"Eh... Cerai? Kamu ga bercanda kan?"
"Tidak."
"K-kamu pasti ngeprank doang kan? Iya kan?"
Gojo melihat kaki Name yang bergetar serta kemoceng yang ia pegang. Dia hanya bisa menundukan kepala sembari masih memegang surat cerai itu.
"Tidak. Aku serius"
"S-Satoru.. K-kau tau kan aku sedang---"
"Ya. Aku tau kalau kau itu sedang hamil. Jadinya aku terpaksa untuk menceraikanmu."
(Kalau tidak, Hina akan menghabisi mu Name.. Maaf..)
Name berlari ke kamar lalu membanting pintu dengan keras. Dia menangis kencang dan melemparkan benda yang berada di dekatnya.
Dibawah Gojo tetap menunduk. Dia juga tengah menangis. Dia bersender di tembok. Menatap atap rumah yang ia tempati.
Keesokan Harinya
Saat ini hubungan Name dan Gojo semakin renggang. Name menjauhi Gojo. Begitupun juga dengan Gojo. Jika Gojo sedang makan, maka Name akan menjauh. Atau lebih tepatnya berada dikamar untuk menenangkan pikirannya.
Di ruang makan, Gojo menikmati hidangannya sendiri. Dia memasak sendiri untuk sarapan hari ini. Setelah makan, dia segera pergi lalu meninggalkan sebuah surat perceraian.
10 menit setelah Gojo pergi, Name baru ke ruang makan. Dia melihat surat nya. Lalu dia membacanya perlahan-lahan.
(Ternyata dia memang benar-benar ingin bercerai denganku...)
Name mengelus perut nya yang mulai sedikit membesar. Ya kurang lebih sekarang kandungannya berumur 5 bulan.
Di ambilnya pulpen lalu kertas itu. Dia mulai mendatanginya.
Sesuai Perintah Dan Peraturan.
Dengan Ini, Gojo Satoru dan Gojo Name
》Resmi Bercerai《Name meletakkan kertas itu dengan perlahan. Tangannya bergetar. Dia tidak mau bercerai dengan Gojo. Tapi mau bagaimana lagi?
(Mungkin ini takdir...)
KRING KRING
Sebuah telefon masuk. Name segera mengangkatnya lalu duduk dengan biasanya.
"Halo? Ini siapa?"
"Ah Name, maaf. Ini kakek. Kakek mau pamit pulang dulu ke Rusia ya. Soalnya kakek ada urusan disana. Oh iya, ayah mu ikut dengan ayah. Soalnya ini berurusan dengan Organisasi Penangkapan yang kakek buat. Kau tidak apa kan?"
"Hmm.. Yaa.."
"Kau kenapa? Sedang sakit? Oke kakek tidak jadi per--"
"Pergi saja kakek, lagipula Name bisa menjaga diri. Jangan lupa untuk menyampaikan pesan pada Name ya!"
"Baiklah. Itu sudah pasti Name, kakek akan memberikan mu pesan setiap jam. Kau tidak perlu khawatir. Oh iya, untuk pulang kakek tidak pasti dan tidak tau kapan. Kau tunggu saja ya. Jangan lupa memberi tau anak albino itu untuk menghubungi kakek tiap hari."
"Siap kakek! Name pasti akan beri tau!"
"Baiklah, kalau begitu kakek tutup dulu ya. Soalnya kakek dan ayahmu mau siap-siap."
"Oke. Kakek dan Ayah hati-hati ya! Sampaikan juga salam Name pada ayah! Kalau Name kangen sama Ayah"
"Itu sudah pasti. Oke. Sampai Jumpa Name sayang"
"Sampai jumpa kakek!"
Sambungan telefon sudah tertutup. Name menyenderkan punggungnya ke sofa. Perlahan air mata mengalir pelan. Lalu berubah. Sekarang dia menangis keras.
(Kakek.. Ayah Ichi.. Ayah Nami.. Ibu.. Himiko.. Name memerlukan kalian..)
-keizory
KAMU SEDANG MEMBACA
H i k a r i - [END]
Fanfic『do we realize we are too broken?』 Bagaimana kelanjutannya? Silahkan dibaca. Warning⚠ -Ide Ini Berasal Dari Pikiran Saya Sendiri. -Saya Tidak Meniru Cerita Yang Lain. -Karakter Bukan Buatan Saya. -Para Karakter Ini Buatan Gege Akutami. -Kalau Mau Ba...