"Gimana sih, harusnya kan sambil di charge, biar nggak mati," keluh Lexa begitu sambungan video call-nya dengan Lio kembali tersambung.
"Iye maap," Lio merapikan sedikit kabel charger laptop-nya sebelum kembali fokus pada Lexa. "Terus gimana?"
"Ya terus dibuang sama Pak Joko."
Lio geleng-geleng tak habis pikir setelah mendengar cerita soal tiga bangkai kucing itu.
"Li," panggil Lexa dengan nada serius. "Apa perlu gue laporin polisi."
Lio terlihat berpikir, "Memang sih bukan tindakan yang salah, tapi menurut gue, polisi juga nggak akan membantu banyak kalau barang bukti yang kita kasih cuma cerita."
Lexa menghela nafas, masih terlihat tidak tenang. "Iya juga, sih."
"Yaudah nggak apa-apa, selama nggak ada teror berkelanjutan, lo nggak usah mikir yang aneh-aneh. Kalaupun ada sesuatu yang lo rasa janggal, lo bilang aja sama gue."
Lexa kembali menghela nafas, dan mengangguk pelan.
"Ah, nggak ngerti lagi deh gue!" erang Lexa frustrasi.
"Udah dong, galau banget sih. Gue jadi iri."
Lexa melepas tangannya dari wajah lalu melotot. "He? Lo mau juga dapet bangkai kucing?"
Lio tertawa. "Enggak lah, enak aja."
"Lah, barusan bilang iri."
"Gue iri, soalnya bangkai kucing aja lo galauin begitu. Galauin gue juga dong, yang."
Lexa tertawa. "Mau gue galauin? Lo jadi bangkai dulu baru gue galauin mau?"
Lio nyengir lebar. "Mau banget!"
"Apaan sih!" Lexa kembali tertawa.
"Eh nggak jadi ah, gue nggak mau jadi bangkai, nanti pasti gue jadi sorotan media. "
"Lah siapa peduli." sembur Lexa.
"Banyak lah, gue nggak mau nanti ada headline di koran, judulnya "Bangkai Paling Tampan Dimuka Bumi". Terus gue bangkit lagi jadi zombie buat menerima piala Oscar. Nggak deh nggak jadi, jadwal gue terlalu padat untuk itu."
"Idiot," olok Lexa ditengah tawa.
"Kakak!"
Tiba-tiba suara seseorang terdengar dari kamar Lio.
Belum sampai suara itu menunjukkan wujudnya, Lexa sudah lebih dulu mengenalnya.
"Vio!!!" seru Lexa.
Dan setelah mendengar panggilan dari Lexa, bocah yang tengah memeluk boneka unicorn itu muncul di sebelah Lio.
"Kak Lexa!" Vio -bocah itu- tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya pada Lexa. Yang membuat Lexa terkikik geli adalah Vio melakukannya dengan mata mengantuk.
Lalu Vio mendongak menarik-narik kaus Lio. "Vio nggak bisa bobo, Vito tidurnya ngorok. Vio mau bobo sama kakak aja."
Vio memeluk Lio dan langsung terpejam.
Lio langsung mengendongnya, mengusap punggung Vio yang kepalanya sudah terkulai di pundaknya.
"Kok langsung tidur, Vio udah pipis belum?"
"Hmm," gumam Vio.
""Hmm", itu udah apa belum?"
"Udah..." jawab Vio kesal karena Lio mengganggu tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna & Alexa
Novela JuvenilCerita ini adalah tentang sepasang saudara kembar Aluna dan Alexa. Aluna dan Alexa tak pernah terpisahkan. Sebagai anak yang terlahir tanpa mengenal ibu, keduanya tumbuh dengan ikatan yang sangat kuat. Saling menyayangi dan melindungi. Namun selal...