Mesin mobil mati saat mereka sudah berada di pelataran sebuah rumah mewah. Jevin turun dari mobil lebih dulu diikuti Lio dan Lexa. Luna baru turun setelah Jevin membukakan pintu untuknya.
Lagi, tatapan Lio dan Luna bertubrukan. Sedetik kemudian Luna berpaling dan mengucapkan terimakasih dengan begitu tulus kepada Jevin.
Sementara Lio menganggap Luna dan Jevin masih terasa aneh, Lexa malah semakin yakin dengan hubungan adiknya.
Hanya Lexa yang menganggap kalau Luna dan Jevin memang saling menyukai.
Rumah ini benar-benar tidak masuk akal. Lexa merasa seperti baru saja memasuki sebuah ballroom istana. Yang Lexa tahu, ayah Dena adalah seorang polisi dengan pangkat yang tinggi dan ibunya adalah seorang pengusaha, hanya itu. Lexa tidak pernah membayangkan jika dia memiliki rumah sebesar ini.
"Ini pesta sweet seventeen atau kawinan sih," bisik Lexa pada Lio penuh kekaguman.
Lio hanya terkekeh geli.
Sebelum benar-benar masuk, mereka harus berdiri di sepanjang antrian tamu yang mengular panjang.
Lexa dan Lio berdiri di belakang Luna dan Jevin. Saat Jevin tiba-tiba hendak menggandeng tangan Luna, Luna sedikit tersentak karena kaget namun secara spontan ia langsung melirik ke arah belakang tubuh Jevin dimana Lio berdiri.
She got that again.
Luna mendapati Lio melirik ke arah tangannya. Setelah dengan sengaja membalas genggaman tangan Jevin, Luna melirik Lio lagi.
And, again.
Luna tersenyum tertahan setelah memergoki Lio membuang pandangannya ke arah lain.
Luna rasa, pesta ini tidak akan seburuk yang dia bayangkan.
***
Tidak bisa ditutupi bahwa Lexa merasa amat sangat bersemangat hari ini. Ada beberapa alasan, pertama karena tahu hubungan Luna dan Jevin benar-benar nyata dan dia tidak perlu repot-repot mencari tahu, kedua karena Lio tadi sempat cemburu, ketiga konsep pesta yang luar biasa keren, dan keempat dia akan bertemu dengan teman-teman lama. Se-sederhana itu lah kebahagiaan Lexa.
Akhirnya setelah menunggu cukup lama, mereka pun masuk dan duduk di sebuah meja panjang dimana hidangan sudah berjejer rapi. Lexa sampai harus susah payah menahan keinginannya untuk melompat ke atas meja dan melahap semuanya seperti monster.
Lamunan gila Lexa buyar karena tiba-tiba Jevin berdiri dan ia berkata hendak pergi ke toilet. Beberapa saat kemudian Lio ikut berdiri, entah mau pergi kemana karena Lio bergumam tidak jelas dan Lexa terlalu sibuk mengagumi dekorasi pesta ulang tahun Dena, dan lagi pula suara musik berdentum sangat kencang.
Luna sendiri hanya diam melihat ke sekelilingnya. Bukan mengagumi dekorasi pesta namun mencari-cari orang-orang GBA. Luna masih merasa tidak siap jika bertemu dengan mereka sekarang.
Puas melihat sekeliling dari tempatnya duduk Lexa pun mengalihkan perhatiannya ke arah Luna yang duduk di sebelahnya.
Lexa hendak menggoda Luna habis-habisan soal Jevin, namun saat Luna menoleh sambil berkata, "Lo masih marah ya sama gue?"
Lexa baru ingat kalau tadi dia sedang marah sama Luna. Dia sudah tidak marah sungguh, tapi Lexa jadi ingin mengerjai Luna.
Maka dari itu, Lexa langsung melipat tangannya di dada dan melempar pandangannya ke arah lain.
"Menurut lo?"
Wajah Luna mendadak memelas. "Jangan diemin gue dong, please." Luna menangkup kedua tangannya di depan dada. "Gue janji nggak ada basket-basket lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna & Alexa
Roman pour AdolescentsCerita ini adalah tentang sepasang saudara kembar Aluna dan Alexa. Aluna dan Alexa tak pernah terpisahkan. Sebagai anak yang terlahir tanpa mengenal ibu, keduanya tumbuh dengan ikatan yang sangat kuat. Saling menyayangi dan melindungi. Namun selal...