"Dimana aku?"
"Halo sayang..."
"Siapa kau?"
"Aku Ibu mu..."
"I..Ibu??"
"Iya"
"Ibu.. Hiks, boleh aku memeluk mu?"
"Aku tidak bisa memeluk mu sayang,,jika Ibu memeluk mu maka kau akan tiada"
"Ibu... Aku merindukan Ibu.. Mama Name,,dia tak sadarkan diri bu.. Jika aku tidak ada mungkin Mama Name tidak akan begini. Aku juga bukan anak kandung papa kan????"
"Sst, diam sayang. Kau tak boleh berkata begitu."
"Tapi aku tidak tau siapa papa kandungku..."
"Jika kau tidak tau, kau masih punya papa dan juga mama Name kan???"
"Hum.. Ya,,aku juga sangat menyayangi mama Name.. aku menyayangi semuanya.. Tapi kenapa bibi Hina mengambil semua yang Miko miliki????"
"Itu semua karna bibi mu ingin mengurusmu dan menjaga mu. Dia ingin sekali mempunyai anak dan mengurusnya. Akhirnya dikabulkan. Kau tau kan bibi mu sedang hamil?"
"Iya... aku tau"
Hima tersenyum dan berjalan jauh.
"Tunggu ibu..."
"Hm?"
"Aku ingin bersama ibu"
"Eh?"
"Iya bu, aku ingin bersama ibu.."
Walaupun terasa sangat menyakitkan, tapi itulah yang diinginkannya.
Hima tersenyum lalu menggandeng tangan Himiko dengan lembut dan memeluknya.
"Jika itu yang diinginkan anak ku, maka akan ku lakukan"
☆••☆••☆
Sementara itu, diruangan Himiko berada.
Suara dari EKG itu semakin berbunyi dengan cepat membuat semua perawat disana panik dan segera memanggil dokter.
Dan
-
-
-Garis lurus.
Ya. Himiko sudah tiada.
Para dokter dan suster menutup mata lalu keluar memanggil orangtuanya.
Di Luar
"Dok.. Bagaimana keadaan anak saya???"
"....."
"Dok???"
"....."
"Dokter???"
"Maaf pak, anak bapak Himiko sudah tiada."
"A..Apa..????"
"Peluru yang ditembakkan nya cukup dalam dan tepat di jantung nya."
"....."
"Maaf pak, ini sudah kehendak Tuhan. Saya permisi dulu"
Air mata mengalir membasahi wajah nya begitu tubuh Himiko dibawa keluar untuk dimakamkan.
Dibuka selimut yang menutupi seluruh tubuh Himiko.
Pucat.
Dingin.
Dan kaku.
"Himiko... BANGUN!! HIMIKO!!! BANGUN NAK!! PAPA MOHON!! HIMIKO!!"
Di sisi lain, Hina yang melihat itu merasa sangat bersalah dan pikirannya kosong.
Dia sudah menghancurkan 5 nyawa.
Tidak. Ada banyak.
Termasuk keluarganya sendiri.
Batin Hina berfikir. "Ah, apa aku pantas untuk hidup? Jika iya, kenapa aku dilahirkan?"
Dia pergi menuju ke arah yang tidak diketahui, lalu merenungi semua perbuatannya.
Memang.
Perbuatannya itu sangat tidak bisa dimaafkan.
Membunuh, Mencuri, dan Merebut.
Itu semua tidak bisa dimaafkan.
-
-
-(Aku.. Dimana????)
"Ahahaha!! Geli ibu!!"
"Hiyaa rasakan ini~ bum!"
"Itu geli ibu! Bwahahahahahaa!!"
(Himiko??? Dan,,Hima? Kenapa mereka ada disana? Tunggu, jika Hima ada disana aku sudah tau. Tapi Himiko? Kenapa dia memakai pakaian putih begitu?)
"Name"
"Eh? Aku?"
"Iya"
"Ada apa? Dan,, Himiko? Kenapa kau ada disini???"
"Hai Mama!!"
"Hai sayang"
"Name, aku minta izin"
"Untuk?"
"Membawa Himiko pergi bersama ku"
"Maksudmu?"
"Kau akan tau nanti."
"Mama! Jika mama sudah tau Himiko sudah pergi, mama jangan nangis ya! Janji????"
"Memangnya Miko kenapa????"
"Janji dulu"
"Iya sayang.. Eh? Kalian mau kemana???
Hima? Himiko???? Kalian mau kemana???!!"
☆••☆••☆
(My Love Is Gone)
☆••☆••☆
-keizory
KAMU SEDANG MEMBACA
H i k a r i - [END]
Fanfiction『do we realize we are too broken?』 Bagaimana kelanjutannya? Silahkan dibaca. Warning⚠ -Ide Ini Berasal Dari Pikiran Saya Sendiri. -Saya Tidak Meniru Cerita Yang Lain. -Karakter Bukan Buatan Saya. -Para Karakter Ini Buatan Gege Akutami. -Kalau Mau Ba...