Happy reading ❤️
*****
Seperti biasa Ledy menunggu di depan pintu kelas, tapi kali ini sampai guru mapel nya datang Kesya belum datang juga.
"Tuh anak kok belum datang? apa gak sekolah? Hmm gak... gak mungkin dia ngelewatin kebiasaannya ketemu sama Arga."
Sampai pelajaran usai Kesya juga belum datang, membuat Ledy jadi khawatir dengan sahabatnya.
"Tuh anak beneran gak sekolah?"
Gumamnya sambil mengunyah cireng di mulutnya.
Arga datang dengan kedua temannya, mereka duduk di meja depan berdekatan dengan Ledy.
"Nah kebetulan ada tuh orang disini, tapi masak gue nanya ke dia."
Ledy menghampiri meja Arga, dan duduk di kursi yang kosong sambil tersenyum manis.
"Astajim kaget!"
Celoteh Dika setelah melihat Ledy duduk di sampingnya.
"Ngapain lo disini?" tanya Vano.
"Duduk lah, hm gue ikut duduk disini ya."
"Temen lo kemana?" kata Dika lagi.
"Nah itu yang gue mau tanyain sama nih orang," Ledy menunjuk ke arah Arga.
"Lo kan temennya, ngapain nanya sama Arga," kata Vano heran.
"Kesya sakit."
Sebelum Ledy menjawab pertanyaan Vano, Ledy sudah di buat kaget oleh ucapan Arga, bukan hanya Ledy kedua sahabatnya juga kaget mendengarnya.
"Apa? Kesya sakit? sakit apa?? Pasti gara gara lo. Ya kan?!"
Kata Ledy sambil mengetuk meja.
"Ar, lo apain anak orang?" tanya Dika dengan polosnya.
Vano langsung memukul kepala Dika
"Ar, kesya sakit apa? kenapa lo bisa tau?"
Arga tetap tenang walaupun Ledy dan sahabatnya terus bertanya, Arga malah dengan lahapnya menikmati mie ayam di depannya.
"Arga jawab dong, Kesya sakit gara gara ulah lo ya kan?!"
Ledy sudah naik darah karena Arga tidak merespon apalagi Arga terlihat tetap santai.
"Kesya jatuh kemarin, kakinya luka."
"Jatuh dimana? kenapa bisa jatuh?"
Kata Ledy lagi dengan khawatir.
"Lo tanya aja sama orangnya."
Arga beranjak pergi meninggalkan kantin.
"Arga lo belum jawab pertanyaan gue... Arga!!"
Suara Ledy keras, sampai orang yang ada di kantin melihatnya.
"Gak baik teriak, teriak. Mending lo tanya aja sama temen lo nanti," kata Vano yang juga beranjak pergi.
"Makan juga nih mie ayam gue, kasian mubasir kagak gue makan gara gara lo. Gue kasih gratis gak bayar,"
Dika juga meninggalkan kantin.
"Hah? asal lo tau aja, gue bukan penampungan makanan." Ledy juga ikut pergi meninggalkan kantin.
*****
"Bubur buat siapa bik?"
Kata Rani yang baru saja pulang dari rumah sakit, dan tak sengaja melihat bik Sumi membawa nampan berisi bubur.
"Anu nyonya, ini buat non Kesya."
Bik Sumi terbata-bata setelah mendapat pertanyaan dari majikannya.
"Kesya kenapa bik? Kesya sakit?"
Rani mulai panik dan khawatir setelah pembantunya berkata seperti itu, karena sebelum rani pergi Kesya masih sehat dan tidak ada gejala apapun, tapi kenapa sekarang dia sakit.
"Kata temennya non Kesya, kemarin jatuh nyonya."
Bik Sumi jujur saja karena seorang ibu juga berhak tahu kondisi anaknya, sesibuk apapun itu.
"Jatuh dimana, kenapa bisa jatuh?"
Sekarang Rani lebih khawatir dari yang tadi, kenapa Kesya tidak mengabarinya kalo dia sedang sakit.
"Saya gak tau nyonya."
"Ya udah biar saya aja yang anter, sini bik."
Rani mengambil nampan di tangan bik Sumi, dan berjalan menuju kamar Kesya.
Tookk tooook...
"Kesya, kamu di dalam kan mama masuk ya," Rani membuka pintu pelan, dilihatnya tubuh anaknya yang terbaring lemah, Kesya sedang tidur sampai gak tau keberadaan mamanya di sampingnya.
"Kesya bangun sayang, makan dulu biar kamu cepet sembuh."
Rani meletakkan nampannya di meja samping tempat tidur Kesya. Rani membelai rambut anak sulungnya membangunkan dengan suara lembutnya.
Karena mendengar suara di telinganya Kesya akhirnya membuka matanya dia mengusap usap matanya, dan melihat seorang yang sedang duduk di sampingnya dan dengan senyuman yang mengembang.
"Mama?"
Kata Kesya sedikit kaget setelah mengetahui mamanya berada di kamarnya.
"Iya sayang ini mama, makan dulu yuk."
Rani tersenyum dengan penuh kasih, tangannya membelai rambut putrinya dia merasahkan betapa kurangnya waktu untuk berada di samping anaknya.
"Kesya gak laper," sebenarnya Kesya sangat senang mamanya ada di sampingnya saat dia terbaring lemah seperti ini, tapi egonya terlalu besar dan mengacuhkan perhatian mamanya. Kesya menganggap mamanya hanya kebetulan ada di rumah dan tidak ada pekerjaan, jika ada pasien yang darurat dan membutuhkan dokter apakah mamanya akan tetap berada di samping Kesya? Atau meninggalkan Kesya dan memilih mengobati pasien itu.
"Kamu gak boleh gitu, nanti tambah sakit makan dulu ya sayang."
Rani tetap membujuk anaknya walaupun di sedikit di acuhkan Rani tetap sabar.
"Gak ma Kesya ga laper, mama keluar aja Kesya pengen sendiri."
Kesya membentak mamanya, rasa kesal dan egonya mulai menguasai dirinya Kesya melihat mamanya dengan kasih sayang palsu.
"Mama gak mau keluar sebelum kamu mau makan, kenapa kamu gak bilang ke mama kalo kamu sakit, ini mama kamu sayang bukan orang lain."
Rani mulai terisak dengan bentakan dari kesya, tapi Rani tetap tegar supaya anaknya mau makan, Rani sangat khawatir dengan kondisi anaknya.
"Kenapa gak bilang ke mama? ck... dulu waktu Kesya demam berapa kali Kesya telpon mama tapi mama gak jawab. Papa ada di luar kota aku sendiri di rumah, mama kemana? mama terlalu sibuk dengan pekerjaan mama. Mama gak pernah perhatian sama Kesya, dan mama tau alasan Kesya gak bilang kalo Kesya sakit sama mama? biar mama bisa bekerja dengan tenang tanpa ada beban dari anak mama sendiri."
Kesya meluapkan isi hatinya, terlihat lancang tapi Kesya sudah bosen dengan sikap mamanya, sudah cukup ia rasakan kasih sayang dari ibunya yang terlihat palsum
"Mama minta maaf sayang. Mama bener- bener sibuk waktu itu, iya mama salah mama seharusnya ada di sisi kamu setiap kamu butuh mama tapi mama gak bisa lakuin itu."
Rani tak bisa menahan air matanya setelah mendengar kata itu dari anaknya sendiri, Rani benar benar merasa gagal menjadi seorang ibu.
"Kesya udah tau kalo mama sibuk, kalo gitu mama keluar dari kamar Kesya! Urus urusan mama jangan pernah perhatiin Kesya. Kesya udah biasa di abaikan, Kesya udah biasa hidup seperti ini, jadi tolong kasih sayang mama, perhatian mama dan kepedulian mama jangan hanya sebentar, itu akan membuat Kesya jadi tambah kesel dan benci sama mama. Lebih baik seperti dulu mama gak peduli dan gak pernah nganggap Kesya ada itu lebih baik ma."
Kesya berusaha menahan air matanya supaya tidak keluar, sekarang dia terisak dengan diam di dalam hatinya, kenapa perasaannya begitu membenci mamanya sendiri kenapa dia tidak menerima perhatian lembut dari mamanya.
"Iya bener kamu bener sepenuhnya mama yang salah, kalo itu membuat kamu tenang mama keluar dari sini, jangan lupa makan ya sayang."
Rani beranjak dari tempat tidur Kesya dia berjalan meninggalkan Kesya sendiri, mungkin meninggalkan di saat seperti ini lebih baik dari pada dia tetap di sisi anaknya itu akan membuat anaknya tidak nyaman.
Kesya melihat sebentar ke arah mamanya lalu dia memalingkan pandangannya ke arah langit langit kamarnya.
*******
Jangan lupa vote sama komen ya guys ❤️
Stay tune ya guys 🤗
4 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSAR (END√)
Teen FictionBaca aja dulu siapa tau nyantol🦋 TAHAP REVISI ||||| UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa Hak Cipta adalah hak yang mengatur karya intelektual di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan...
