17

501 72 0
                                    

Gojo dan Himiko berlari menuju ruangan dimana [Name] dirawat.

Ya. [Name] pingsan.

Sudah 1 jam [Name] tak sadarkan diri. Gojo selalu berada disamping [Name]. Sementara itu, Gojo menyuruh Suster yang ada disana mencari tau bagaimana [Name] bisa pingsan.

"Souka... Karna berita itu ya. Aku juga melihat nya di televisi." -Gojo

"Ya.. Kira-kira begitu. Mungkin nona [Name] kaget karna membaca berita di sosial media itu. Saya juga jadi takut dengan keadaannya." -Suster

"Baiklah. Terimakasih atas info yang kau berikan. Oh ya, saya boleh minta tolong?" -Gojo

"Sama-sama. Silahkan Pak." -Suster

"Tolong jaga anak saya sebentar. Saya mau mengurus administrasi dan ingin menyelidiki penyebab kecelakaan itu. Jika [Name] atau ibu nya sudah sadar, hubungi saya. Terimakasih." -Gojo

"Baik Pak. Tidak masalah." -Suster

Setelah membayar administrasi, Gojo menyelidiki tempat dimana kecelakaan itu terjadi. Dia tak percaya jika ledakannya sehebat itu. Tapi saat dia melihat kondisi mobil itu yang sudah terbakar menjadi abu, Gojo percaya.

Berarti, Ayah [Name] sudah sepenuhnya tiada. Dan kemungkinan untuk selamat hanya ada 0.01%

(Instingku mengatakan bahwa Ayah masih hidup. Tapi itu juga tidak mungkin. Karna ledakannya bisa mencapai jembatan ini. Kalau dia terjun di pohon itu, dia akan tiada. Tapi kalau dia terjun di jembatan ini.. Kemungkinan bisa selamat..)

Gojo terus membantu pihak polisi untuk menyelidiki kasus ini. Dia juga kasihan pada [Name]. Jika seperti ini terus, [Name] akan semakin emosional. Tapi kegiatannya itu harus terhenti karna sebentar lagi akan turun hujan dan juga ada panggilan dari suster. Katanya [Name] sudah sadar.

Skip. Dirumah sakit.

[Name] terdiam untuk sejenak. Pandangannya kosong seolah-olah telah terhipnotis. Sang suster yang berada disampingnya segera menyadarkannya. Begitupun juga Himiko.

Himiko tak tau pasti kenapa mamah nya ini bengong dengan tatapan seperti itu. Usaha menyadarkan sang mamah terhenti, karna mamah nya menengok kearah nya dan berkata

"D-dimana ayah?"

Himiko tak mengerti Ayah siapa yang dia maksud. Apakah Ayah [Name] atau Ayah Himiko? Himiko hanya menggeleng lalu mengatakan kata tidak tau. Karna dia takut dengan jawaban nya sendiri. Melihat [Name] seperti ini, Himiko rasanya ingin menggantikan posisinya saja.

"[Name]? Kau kenapa?"

Gojo datang dengan buah-buahan yang dia beli. Dia panik ketika melihat [Name] dengan keadaan tatapan kosong.

"Satoru... Ayah.. Ayah dimana???" Lirih [Name] yang mencari sosok ayah nya itu. Dia sangat terpukul karna membaca berita itu. Seharusnya dia tak membaca, tapi karna penasaran akhirnya dia membacanya.

"Satoru.. Ayah.. Ayah selamat kan? Dimana ayah Satoru...??? Dimana...????" Lagi-lagi Gojo harus menghela nafasnya lagi. Dia menenangkan pikiran [Name] yang sedang lemah.

"[Name].. Sudahku bilang, Ayah mu baik-baik saja. Dia baik-baik saja. Ayahmu sudah berada disana dengan damai. Jangan menangis lagi aku mohon..." Gagal. Usaha Gojo menenangkan [Name] gagal. [Name] tambah terisak dan tak bisa menghentikan tangisannya itu. Dia tak sanggup saat mendengar kata 'Tiada' . Dia benar-benar sudah muak.

"Ayah masih hidup Satoru.. A-ayah masih hidup..." Ucap terbata-bata [Name]. Gojo masih setia memeluk [Name] dan menenangkan kembali. Dia membiarkan [Name] menangis sekuat-kuatnya di pelukannya.

([Name].. Aku mohon jangan seperti ini terus.. Aku khawatir denganmu. Jika kau terus menangis, maka aku juga akan merasasedih dan tidak berguna.)



"[Name]. Yang dikatakan Satoru itu benar. Ayah sudah tenang disana. Dia baik-baik saja. Dia bisa mengawasi mu dimanapun. Dia berada disisimu, dihatimu, didekatmu. Tapi dia tak berada dihadapanmu. Ikhlaskan Ayah mu. Jika kau terus seperti ini, maka ayah mu akan merasa gagal dalam membesarkanmu [Name]."

-keizory

H i k a r i - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang