Chapter 6 - Kripik Pedas Lio

2.9K 184 2
                                    

Bel pulang sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Menunggu bukanlah hal yang menyenangkan bagi setiap orang tak terkecuali Luna. Sungguh, Luna ingin segera pulang ke rumah, mengerjakan tugas-tugasnya dan membaca buku yang tadi sempat dia pinjam di perpustakaan.

Tapi hari ini dia harus menemui Tante Irene dan sebelum itu dia harus menunggu Lexa yang sekarang sedang mengurus anak-anak basket.

Apa anak-anak basket itu nggak bisa ngurus diri sendiri, ya? Haruskah Lexa yang ngurusin mereka, memandikan, gantiin baju, gantiin popoknya?

Luna hampir tertawa sendiri dengan pemikiran itu, bisa dikatai gila kalau senyum-senyum sendiri di kantin.

"Gila ya, senyum-senyum sendiri?"

Luna terlonjak kaget begitu mendengar seseorang baru saja membaca pikirannya. Lio duduk di hadapannya setelah meletakkan segelas susu cokelat. Luna meliriknya dan membatin, dasar bayi. Lalu melirik Lio takut-takut dia mendengar ucapannya itu lagi.

"Lexa belum balik?" tanya Lio tanpa ada tanda-tanda bahwa dia memiliki kemampuan super membaca pikiran.

Duh, apaan sih Luna ini.

"Lun,"

"Ha?" Luna mendongak polos.

"Lexa belum balik?" Lio mengulang pertanyaannya.

Luna menggeleng sekilas. Kemudian hening, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Maaf ya," ucap Lio akhirnya. "Soal bola basket, tempo hari." Lio menggaruk alisnya dengan jari telunjuk, kebiasaan.

Hanya menghela napas, Luna tak menjawab. Dari ekspresinya, Lio tahu Luna masih marah.

"Gue nggak niat nyelakain lo." gumam Lio.

Luna membalik lembar bukunya. "Terus?"

"Ha?" Lio melongo, tidak menyangka Luna akan membalas ucapannya. "Ya, gue cuma..."

Luna melipat tangannya, mencondongkan tubuhnya ke arah Lio. Dengan senyum miring dan sebelah alis terangkat, Luna menatap Lio seolah antusias menunggu jawabannya. Bukannya senang karena didengarkan, Lio malah gelagapan, duh tatapannya itu lho.

"...bercanda," lanjut Lio.

"Oh," kata Luna. "Kok gue nggak ketawa?"

Lio menggaruk alisnya. "Ya... Gue kan niatnya bercanda. Tapi... Lo nya yang... nggak siap... aja."

Luna mendengus dan kembali pada bukunya.

Menghela oksigen sebanyak-banyaknya, Lio merasa aura Luna tidak baik untuk kesehatan jantung dan paru-parunya.

"Lexa mana ya, kayaknya tadi udah selesai rapatnya. Kenapa belum kesini juga." ucap Lio lebih pada diri sendiri.

Seolah tidak kapok dengan respon Luna yang membuat Lio tergagap-gagap, Lio mendorong buku yang dipegang Luna sehingga memperlihatkan covernya.

"Baca buku apa?" Luna menahan nafas, sebisa mungkin menahan diri untuk tidak melempar bukunya ke arah Lio. Sadis, biar saja. Untuk ukuran hama bernama Lio, Luna akan melakukan apapun agar makhluk itu menjauh darinya.

"Oh itu, gue pernah baca itu di perpustakaan," ungkap Lio. "Cuma baca kata pengantarnya doang sih, abis itu langsung lari ke kamar mandi buat muntah. Nggak nyampe otak gue mah baca begituan. Kata pengantarnya aja bikin gue mual apalagi daftar isinya, pingsan kali gue."

Lio tertawa sendiri dengan ucapannya. Benar-benar sendiri karena Luna hanya diam bahkan tak menunjukkan ekspresi sedikitpun. Telinganya bisa di mute kali, ya.

Aluna & AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang