexa tertawa, tapi tidak lagi mendesak Luna, ia justru berdiri. "Yuk."
Luna menatap Lexa bingung. "Hah?"
"Mau pulang 'kan?"
Luna mengangguk.
"Yaudah, ayo."
Begitu Lexa berjalan ke arah sofa, Luna baru sadar jika barang-barangnya sudah tertata rapi di dalam sebuah tas besar.
***
Lexa membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah disusul Bi Rum dan Luna dibelakangnya. Sementara Lexa langsung melesat masuk ke dalam, Luna hanya berdiri di ruang tamu, menatap sekeliling, menyadari betapa dia merindukan suasana di rumah.
Luna menangkupkan kedua telapak tangannya yang tertutup sweater ke pipi. Tidak menyangka keadaan di rumah akan lebih dingin dari pada di mobil. Tapi untuk saat ini sepertinya tidak masalah, Luna lebih memilih kedinginan di rumah sendiri dari pada di tempat lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna & Alexa
أدب المراهقينCerita ini adalah tentang sepasang saudara kembar Aluna dan Alexa. Aluna dan Alexa tak pernah terpisahkan. Sebagai anak yang terlahir tanpa mengenal ibu, keduanya tumbuh dengan ikatan yang sangat kuat. Saling menyayangi dan melindungi. Namun selal...