Chapter 32 - Lingkaran di Tanggal Hari Ini

2.2K 101 56
                                    

Wasit melempar bola ke udara. Melambung tinggi diantara dua kapten tim basket Wijaya dan GI, Dena dan Lexa. Tak perlu menebak siapa yang dapat meraih bola itu lebih dulu. Lexa si kaki pegas pemilik lompatan tinggi itu tidak pernah sekalipun mempersilahkan lawannya merebut bola pertamanya. Maka jangan heran jika setiap awal pertandingan, anak laki-laki di tribun penonton selalu meledak-ledak karena Lexa.

Pertandingan berjalan normal. Kedua tim itu terlihat sama hebatnya dalam memperebutkan bola. Memang hanya pertandingan persahabatan saja, tapi mau bagaimanapun, sejarah menyebutkan bahwa pertemuan antara tim basket SMA Wijaya dan Gilliard International selalu jadi hot topic di kalangan anak-anak SMA di penjuru kota. Sudah pasti karena kehebatan keduanya hampir tidak pernah tertandingi oleh sekolah manapun.

Pertandingan baru berlangsung 10 menit dan ngomong-ngomong, papan skor di atas ring menunjukkan angka 25 : 21. Wajah Dena yang terlipat dan teriakannya memarahi teman satu timnya, menunjukkan jika SMA Wijaya yang memegang skor 21.

Faktanya, tanpa Lexa berusaha memasukkan bola, timnya selalu lebih unggul dari tim Dena. Kenyataan itu membuat Lexa mulai panik.

"Tumben lo nggak fokus."

Marta, perempuan bertubuh tinggi besar itu adalah orang pertama yang menyadari tingkah tidak biasa Lexa.

Tidak tahu harus menjawab apa, Lexa hanya berkata, "Siapa yang nggak fokus? Biasa aja ah." sambil lalu dan perlahan menjauhi Marta sambil merutuk dalam hati. Dia tidak boleh membuat orang-orang curiga.

Namun tidak sampai lima menit kemudian, orang selanjutnya yang menyadari gerak-gerik Lexa adalah Coach Matthew. Pria itu beberapa kali memberi Lexa isyarat untuk bermain lebih fokus. Dan itu merupakan berita buruk, karena jika Lexa tidak menuruti pelatih bule nya itu, sudah pasti dia akan digantikan oleh pemain lain.

Coba bayangkan, kamu mau membuat timmu kalah sementara kamu tidak turun lapangan dan timmu bisa menang dengan sendirinya tanpa keberadaanmu.

Buruk sekali bukan?

Lexa nyaris tidak bisa memikirkan apapun lagi selain hal itu dan semua kemungkinan buruk jika Wijaya benar-benar kalah di akhir pertandingan nanti. Lexa sampai tidak menghiraukan siapapun yang ada di sekitarnya selain Dena. Lama-lama Lexa bisa gila melihat lirikan Dena setiap saat. Mana bisa dia fokus.

Tidak pernah terbayang sekalipun dia akan berada di situasi seperti ini.

"Lexa!!!"

Gadis itu terkesiap saat seseorang meneriakkan namanya disusul bola menghantam bahunya, memantul ke lantai, dan menggelinding keluar garis lapangan. Seluruh rekan satu timnya menatap Lexa bingung, hingga peluit menggema dan waktu time-out tiba.

Seluruh pemain berkumpul ke sisi lapangan dan Lexa masih terdiam di tempatnya berdiri. Dena mengambil bola yang teronggok itu lalu mendekati Lexa.

"Kalau sampai gue kalah, nggak cuma lepas jabatan, gue juga bakal di blacklist selama dua bulan penuh, dilarang ikut latihan dan pertandingan," ucap Dena penuh ancaman. "Itu semua gara-gara lo. Gue bakal sebar foto itu sedetik setelah tim gue kalah, ngerti."

Lexa langsung menyahut. "Nggak semudah itu mengalah kalau faktanya tim gue nggak terkalahkan." Lexa menahan suaranya sepelan mungkin meski hasrat ingin berteriak sangat tinggi. "Gue juga udah berusaha, tapi kalau--"

"Lexa, sini!"

Lexa hanya menoleh sebentar saat Dira memanggilnya sebelum kembali menatap Dena.

"--kalau tim gue nggak mau kalah, gue bisa apa?"

"I don't give a f*ck." Dena menyambar ucapan Lexa penuh penekanan, lalu pergi.

***

"Aduh gimana sih ni anak, bisa gitu ngelamun di tengah pertandingan."

Aluna & AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang